Pengelolaan Sampah sebagai P5 Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah

Oleh: Yudi Heriana Tantri

MASALAH Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini masih menjadi berita hangat karena Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Piyungan yang sudah overload. Hampir sering kita jumpai di sepanjang jalan ringroad, saat ini banyak tumpukan sampah yang dibuang di sembarang tempat sehingga menimbulkan bau tak sedap dan pemandangan yang tidak enak.

Pengelolaan Sampah sebagai P5 Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Yudi Heriana Tantri. (istimewa).

MASALAH Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini masih menjadi berita hangat karena Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Piyungan yang sudah overload. Hampir sering kita jumpai di sepanjang jalan ringroad, saat ini banyak tumpukan sampah yang dibuang di sembarang tempat sehingga menimbulkan bau tak sedap dan pemandangan yang tidak enak. Berpijak dari situ dan menerapkan P5 Kurikulum Merdeka Belajar, SD N Puluhan, Sedayu, Kabupaten Bantul mengajarkan kepada peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam memilah sampah plastik, nonorganik dan organik untuk dapat disendirikan.

Kebijakan Pemerintah melalui Kemendikbudristekdikti dengan Kurikulum merdeka belajar, dalam pengembangan kurikulum untuk pembelajaran peserta didik di sekolah dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.

Berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran, maka pada Tahun Pelajaran 2022/2023 Kurikulum Merdeka mulai diberlakukan di seluruh satuan pendidikan terutama untuk kelas 1,2,4, dan 5.

Adapun Pelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolah dasar (SD), diisi dengan berbagai kegiatan yang sesuai dengan prinsip P5 itu sendiri. Ada beberapa contoh kegiatan P5 di SD yang bisa menginspirasi. P5 adalah proyek yang dilakukan dengan menanamkan karakter pada pribadi peserta didik berdasarkan nilai-nilai Pancasila. P5 berupaya menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa dan negara yang unggul dan produktif. Serta dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan global yang berkesinambungan. Perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama :

1.    Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia

2.    Berkebinekaan global

3.    Bergotongroyong

4.    Mandiri

5.    Bernalar Kritis

6.    Kreatif

Hal ini dapat dibangun melalui budaya keseharian di sekolah, dimulai dari pembelajaran intrakurikuler, proyek penguatan (kokulikuler) dan kegiatan ekstra kurikuluer. (Guru Inovatif).

Upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila adalah melalui Projek Penguatan  Profil Pelajar Pancasila (P5). Ini sebagai bentuk implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dengan tujuan menguatkan karakter siswa. Banyak tema yang ada di Kurikulum Merdeka, salah satunya yang sudah ditetapkan oleh Kemendibudristek yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan. Tema ini dimaksudkan agar siswa sadar dan memberikan contoh serta ada perubahan perilaku terhadap pola hidup yang baik dengan kesadaran terhadap lingkungan.

1.    Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Sementara Profil Pelajar Pancasila mendukung visi tersebut dengan menjadikan Pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Kegiatan P5 di SD dilansir dari beberapa sumber, berikut contoh kegiatan P5 di Sekolah Dasar yang bisa menginspirasi. 1. Kegiatan P5 dilakukan dengan melaksanakan tema gaya hidup berkelanjutan. Yaitu, pembuatan pupuk bokasi yang dimulai dari pemisahan sampah organik dan anorganik sampai pada pengolahan sampah organik menjadi pupuk bokasi.

2.    Kegiatan P5 juga bisa mengambil tema kewirausahaan.

Dengan Pelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada Kurikulum Merdeka Belajar, diharapkan para pelajar dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat SLTA, menjadi manusia unggul dan maju namun tetap mengedepankan nilai-nilai karakter bangsa dengan Pancasila sebagai dasar dan pijakannya, sehingga bangsa Indonesia yang selama ini menjunjung tinggi adat ketimuran, tetap menjaga etika dan karakter bangsa yang disegani kawan maupun lawan. Semoga. *

Yudi Heriana Tantri, M.Pd

Guru SD N Puluhan, Sedayu, Bantul