Purworejo Darurat DBD, Total 929 Kasus Tiga Meninggal

Perbedaan DD dan DBD adalah tingkat keparahan gejalanya.

Purworejo Darurat DBD, Total 929 Kasus Tiga Meninggal
Kantor Dinas Kesehatan Purworejo. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Kabupaten Purworejo Jawa Tengah mengalami peningkatan kasus Demam Berdarah (DB) dan mungkin bisa disebut darurat. Kasus tertinggi berada di Kecamatan Purworejo, Kutoarjo, Grabag dan Kecamatan Bayan. Kecamatan lainnya juga mengalami peningkatan tetapi tidak sebanyak daerah-daerah itu.

Demam berdarah  terbagi dua jenis yaitu demam dengue (DD) atau dengue fever dan demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemoragic fever.

“Perbedaan DD dan DBD adalah tingkat keparahan gejalanya. DD merupakan versi ringan dari DBD. Sedangkan penderita DBD yang merupakan fase lanjut, maka pasien atau penderita harus dibawa ke rumah sakit,” ungkap Rohmadi, Pemegang Program PTVZ (Penyakit Tular Vektor Zoonotik) Dinas Kesehatan (Dinkes) Purworejo, Rabu, (22/1/2025).

Adapun data total kasus saat ini per 21 Januari 2025 yaitu 929 kasus, terdiri dari 673 DD dan 252 DBD, tiga orang dinyatakan meninggal dunia.

Lingkungan rumah

Dinkes menghimbau seluruh warga Purworejo menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu Menguras, Menutup, Mengubur dan Memanfaatkan kembali (3M plus) serta memastikan lingkungan rumah bebas dari jentik nyamuk.

"Selama lingkungan kita masih banyak jentik, kemungkinan besar ada potensi risiko bertambah kasus, mari terapkan PSN 3M plus bersama-sama," jelas Rohmadi.

Dinkes Purworejo melakukan advokasi ke kelurahan, kader jumantik yang bertugas di desa atau kelurahan yang menjadi fokus penanganan masalah pembasmian sarang nyamuk.

Tujuannya untuk bersama-sama mengatasi dan mengendalikan DBD maupun DD dengan PSN 3M plus, serta pemberian abate (obat yang digunakan untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk penyebar penyakit tersebut.

Permintaan fogging

Menurut Rohmadi, untuk mengendalikan DD atau DBD diperlukan PSN bersama. Dinkes tidak bisa memenuhi permintaan warga untuk melakukan fogging.

"Kami menilai lebih efektif melakukan PSN untuk membasmi bibit nyamuk Aedes aegypti. Kalau kegiatan fogging hanya membasmi nyamuk dewasa, jentiknya masih aktif, belum nanti adanya polusi udara," ujarnya mewakili Kabid Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, dr Budi Susanti.

Dia menambahkan sosialisasi Dinkes merujuk ke Puskesmas, bidan desa/kelurahan dan kader, untuk selalu mengingatkan PSN 3M plus kepada masyarakat. Bisa juga lewat grup dasa wisma, grup kader dan share ke media maupun seluruh masyarakat. (*)