Setiap Tahun Lahir 44 Juta Bayi, 21 Persennya Stunting

Pola makan dan pola pengasuhan yang tidak tepat bisa mengakibatkan stunting.

Setiap Tahun Lahir 44 Juta Bayi, 21 Persennya Stunting
Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto saat sosialisasi  Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Banyumeneng Gamping Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Setiap tahun di Indonesia tercatat ada 44 juta bayi lahir. Dari jumlah tersebut diketahui 21,6 persennya dalam kondisi stunting.

Inilah yang menjadi keprihatinan semua pihak termasuk anggota Komisi IX DPR RI, Sukamto. Anggota legislatif pusat dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (PKB) Daerah Pemilihan (Dapil) DIY itu berpesan agar masyarakat ikut berperan aktif mencegahnya.

Satu dari sekian langkah pencegahan yaitu dengan cara memahami Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana).

Dia menyarankan para orang tua peduli terhadap anak-anaknya terutama mereka yang sudah memasuki usia siap menikah.

Sesi foto bersama peserta, tamu undangan dan narasumber Sosialisasi Program Bangga Kencana di Banyumeneng Gamping Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)

“Supaya tidak stunting, orang tua jangan menikahkan anaknya saat usianya masih terlalu muda,” kata Sukamto, Rabu (30/8/2023), di Gedung Serbaguna Dusun Banyumeneng Banyuraden Gamping Sleman.

Pada kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota Komisi IX DPR RI bertema Memerdekaan Anak Indonesia dari Stunting, lebih lanjut Sukamto menjelaskan pasangan calon pengantin (catin) hendaknya tiga bulan sebelum menikah memeriksakan kesehatannya di Puskesmas.

Langkah ini dinilai penting supaya mereka memiliki kesiapan serta pengetahuan saat hamil. “Ibu hamil setiap hari harus makan minimal satu telur. Apabila punya anak balita, minimal diberi satu telur sehari,” kata dia.

Selain Sukamto, narasumber sosialisasi kali ini adalah Asep Sopari selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya di Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN (Badan Kependukan dan Keluarga Berencana Nasional) dan PJ Bidang Adpin Perwakilan BKKBN Provinsi DIY Rohdiana Sumariati serta Kepala Dinas P3AP2KB  Kabupaten Sleman, Wildan Solichin.

Rahayu Widi Nuryani dan Rahayu Widi Cahyani (kanan) menghadiri Sosialisasi Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota Komisi IX DPR RI. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Di antara 180-an peserta sosialisasi tampak hadir pula Panewu Gamping Yakti Yudanto maupun anggota DPRD Kabupaten Sleman Rahayu Widi Nuryani dan Rahayu Widi Cahyani, keduanya dari Fraksi PKB.

Menyampaikan penjelasan seputar bahaya, penyebab dan upaya mencegah stunting, Asep Sopari menyebutkan sejumlah indikasi bayi stunting. Di antaranya, usia tujuh bulan belun bisa merangkak. Indikasi lainnya, usia satu tahun belum mampu mengucapkan kata-kata.

Yang pasti, stunting bukanlah penyakit melainkan terjadi akibat kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan sejak kehamilan hingga bayi berusia dua tahun, sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

“Kondisi kekurangan gizi jangankan dalam waktu lama, dalam waktu dua bulan saja berdasarkan riset IQ-nya turun tiga poin. Jika melanjutkan sekolah kemampuannya untuk mata pelajaran yang sifatnya berpikir hanya sampai SMP,” kata Asep.

ARTIKEL LAINNYA: Target Pemkab Klaten 2024, Semua Desa Memiliki Kampung KB

Otak anak stunting diketahui volume otaknya lebih kecil dibanding anak yang sehat. Selain itu, jaringan otaknya juga lebih sedikit sehingga perlu lebih banyak distimulasi.

Inilah pentingnya asupan gizi terutama energi dan protein sejak janin di dalam rahim sampai berusia dua tahun setelah dilahirkan.

Jangan sampai, lanjut dia, karena pola makan dan pola pengasuhan yang tidak tepat bisa mengakibatkan stunting. Contoh, orang tuanya terlalu sibuk kemudian anaknya dititipkan ke nenek.

Apakah stunting bisa diobati? Menurut dia, sebelum usia dua tahun masih bisa diperbaiki namun apabila lebih dari dua tahun agak sulit. “Satu-satunya cara untuk tidak stunting adalah mencegahnya,” kata Asep.

Sependapat, Rohdiana Sumariati sepakat praktik secara riil mencegah stunting di masyarakat adalah menjaga ibu hamil dari kekurangan gizi serta menjaga bayi di bawah dua tahun dan di bawah lima tahun.

ARTIKEL LAINNYA: Angka Stunting Tertinggi di Daerah Lumbung Pangan, Terjadi Akibat Kelengahan Orang Tua

“Riilnya kalau punya bayi usia di bawah dua tahun bawa ke posyandu setiap sebulan secara rutin. Di Posyandu ada pemeriksaan,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Wildan Solichin mengajak peserta untuk tidak mengabaikan stunting serta jangan menganggapnya remeh sebab stunting bisa menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan.

Dia menjelaskan angka stunting Kabupaten Sleman 15 persen, 95 persen berasal dari keluarga yang tidak miskin. Artinya stunting tidak identik dengan kemiskinan.

Wildan menyarankan orang tua untuk memperhatikan  nutrisi anak-anaknya. “Anak-anak agar dibiasakan doyan sayur, jangan hanya makan junk food terus. Jika tidak suka sayur, paksa agar suka,” tandasnya.

Sosialisasi kali ini dimeriahkan nyanyi bersama serta pembagian doorprize. (*)