Remaja Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental

Remaja Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental
Para Konselor dan Praktisi peduli kesehatan mental dari Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia (LAKI) dan Temanbaikk. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Remaja adalah kelompok umur yang sangat terbuka, meski demikian mereka termasuk kelompok yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut data, sekitar 80% masalah kesehatan mental terjadi pada remaja, sementara hanya 20% terjadi pada orang dewasa usia 40-an.

Melihat angka tersebut, Konseling dan Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia (LAKI) dan Temanbaikk menyelenggarakan konseling gratis pada 14-15 Oktober 2023 di Kolektif Collaboration Space, Sleman Yogyakarta.

“Langkah ini sebagai bagian dari upaya kami untuk membantu individu dalam mengatasi masalah kesehatan mental,” kata Sakti Mutiara S.Psi. salah satu psikolog dari LAKI kepada wartawan Sabtu (14/10/2023).

Acara ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada individu-individu yang membutuhkan untuk mendapatkan konseling profesional serta mendukung pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental.

“Masyarakat sering abai dengan kesehatan mental mereka, menurut survey kami, di Jogja angkanya tinggi. Namun demikian bukan berarti di kota lain tidak. Itu karena di Jogja sudah banyak terdata, banyak relawan yang turun ke lapangan,” imbuhnya.

Sementara Sarita Meysaranda Matulu M. Psi. menambahkan, biaya konseling di Yogyakarta tergolong terjangkau, di Puskesmas hanya sebesar Rp8.000-Rp20.000. Namun demikian, stigma dan rasa tabu terkait dengan berbagi masalah pribadi tetap menjadi hambatan utama bagi banyak individu dalam mencari bantuan konseling.

Untuk menghilangkan ini, Sarita mendorong masyarakat untuk melawan stigma tersebut dan mencari bantuan dari profesional yang tepat.

Belakangan, kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental semakin meningkat, terutama setelah dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.

“Pandemi ini telah mempengaruhi interaksi sosial dan berpotensi memengaruhi kesehatan mental banyak orang,” ujarnya.

Kesehatan mental sebagai hak universal merupakan topik yang semakin mendapat sorotan setelah pandemi. Pandemi telah berkontribusi pada peningkatan gangguan jiwa karena adanya pembatasan interaksi sosial yang dapat berdampak pada kesehatan mental.

Sebelumnya, masalah kesehatan mental seringkali dianggap sebagai tanggung jawab individu untuk diselesaikan sendiri. Namun, sekarang kita menyadari pentingnya membangun dialog dan koneksi dengan orang lain serta peduli pada kesehatan diri sendiri.

Dia mencontohkan, masalah bunuh diri yang belakangan terjadi juga harus dilihat dari berbagai sudut pandang dan melibatkan banyak faktor. Penting untuk melakukan assesmen berkelanjutan dan mungkin melibatkan assesmen genetik, biologis, dan kondisi sosial.

“Jadi, ada banyak hal yang perlu kita perbaiki bersama ketika membahas masalah bunuh diri. Kesadaran akan kesehatan mental sebagai hak universal penting dalam memastikan keselamatan dan kesejahteraan setiap individu,” imbuhnya.

Dalam acara tersebut juga diagendakan bedah buku karya Ahmad Wasil Mustofa. Dalam bukunya yang berjudul "Tisu Penghapus Air Mata Ibu" Ahmad menggambarkan sosok ibu yang sering mengalami emosi dan tidak mampu mengungkapkan rasa cintanya secara verbal.

Dia berharap bukunya dapat menjadi sumbangan untuk program lansia dan pembangunan rumah baca di Situbondo.

“Ibu saya memberikan pesan yang tak terlupakan, yaitu ketika saya menjadi perawat kelak, saya tidak boleh melupakan janda lansia. Pesan ini begitu kuat dan tetap tertanam dalam pikiran saya hingga saat ini. Sebagai wujud nyata dari pesan itu, saya berkeinginan agar buku ini dapat dijadikan amal untuk program lansia dan membantu membangun rumah baca,” papar Ahmad.

Dengan begitu, dia berharap dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan dan memberikan dukungan kepada para lansia agar mereka tetap memiliki akses terhadap bacaan dan pengetahuan.

“Semoga usaha ini dapat berkontribusi positif dan menciptakan dampak yang baik bagi masyarakat, terutama bagi janda lansia yang membutuhkan perhatian dan bantuan,” tandasnya. (*)