Perlu Perlawanan untuk Menyelamatkan Bangsa

Pentas Teater-Musikal ISI Yogyakarta dalam rangka dies natalis

Kisah Niskala Nawasena merupakan metafora dari permasalan bangsa Indonesia saat ini. Raja Adhikara sebagai gambaran amanat kemerdekaan terus terancam oleh gangguan perpecahan, radikalisme, multi krisis, dan dekadensi moral yang digambarkan dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara. Bila ancaman-ancaman itu terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin negeri ini akan tercerai berai menjadi bagian-bagian yang terpecah seperti gambaran Ratu Buana yang menjadi tawanan Ahengkara. Maka dibutuhkan perlawanan untuk menyelamatkan bangsa dari segala kehancuran. Adalah Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki. Karena semua generasi muda bangsa ini adalah Niskala: Berjiwa kuat, dan Nawasena: berpandangan masa depan yang cerah.

Perlu Perlawanan untuk Menyelamatkan Bangsa
Para pemain Niskala Nawasena. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta menyelenggarakan pertunjukan teater musikal dengan judul Niskala Nawasena pada hari Jumat, 25 Agustus 2023 pukul 19.30 wib di Laboratorium Seni kampus ISI Yogyakarta, Jl. Parangtritis KM 6,5 Sewon Bantul.

Siaran pers yang diterima koranbernas.id Sabtu (26/8/2023) menyebutkan, pertunjukan ini merupakan rangkaian dari acara dies natalis ke-39 ISI Yogyakarta, sebagai bentuk kolaborasi dosen dan mahasiswa antarprodi yang menggabungkan unsur teater, tari, musik etnik, musik modern, pedalangan, dan animasi.

Niskala Nawasena mengisahkan perjuangan anak muda dalam merebut kembali kerajaan Dwipantara setelah dikudeta oleh para pemberontak di bawah pimpinan Ahengkara. Raja Adhikara yang terusir ke dalam hutan harus berjuang dengan luka panah di dadanya. Sementara Ratu Buana tersandera di dalam istana sebagai tahanan. Niskala mengatur siasat dengan pasukan yang tersisa untuk merebut kembali kedaulatan.

Kisah Niskala Nawasena merupakan metafora dari permasalan bangsa Indonesia saat ini. Raja Adhikara sebagai gambaran amanat kemerdekaan terus terancam oleh gangguan perpecahan, radikalisme, multi krisis, dan dekadensi moral yang digambarkan dengan sosok antagonis tokoh Ahengkara. Bila ancaman-ancaman itu terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin negeri ini akan tercerai berai menjadi bagian-bagian yang terpecah seperti gambaran Ratu Buana yang menjadi tawanan Ahengkara. Maka dibutuhkan perlawanan untuk menyelamatkan bangsa dari segala kehancuran. Adalah Niskala sang generasi emas, anak muda pewaris bangsa memimpin perlawanan dengan tekad merebut kembali kemerdekaan yang hakiki. Karena semua generasi muda bangsa ini adalah Niskala: Berjiwa kuat, dan Nawasena: berpandangan masa depan yang cerah.

Naskah Niskala Nawasena ditulis dan disutradari oleh: Rano Sumarno, M.Sn,  penata lagu: Puput Pramuditya, M.Sn., Penata Iringan: Warsana, M.Sn., Penata Tari: Galih Suci Manganti, M.A., dan Penata Wayang: Aneng Kiswantoro, M.Sn. (*)