PWRI DIY Menerapkan Stelsel Pasif Rekrut Pensiunan Baru
Tak perlu program di awang-awang, PWRI DIY ingin menyejahterakan anggotanya.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sebagai daerah yang cocok untuk tempat tinggal menikmati hari tua, tahun 2025 ini tercatat di Provinsi DIY ada lebih dari 100 ribu pensiunan. Namun belum semuanya bergabung ke PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia), organisasi yang mewadahi para pensiunan.
Inilah yang menyemangati Ketua Pengda PWRI DIY Ir H Rumpoko Dewo Daru MSc MBA merekrut anggota baru. Dengan menerapkan stelsel pasif secara otomatis pensiunan ASN, BUMN, BUMD maupun perangkat desa dan kalurahan langsung menjadi anggota PWRI.
“Jumlah anggota akan bertambah. Saat ini anggota yang aktif hanya 10 ribu pensiunan. Mestinya pengurus PWRI itu cari yang masih muda. Yang sudah tua seperti saya parkir saja. Sekarang ini anggota PWRI masih didominasi oleh pensiunan golongan rendah dan menengah dengan usia lebih dari 70 tahun,” ungkapnya di sela Rapat Kerja Daerah PWRI Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2025, Sabtu (18/1/2025), di Aula Gedung Taspen Yogyakarta.
Menurut dia, struktural PWRI DIY sudah tersebar di empat kabupaten/kota. Di Kabupaten Sleman keberadaan PWRI meliputi seluruh kapanewon dan kalurahan. Demikian pula di Kabupaten Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul maupun Kota Yogyakarta yang memiliki 14 kemantren dan 45 kelurahan.
Sesi foto bersama peserta rapat kerja PWRI DIY dengan tamu undangan. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Konsekuensi dari penambahan anggota baru, lanjut Rumpoko, PWRI DIY harus bisa memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi para pensiunan. Setiap kapanewon dan kemantren saat ini sudah memiliki sanggar PWRI sebagai sarana berkumpul menyalurkan hobi, selain pengajian dan arisan serta kegiatan positif lainnya mengisi hari tua.
“Kegiatan dan program PWRI tidak usah di awang-awang, itu halusinasi, tapi kegiatan yang membumi sehingga bisa dikerjakan dan dinikmati oleh para anggota PWRI di perkotaan maupun pedesaan,” ungkapnya.
Merujuk tema rapat kali ini Kita Tingkatkan Jumlah Anggota PWRI Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Rumpoko, penambahan anggota baru juga untuk melaksanakan amanat Munas XIV PWRI tahun 2021 di Jakarta serta wujud dari program penguatan kelembagaan organisasi dan peningkatan partisipasi PWRI mendukung program pembangunan.
Baginya, kaderisasi dan peremajaan pengurus PWRI DIY mutlak dilakukan. “Kegiatan untuk orang tua itu harus sesuai dengan kondisi, ibarat motor harus turun mesin tetapi kita tidak boleh loyo, tetap berjuang sampai akhir usia,” tandasnya.
Pemberian suvenir untuk kenang-kenangan, dari perbankan. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Khusus tahun 2025 sudah tersusun tiga program dan kegiatan prioritas, di antaranya peningkatan kesejahteraan anggota PWRI serta peningkatan kerja sama, termasuk di dalamnya pengembangan koperasi dan UMKM maupun pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lumbung pangan keluarga.
Rumpoko menyebutkan tiga program prioritas itu adalah tindak lanjut dari dari enam program PWRI DIY jangka waktu 2021-2026.
Mewakili Ketua PB PWRI Drs H Marzuki Usman, dalam kesempatan itu Wakil Ketua PB PWRI Bidang Kesejahteraan dan Pengabdian Masyarakat, Drs H Djoko Sidik Pramono MM, sepakat dan memberikan dukungan agar PWRI DIY membuat program yang bermanfaat bagi anggotanya.
“Tidak hanya ekonomi saja tetapi bisa juga sosial, kekeluargaan dan budaya. Anggota diikat dengan koperasi, saat butuh uang bisa ambil dari koperasi. Masih banyak cara untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada masing-masing tingkatan, misalnya kerja sama dengan Taspen dan perbankan,” ungkapnya.
Kekeluargaan
Menurut dia, organisasi pensiunan tidak harus bersifat saklek sebagaimana tertulis di dalam AD/ART melainkan bisa berkembang ke arah yang sifatnya kekeluargaan. “Tengok anggota yang sakit dan iuran itu penting untuk mengembangkan organisasi,” katanya.
Membacakan sambutan tertulis Gubernur DIY selaku Pembina PWRI DIY, Sekretaris Dinas Sosial DIY Sunaryo S Sos MA menyatakan PWRI sebagai organisasi pensiunan memiliki peran yang sangat penting.
Organisasi berskala nasional yang didirikan 24 Juli 1961 di Yogyakarta itu tidak hanya menghimpun pensiunan dan menjadi wadah silaturahmi tapi juga sumber inspirasi berharga untuk pengambilan kebijakan pembangunan daerah dan negara.
Gubernur DIY juga memberikan apresiasi kepada PWRI yang selama ini berkontribusi menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga serta aktif melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Diselingi hiburan
Rakerda PWRI DIY kali ini juga dihadiri para ketua PWRI kabupaten/kota se-DIY, pimpinan PT Taspen DIY maupun jajaran direksi sejumlah perbankan.
Mengingat para peserta rakerda rata-rata sudah berusia lanjut, acara itu diselingi hiburan orgen tunggal. Beberapa peserta secara sukarela menyumbangkan lagu-lagu yang pernah hits pada masanya saat mereka masih muda, seperti lagu keroncong Bunga Sakura.
Mereka juga terlihat bersemangat menyanyikan hymne PWRI maupun menirukan pembacaan Pancaubaya PWRI. (*)