SD Kanisius Kumendaman Membentuk Disiplin Anak Berwawasan Lingkungan

SD Kanisius Kumendaman Membentuk Disiplin Anak Berwawasan Lingkungan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Penggunaan barang daur ulang atau bekas dinilai mampu menjadi salah satu solusi problematika sampah dari masa ke masa. Disiplin baru ini perlu diterapkan sejak dini.

Inilah yang dilakukan Sekolah Dasar Kanisius (SDK) Kumendaman, dalam rangka menggalang dana untuk kegiatan sosial untuk warga yang kurang beruntung di sekitar sekolah mereka. Siswa SDK dari kelas 1 hingga kelas 6 terlibat dalam pameran karya seni yang harus dibuat dari barang bekas yang ramah lingkungan.

"Barang bekas tersebut bisa berupa kardus bekas, bungkus atau kemasan bekas juga kain perca. Harapannya dengan bahan yang ramah lingkungan ini sesuai dengan visi sekolah mempersiapkan diri untuk menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan," terang Purnama Dian, ketua pameran sekaligus guru Bahasa Inggris kepada koranbernas.id saat ditemui di sekolah, Sabtu (9/4/2022).

Rupa-rupa benda yang tidak lagi digunakan ini disulap oleh anak-anak sekolah ini menjadi sesuatu yang unik dan menarik. Selanjutnya, karya-karya ini dipamerkan di selasar SDK Kumendaman selama tiga hari sejak 7-9 April 2022.

"Tidak hanya sekadar berkarya dan dipamerkan, aneka ragam kerajinan tangan dan karya seni ini boleh dibeli saat pameran berlangsung. Hasil penjualan dari pameran ini 50 persen akan kembali ke anak sebagai bentuk apresiasi karena mereka tidak memberikan effort dalam kegiatan ini," ujarnya.

Dian melanjutkan, sudah cukup banyak karya anak-anak yang terjual. Mereka excited untuk membeli karya-karya temannya, orang tua pun demikian. Pada hari ketiga pameran pihaknya kedatangan tamu dari alumni1973-1974. Mereka memberikan support serta membeli karya para juniornya yang terpaut usia cukup jauh.

Kepala SD Kanisius Kumendaman Niken Anggraini menjelaskan, sekolah yang terletak di Jalan MT Haryono No 17 Yogyakarta ini adalah Sekolah Dasar Kanisius pertama di Yogyakarta. Mulanya sekolah ini merupakan sekolah bentukan para misionaris dari Belanda.

"Waktu itu, sekolah Katolik ini di prakarsai oleh Romo Starter, SJ sejak 1 Januari 1918. Kemudian merupakan cikal bakal berdirinya Standartschool yang merupakan sekolah yang didirikan Belanda dan menerima murid-murid pribumi yang saat ini menjadi SD Kanisius Kumendaman," terangnya.

SD Kanisius Kumendaman berdiri di atas tanah Kasultanan ini telah melalui berbagai lika-liku. Hingga saat ini pada 2022 SD Kanisius Kumendaman telah berusia 103 tahun.

"Seiring waktu dan persaingan dalam dunia pendidikan, SDK Kumendaman selalu kehilangan peminat. Tahun ini saja total muridnya hanya tersisa 68 siswa. Padahal tahun sebelumnya, totoal murid SDK Kumendaman mencapai 86 siswa. Tahun ini, yang fiks mendaftar baru empat orang," kata dia.

Walau cukup ironis bagi Sekolah Dasar Kanisius pertama, Niken mensinyalir menurunnya siswa ini dikarenakan beberapa faktor. Tren orang tua yang hanya memiliki sedikit anak salah satunya, maka anak usia sekolah pun berkurang. Selain itu jumlah sekolah yang berdekatan juga menjadi faktor lain yang perlu menjadi perhatian.

"Di sekitar sini aja ada beberapa SD Kanisius yang berdekatan. Maka persaingan pun tidak bisa dihindari," kata dia.

Niken berharap dengan kegiatan-kegiatan seperti ini bisa memperlihatkan eksistensi sebagai Sekolah Dasar Kanisius pertama di Kota Yogyakarta.

SD Kanisius Kumendaman hadir sebagai sekolah berciri khas pendidikan Katolik dengan penanaman keimanan serta solidaritas. Dalam pendampingannya memiliki  lima nilai-nilai yang ditanamkan yaitu Kedisiplinan, Keunggulan, Kepedulian, Kejujuran dan Kemerdekaan. (*)