Sosok Pemimpin Ideal dalam Karya Wayang Hangno Hartono

Sosok Pemimpin Ideal dalam Karya Wayang Hangno Hartono

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA -- Sosok kepimimpinan yang ideal direpresentasikan oleh perupa seni dan budaya Hangno Hartono dalam sebuah pameran wayang kontemporer. Sosok pemimpin atau Cakravartin (Dalam istilah India kuno yang berarti Maharaja yang bijaksana terhadap seluruh makhluk di dunia-red) digambarkan Hangno dalam tokoh wayang Arjuna.

Dalam kepemimpinannya, Arjuna divisualkan Hangno meliputi seluruh cakrawala. Artinya, seorang pemimpin mempunyai tugas dan fungsi bertanggung jawab terhadap seluruh aspek kehidupan yang disebut Bumi Pati atau bersuamikan bumi dan Praja Pati atau bersuamikan rakyat.

"Praja Pati secara konsep ideologi modern  lebih dekat ke sosialisme dan Bumi Pati lebih ke konsep ekologi  politik," terang Hangno saat membuka pameran bertajuk Trilogi Mencari Arjuna (TMA) Cakravartin di Dalem Pakuningratan (Pendopo Asdrafi), Ngasem, Yogyakarta, Senin (5/4/2021).

Pameran yang secara konsep menyoroti arti pentinngnya kepemimpinan bagi sebuah bangsa ini menampilkan aneka wayang kontemporer, lukisan dan batik yang Ia kerjakan sendiri beberapa bulan terakhir.

"Dalam lintasan sejarah, konsep Cakravartin ini sudah diimplementasikan dalam sejarah kekuasaan Jawa. Misal, pada gelar yang disandang oleh Sultan Agung Hanyokrowati dan Sultan Agung Hanyokrokusuma. Kedua gelar tersebut secara eksplisit adalah konsep Cakravartin," lanjutnya.

Dalam naskah Suryaraja karya Pangeran Sundoro atau Sultan Hamengku Buwono II juga mendesain kepemimpinan Cakravartin tersebut untuk raja-raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bukti ini dapat dilihat dalam nomenklatur gelar kerajawiannya seperti Hamengku Buwono, Paku Alam, dan Mangkubumi yang sangat memuliakan Bumi dan Alam.

"Sebab, Bumi adalah sumber kehidupan. Tepat seperti kredo Sultan Hamengku Buwono IX yang terkenal hingga saat ini yaitu Tahta Untuk Rakyat, inilah Cakravartin itu," imbuhnya.

Konsep kepemimpinan yang berdasar literatur klasik dan khazanah budaya sendiri itu sangat penting untuk dimunculkan kembali, bahwa kenyataannya kita punya konsep kepemimpinan sendiri. Citra kepemimpinan ideal klasik ini penting sebagai bahan referensi dalam mencari figur seorang pemimpin.

Melihat arti penting konsep kepemimpinan Cakravartin, maka pameran Trilogi Mencari Arjuna ini akan melakukan road show ke kantong-kantong  budaya di Jawa. Narasi pameran TMA juga mengikuti alur pergelaran wayang.

"Satu karya dengan karya lain saling terkait sebagaimana dalam panel-panel relief candi," terang pemilik Omah Budaya dan Galeri Kahangnan Pringgading di Guwosari, Bantul ini.

Agar karya-karya yang dipamerkan ini dapat membuat komunikasi intelektual sekaligus artistik, pameran keliling ini juga menyelenggarakan dialog budaya yang dapat diikuti peserta umum pada Senin (5/4/2021), Rabu (7/4/2021), Kamis (8/4/2021) setiap pukul 13:00 WIB. Selain itu juga dilaksanakan adalah workshop topeng dari limbah kertas oleh Sardi Beib dan Pentas Wayang Kontemporer Trilogi MencariArjuna.

Bersamaan dengan pameran wayang kontemporer ini pula, Komunitas Wayang Kontemporer Indonesia mendeklarasikan diri sebagai wadah bagi seluruh pegiat segala bentuk wayang kontemporer.

Nanang Rahkmat Hidayat atau yang lebih dikenal sebagai Nanang Garuda mengakui jika selama ini belum ada wadah untuk wayang kontemporer. Ia berharap hal ini bisa menjadi embrio agar komunitas ini daat memperkuatkan lagi jaringan bagi siapa saja yang gemar ataupun giat berkarya dengan wayang kontemporer.

"Penting bahwa wayang kontemporer dapat menjadi jembatan ke kaum milenial, untuk menyampaikan bahwa ini juga karya adiluhung warisan budaya. Tanpa meninggalkan dahsyatnya wayang Purwa," tutupnya.(*)