Senyum Anissa Pedagang Batik di Teras Malioboro Ketandan
Dulu kalau hujan deras sering bocor, sekarang sudah tidak khawatir lagi.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Anissa merapikan lipatan kain batik di kiosnya yang baru di Teras Malioboro Ketandan. Sinar matahari pagi menerobos atap transparan, membuat motif-motif batik yang dipajang tampak lebih hidup. Bagi perempuan yang telah berdagang batik sejak kecil ini, lokasi barunya terasa seperti lembaran baru yang menjanjikan.
"Dulu di TM2, lapak saya di belakang, jarang terlihat pengunjung. Sekarang Allah memberikan rezeki berupa lokasi di depan," ujarnya tersenyum saat ditemui, Selasa (14/1/2025).
Perjalanan Anissa sebagai pedagang batik adalah kisah tentang ketahanan dan adaptasi. Melanjutkan usaha keluarga, dia menghadapi berbagai tantangan termasuk penurunan pendapatan hingga 60 persen selama pandemi.
Semangatnya tak pernah surut. "Berjualan batik ini bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga melestarikan warisan budaya," kata sarjana komunikasi ini.
Motif batik
Dia masih ingat bagaimana dulu pada masa kecilnya belajar mengenal motif-motif batik dari orang tuanya di tengah hiruk-pikuk Malioboro.
Ketika kabar relokasi dari Teras Malioboro 2 ke Ketandan pertama kali diumumkan, Anissa mengaku sempat cemas. Namun, dia memilih berpikir positif dan mengikuti proses yang ditetapkan pemerintah guna menyongsong perubahan.
"Memang ada teman-teman yang menolak pindah. Tapi saya berpikir, kalau tidak ikut aturan, justru kita yang rugi," jelasnya. Keputusannya mengikuti program relokasi kini membuahkan hasil.
Di lokasi barunya, Anissa merasakan perbedaan yang signifikan. Tidak ada lagi bau sampah yang mengganggu atau listrik yang sering padam seperti di TM2. Fasilitas yang lebih baik membuat dirinya dan pelanggannya lebih nyaman. "Dulu kalau hujan deras sering bocor, sekarang sudah tidak khawatir lagi," katanya.
Sangat berarti
Dia mengapresiasi kebijakan pemerintah yang tidak memungut biaya sewa lapak, sebuah bantuan yang sangat berarti bagi pedagang kecil sepertinya.
Namun, di tengah kebahagiaannya, Anissa tidak melupakan nasib rekan-rekan pedagang lain. Dari sekitar 370 pedagang TM2, lebih dari 300 orang masih menunggu kepastian lokasi baru mereka.
Sebagian besar menolak relokasi karena khawatir dengan ukuran lapak yang lebih kecil dan lokasi yang dianggap kurang strategis.
"Saya berharap teman-teman yang lain juga bisa mendapat tempat yang baik. Bagaimana pun, kami semua mencari nafkah di sini," ujarnya penuh empati.
Jangka panjang
Sebagai bentuk syukur atas lokasi barunya, Anissa berkomitmen ikut merawat fasilitas Teras Malioboro Ketandan. "Tempat bagus ini harus kita jaga bersama agar bisa dipakai dalam jangka panjang, ora njagakke pemerintah," tegasnya.
Kisah Anissa adalah potret pedagang yang berhasil beradaptasi dengan perubahan. Di tengah pro dan kontra relokasi TM2, dia memilih untuk melihat peluang daripada hambatan.
Baginya, perubahan ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan babak baru untuk terus mempertahankan warisan budaya batik di jantung kota Yogyakarta.
Pj Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, menegaskan proses relokasi akan terus berjalan dengan pendekatan persuasif. "Kami memastikan semua pedagang akan mendapat tempat, tetapi harus mengikuti mekanisme yang ada," ujarnya.
Program relokasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menata kawasan Malioboro menjadi lebih ramah pengunjung. Meski menuai pro dan kontra, kisah sukses seperti Anissa memberi harapan bahwa perubahan ini bisa menguntungkan semua pihak jika dijalankan dengan bijak dan transparan. (*)