Pesawat Menpar Berputar di Udara 30 Menit

Pesawat Menpar Berputar di Udara 30 Menit

KORANBERNAS.ID – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya akhirnya merasakan sendiri pesawat yang ditumpanginya terpaksa harus holding area, terlebih dahulu berputar-putar di udara sebelum mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Kamis (22/8/2019).

Holding terjadi kurang lebih selama 30 menit. Pesawat tersebut dijadwalkan mendarat di Yogyakarta pukul 10:40. Karena harus menunggu jadwal pergerakan pesawat di landasan, pendaratan mengalami keterlambatan.

“Saya mendarat harusnya pukul 10:40 tetapi ternyata pukul 11:40. Holding time selama 30 menit,” ucapnya saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Kawasan Pariwisata Borobudur di Deloano Glamorous Camping Desa Sedayu Kecamatan Loano Purworejo Jawa Tengah.

Di hadapan awak media, Arief Yahya bisa memaklumi kondisi tersebut. Namun demikian hal seperti itu bisa berdampak besar bagi pengembangan kepariwisataan.

Setidaknya acara pembukaan rakor pun sedikit agak mundur dari jadwal semula. Begitu sampai di Deloano Glamping, Menpar dan rombongan langsung disambut tari Kricak Sraga oleh sejumlah penari perempuan.

Menpar mengatakan, itulah sebabnya tatkala menjadi Menteri Pariwisata dirinya hanya punya satu permintaan ke Presiden RI Joko Widodo, yakni bandara, untuk mengembangkan destinasi pariwisata prioritas Candi Borobudur.

“Kapasitas Bandara Adisutjipto itu 1,5 juta penumpang tetapi load-nya 6 juta,” ungkapnya didampingi Direktur Utama (Dirut) Badan Otorita Borobudur (BOB) Indah Juanita, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman, Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib serta pejabat terkait dari DIY dan Jawa Tengah.

Menpar mengakui, pariwisata DIY sudah sangat terkenal. Persoalannya hingga saat ini devisa sektor pariwisata dari DIY sangat kecil. “Jogja yang sangat terkenal itu ke mana?” ujarnya bertanya.

Lagi-lagi karena faktor bandara dan aspek aksesibilitas, maka wisatawan mancanegara (wisman) yang direct hanya memberikan kontribusi 1,2 persen saja bagi devisa dari sektor pariwisata. “Untuk wisatawan nusantara (wisnus) saya tidak khawatir,” ucap dia.

Para penari menyambut kehadiran menpar dan rombongan di Deloano Glamping. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Borobudur segalanya

Menurut Menpar, pariwisata di DIY dan Jawa Tengah tidak kalah dengan Bali, baik budaya maupun keindahan alamnya. Bagaimana pun, dunia pariwisata sangat tergantung dengan sektor transportasi. “Yang masalah itu aksesibilitas. 100 persen wisman ke DIY dan Jateng itu lewat udara,” kata dia.

Dia meyakini hadirnya Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo akan mampu mendongkrak kunjungan wisman ke Borobudur.

Sebagai perbandingan, Candi Borobudur yang lebih megah, lebih besar serta lebih terhormat dari Angkor Wat di Kamboja, hanya memperoleh kunjungan wisman 250 ribu setahun.

Sedangkan Angkor Wat bisa mencapai 2,5 juta atau sepuluh kali lipatnya. “Candi Borobudur ini lebih dari segala-galanya,” kata Arief Yahya.

Apabila target kunjungan wisman terpenuhi 2 juta maka bisa diperoleh devisa 2 miliar Dolar AS yang beredar di Jateng dan DIY. “Istilah Pak Presiden, menetes sampai bawah. Devisa pariwisata yang masuk lebih banyak dinikmati oleh masyarakat,” kata dia.

Contoh lain, pengembangan Danau Toba. Setelah ada Bandara  Silangit, kunjungan wisman naik lima kali lipat karena tidak harus lebih dulu ke singgah di Medan. “Nanti hal yang sama akan terjadi di sini,” tandasnya.

Menpar foto bersama dengan para penari. (sholihul hadi/koranbernas.id)

10 Bali Baru

Lebih lanjut Menpar menyampaikan, pengembangan Kawasan Pariwisata Borobudur merupakan bagian dari visi membangun Indonesia di periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Presiden menegaskan akan menyambungkan infrastruktur-infrastruktur besar seperti tol, kereta api. pelabuhan dan bandara dengan kawasan-kawasan produksi rakyat, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pariwisata.

Pembangunan infrastruktur harus menjadi perhatian utamanya percepatan pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) yang dikembangkan sebagai Bali Baru di seluruh Indonesia.

Adapun sepuluh destinasi tersebut yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, Belitung di Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta dan Candi Borobudur Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur.

Kemudian, Mandalika Lombok di Nusa Tenggara Barat, Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara serta Morotai Sulawesi Utara

Dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas tersebut, Presiden menetapkan 4 DPP yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo sebagai Super Prioritas.

Tahun ini presiden menambah satu KEK Likupang Sulawesi Utara sehingga menjadi lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas yang harus dilakukan percepatan pengembangannya

Untuk mendukung pengembangan pariwisata super prioritas tersebut, saat ini sedang dibuat Integrated Tourism Masterplan (ITMP) di Danau Toba, Borobudur dan Mandalika.

Menurut dia, rencana komprehensif untuk mengembangkan destinasi perlu memperoleh perhatian para stakeholder. “ITMP akan menjadi panduan pengembangan pariwisata sampai dengan 25 tahun ke depan,” ucap dia.

Terdapat empat komponen yang dapat mendukung pencapaian tujuan utama program ini yaitu meningkatkan kapasitas kelembagaan, memfasilitasi pengembangan pariwisata terpadu dan berkelanjutan.

Berikutnya, meningkatkan kualitas jalan dan akses pelayanan dasar, mendorong partisipasi lokal dalam perekonomian sektor pariwisata dan meningkatkan Ilingkungan yang kondusif untuk masuknya investasi swasta dan usaha ke bidang pariwisata.

Deloano Glamorous Camping Purworejo Jawa Tengah. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Target wisman

Indah Juanita menambahkan, tugas Badan Otorita Borobudur mencakup pengembangan Zona Otorita seluas 309 Ha di Purworejo dan melaksanakan koordinasi sinkronisasi dan fasilitasi di Kawasan Koordinatif yang terdiri dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur-Yogyakarta, DPN Semarang-Karimunjawa serta DPN Solo Sangiran.

“Keberadaan BOB dapat menunjang percepatan pencapaian target 2 juta wisatawan mancanegara di DIY dan Jawa Tengah,” ujarnya.

Badan Otorita Borobudur mendukung implementasi ITMP sehingga ke depan dokumen tersebut perlu disosialisasikan ke pemangku kepentingan sebagai acuan pengembangan pariwisata.

BOB mesti berperan aktif dalam koordinasi, fasilitasi dan sinkronisasi dalam pengembangan 3 DPN.

Selain koordinatif di wilayah 3 DPN, Badan Otorita Borobudur terus berbenah mengembangkan kawasan otoritatif menjadi kawasan pariwisata terpadu seperti Nusa Dua Bali, sehingga menimbulkan multiplier efek positif bagi kawasan di sekitarnya.

Badan Otorita Borobudur telah mengembangkan Laboratorium Nomadic Tourism (DeLoano Glamourus Glamping) yang diresmikan Menteri Pariwisata RI 14 Februari 2019.

Dampak dari adanya Nomadic Tourism ini sangat positif sekali dirasakan oleh masyarakat sekitar Selain Laboratorium Nomadic Tourism tersebut.

BOB juga mengembangkan atraksi baru yaitu Tree House, Amphitheater Home pod dan Green House.

Diharapkan BOB dapat menjadi pendongkrak kesejahteraan masyarakat sekitar, dengan tetap memperhatikan harmonisasi social culture setempat.

Dalam mengembangkan kepariwisataan di kawasan otoritatif dan koordinatif BOB mengadopsi jurus Menteri Pariwisata yaitu budaya kerja win way yang menjadi senjata untuk memenangkan persaingan dengan jurus 3S yaitu Solid, Speed dan Smart.

“Di era teknologi digital saat ini, tidak lagi berlaku pendapat yang besar mengalahkan yang kecil. Kini sudah berubah, yang cepat akan mengalahkan yang lambat,” ujarnya. (sol)