Pemulangan WNI dari Wuhan Dinilai Tepat

Pemulangan WNI dari Wuhan Dinilai Tepat

KORANBERNAS.ID, JOGJA --  Staf Peneliti  Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (UGM) bidang Ekonomi Politik dan Pembangunan Internasional, Arindha Nityasari mengungkapkan pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Cina dinilai tepat. Upaya pemerintah tersebut dapat mencegah penularan virus corona pada WNI.

"Sudah menjadi kewajiban Indonesia untuk melindungi warga negaranya," ujar Arindha di kampus setempat, Rabu (05/02/2020).

Menurut evakuasi tersebut merupakan keputusan yang cukup berani.  Kewajiban tersebut telah tertulis pada pasal 21 Undang-Undang no 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri, dimana pemerintah Indonesia wajib menjaga warga negara Indonesia dari suatu ancaman yang nyata, dalam kasus ini berbentuk penyebaran wabah 2019-nCoV. Kepulangan mereka cukup beresiko, termasuk dalam proses evakuasi tersebut. Tim evakuasi berisiko terpapar virus tersebut.

"Selain itu kemungkinan virus yang lolos deteksi pada WNI yang telah dievakuasi," ungkapnya.

Sementara Indrawan Jatmika, Staf Peneliti IIS di bidang Politik Global dan Keamanan mengungkapkan, kasus penyebaran SARS pada tahun 2002 bisa jadi acuan dalam menganalisa dampak ekonomi wabah 2019-nCoV. 2019-nCoV memiliki potensi pengaruh terhadap ekonomi Cina yang lebih besar dibanding SARS pada tahun 2002. Hal ini diperkirakan terjadi karena persebaran wabah yang bertepatan dengan tahun baru Cina. Konsumsi masyarakat domestik seharusnya berada pada tingkat tertinggi.

"Tidak ada perputaran uang yang terjadi karena berbagai macam industri terpaksa berhenti beroperasi karena penyebaran virus," tandasnya.

Wuhan sebagai pusat persebaran virus 2019-nCoV merupakan salah satu pusat industri Cina. Sehingga lumpuhnya Wuhan berarti lumpuhnya industri di daerah tersebut.

Hal ini tentunya mempengaruhi baik perusahaan lokal maupun perusahaan-perusahaan besar yang membuka pabrik di Cina. Bahkan beberapa manufaktur besar seperti Apple terpaksa menutup pabriknya di Cina untuk sementara waktu, sehingga menimbulkan penurunan saham yang mencapai 8 persen.

Selain itu, wabah ini juga mempengaruhi turunnya harga minyak dunia. Sebab Cina sebagai konsumen terbesar minyak bumi mengurangi konsumsi minyaknya, sehingga negara-negara produsen minyak harus mencari pasar alternatif.

"Tantangan utama bagi pemerintah Cina menurut Indrawan adalah memulihkan dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi Cina, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bentuk legitimasi Partai Komunis Cina dalam berkuasa," imbuhnya.(yve)