Saat Pandemi, Warga Dusun Neco Justru Berlimpah Sayuran

Saat Pandemi, Warga Dusun Neco Justru Berlimpah Sayuran

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Puluhan warga RT 04 dan 05 Dusun Neco, Desa Sabdodadi, Bantul nampak bersemangat memanen sayuran, Rabu (17/6/2020) sore. Ada bayam cabut, kangkung cabut, terong, kacang panjang, selada, mentimun dan aneka sayur hijau lain. Di sudut lain, beberapa orang membersihkan sayuran dari kotoran dan tanah, menata serta mengikatnya.

Sebagian sayuran dikonsumsi sendiri dan sebagian lainnya dijual sehingga meningkatkan pendapatan warga setempat. Kegiatan ini sudah dua bulan terakhir dilakukan warga Dusun Neco, baik muda ataupun orang tua.

Ya, sejak ada pandemi virus Corona atau Covid-19, banyak warga Neco terkena dampaknya karena mereka berstatus karyawan dan buruh. Belum lagi gencarnya pemberitaan tentang wabah Corona yang membuat mereka menjadi was-was, panik dan khawatir.

Dengan adanya kebun sayur, membuat warga banyak beraktifitas  bercocok tanam, menikmati hasil, meningkatkan rasa cinta pada dunia pertanian, khususnya generasi muda, sekaligus menjadi hiburan dan mengalihkan perhatian dari berita Corona.

Panen pada Rabu (17/6/2020) sore itu terasa istimewa karena diawali oleh Wakil Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih, dan Emi Halim, didampingi Lurah Desa Sabdodadi Siti Fatimah serta warga setempat.

“Saya mengapresiasi atas apa yang dilakukan oleh warga Dusun Neco. Mereka memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak terpakai, dan ditanami sayuran. Sehingga ini memberikan banyak manfaat, termasuk menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi,” kata Wabup.

Menurut Wabub, aktivitas warga Dusun Neco itu layak menjadi contoh wilayah lain. “Jadi silahkan belajar dari Neco,” katanya.

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan contoh dari dusun ini. Yakni bagaimana ide atau inovasi usaha dengan memanfaatkan potensi sekitar, serta didukung oleh semua warga yang kompak untuk bersama-sama mewujudkannya.

Ketua Satgas Covid-19 Dusun Neco, Sunardi, mengatakan ide menanami lahan kosong dengan sayuran tersebut muncul atas keprihatinannya melihat banyak warga yang kehilangan pekerjaan.

“Ide itu kemudian saya sampaikan ke tokoh dan warga masyarakat. Ternyata mendapat sambutan baik. Warga kemudian bergotong royong mengelola lahan dan modal awal kita ambilkan dari dana sosial bernama Koin Peduli Umat (KPU), yakni semacam dana jimpitan yang sudah berjalan tiga tahun di dusun ini,” paparnya.

Biasanya KPU digunakan untuk pengelolaan masjid, termasuk untuk membayar operasional Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Selama pandemi, aktivitas TPA diliburkan sehingga dana operasional dapat digunakan untuk mengolah lahan.

Tanah yang digunakan merupakan milik pribadi masyarakat. Saat ini, sudah ada empat lahan yang digunakan untuk tanah pertanian dengan total lahan sekarang mencapai 2.000 meter.

Kepala Dukuh Neco, Subandi, mengatakan hasil pertanian mereka jual dengan harga di bawah rata-rata. Bayak orang yang mencari  panenan sayuran dari Neco karena dinilai lebih sehat dan segar. Warga tidak menggunakan pestisida, namun menggunakan pupuk kompos dari peternak ayam dan domba yang ada di dusun tersebut.

“Pemerintah dusun maupun pemerintah desa memberikan apresiasi yang positif terhadap kegiatan masyarakat tersebut. Bercocok tanam  juga mampu menumbuhkan kembali rasa kebersamaan serta gotong-royong di tengah masyarakat,“ tandasnya. (eru)