Sebagian UMKM Belum Pahami Program PEN
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Pemerintah mengucurkan dana melalui Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) tahun 2021 sebesar 627,96 triliun. Di Provinsi DIY program tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh para pelaku usaha terutama UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Ini terungkap saat digelar Sosialisasi Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) kepada Para Pelaku UMKM di DIY, Kamis (4/3/2021), di Kantor DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta.
Sosialisasi kali ini diikuti 15 perwakilan asosiasi, selebihnya mengikuti secara online. Tujuannya agar para pelaku usaha memahami program tersebut.
Dipandu anggota Komite IV DPD RI, Cholid Mahmud sebagai moderator, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Parjiman, memaparkan seputar peta industri keuangan DIY termasuk perkembangan aset perbankan yang mencapai Rp 89,86 triliun maupun kinerja lembaga jasa keuangan di provinsi ini.
Diketahui, secara keseluruhan terdapat dana Rp 46 triliun, yang sudah tersalurkan ke UMKM sebesar Rp 20 triliun. Pada program PEN tahun 2020, sejumlah bank memperoleh dana dari pemerintah untuk disalurkan ke masyarakat.
“PEN lebih banyak berupa subsidi bunga. Sampai pertengahan Februari jumlah kredit yang direstrukturisasi senilai Rp 14,79 triliun. Sampai 31 Januari 2021 nilai subsidi bunga sejumlah Rp 121,54 miliar untuk 230.987 debitur,” ungkapnya.
Didampingi Wakil Pimpinan Kanwil BRI Yogyakarta Tresnawan Dwi S serta Branch Manager Bank Syariah Indonesia (BSI) Kantor Cabang Yogyakarta Yos Sudarso, Fakhrurozi Bosman, lebih lanjut Parjiman menyampaikan kualitas kredit relatif lebih bagus.
Merujuk data, Parjiman menyebutkan kredit bermasalah dari 2,73 persen menjadi 2,64 persen. “Pada Desember 2020, kredit UMKM tumbuh 4,31 persen. UMKM jadi idola pada masa pandemi. Saat ini sudah mulai ada transaksi,” kata dia.
Pada forum dialog dan tanya jawab, peserta menanyakan banyak pelaku industri belum paham apa yang harus dilakukan ketika berutang ke bank.
Perwakilan asosiasi mebel menyatakan bagi mereka PEN sekadar angka-angka tetapi untuk mengaksesnya butuh persyaratan luar biasa. Saat ini industri mebel terdampak. Order turun. Tidak ada permintaan sedangkan produksinya stabil.
Perwakilan asosiasi batik Sleman menyampaikan kondisi serupa. Dari 600 anggotanya, semua mengajukan dana PEN dan memenuhi syarat. Namun yang bisa menerima 10 persennya saja. Mereka saat ini hanya bisa menunggu kabar baik.
Parjiman mengakui, UMKM sangat terdampak ketika dua sektor andalan DIY yaitu pariwisata dan pendidikan berhenti. “Usaha terkait pariwisata, hotel, transportasi, kuliner penyuplai hotel, warung mahasiswa terkena dampak. Ini perlu perhatian kita bersama,” ungkapnya.
Pemerintah membantu dengan relaksasi dan kebijakan fiskal lainnya termasuk bansos (bantuan sosial). “Kuncinya ada pada permintaan. UMKM mendapat keringanan dan subsidi bunga, mulai Juli 2020 ada kebangkitan,” kata dia.
Tresnawan menambahkan, BRI sebagai bank yang sebagian besar nasabahnya pelaku UMKM berkomitmen membantu menyalurkan dana PEN. “80 persen nasabah BRI adalah UMKM. Jika UMKM tidak selamat BRI nggak selamat mungkin. Kita harus bersama-sama selamat dari krisis,” ucapnya.
Sedangkan Fakhrurozi Bosman menyatakan pada satu sisi bank sebagai sebagai lembaga bisnis harus tetap berjalan, pada sisi lain harus membantu UMKM melalui penyaluran pembiayaan.
“Contoh di cabang saya setiap bulan harus ada Rp 10 miliar tersalurkan ke UMKM. Alhamdulillah bulan ini Rp 12 miliar,” ungkapnya.
Ditanya wartawan soal adanya keluhan sulitnya mengakses PEN, kemudian berapa dana yang dikucurkan dan berapa yang tersalurkan di DIY, Parjiman menyatakan dari tujuh bank mitra yang memperoleh penempatan dana program PEN, terdapat Rp 5,76 triliun untuk 95.995 debitur.
“Sebagai informasi kami mengawasi langsung Bank BPD DIY yang menerima Rp 1 triliun diperpanjang sampai Agustus. Bank BPD berkomitmen menyalurkan jumlah lebih dari itu,” ucapnya.
Tresnawan menambahkan, khusus Bank BRI realisasi program PEN di DIY nilainya Rp 2,5 triliun dari total Rp 15 triliun se-Indonesia. Ada 77,6 ribu nasabah. “Untuk UMKM kami salurkan Rp 135 miliar pada 2020,” kata dia.
Kesimpulan dari semua itu, Cholid Mahmud sangat berharap perbankan harus bersinergi dengan masyarakat untuk membangkitkan kembali ekonomi DIY. (*)