Pelarangan Mudik Perlu jadi Kesadaran Kolektif

Pelarangan Mudik Perlu jadi Kesadaran Kolektif

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Pelarangan mudik yang diatur pemerintah sepatutnya didukung dan dilaksanakan dengan sadar. Hal ini tak lain demi menekan penyebaran kasus Covid-19 yang melanda Indonesia. Dalam konteks mudik ini Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan, tentu harus ada kesadaran kolektif kita ketika pemerintah melarang. Kita bisa menunda atau juga bersabar untuk tidak mudik demi kepentingan kita bersama, keluarga dan masyarakat luas.

"Tentu kita juga berharap pemerintah juga konsisten agar kebijakan melarang mudik juga disertai dengan pengendalian seluruh kegiatan-kegiatan publik yang memancing atau memberi potensi bagi kerumunan massa," imbau Haedar Nashir kepada wartawan, Senin (10/5/2021) di Kantor Pusat Pimpinan Muhammadiyah, Yogyakarta.

Haedar menyebut, tempat wisata, ruang-ruang publik dan lain sebagainya agar juga ada pendekatan dan langkah yang menyeluruh dan simultan. "Sebab kalau mudik saja yang dibatasi, sementara yang lainnya tidak kan sebenarnya juga akan menimbulkan masalah," lanjutnya.

Dalam menghadapi musibah pandemi Covid-19 yang belum reda, bahkan di negara-negara lain ada eskalasi peningkatan, Haedar mengajak seluruh umat beragama maupun seluruh warga bangsa dan elit bangsa untuk mengoptimalkan ikhtiar selain munajat berdoa.

"Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan adalah bersikap dan berperilaku yang seksama, disiplin dan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dengan ikhtiar ini kita bisa menghadapi pandemi dan tentu kita berharap bahwa kedepatan semakin baik dan akhirnya kita terbebas dari pandemi yang sangat dahsyat ini," kata Haedar.

"Sikap disiplin dan mengikuti protokol kesehatan itu wujud dari aktualisasi taqwa sebenarnya. Sikap hidup penuh keseksamaan yang secara lahir-batin, dan rasional, sehingga kita sebagai insan yang selalu cermat  berdasarkan ilmu dan mementingkan kemaslahatan," imbuhnya.

"Jangan lemah, jangan abai apalagi malah memandang sikap seksama itu sebagai paranoid," tegasnya.

Tentu juga harus memperhitungkan situasi ini, lanjut Haedar, seperti dampak ekonomi. Terutama bagi masyarakat yang hidupnya dalam keadaan terbatas pas-pasan, duafa dan terkena PHK. Maka sikap seksama itu kita tunjukkan juga dengan semangat untuk kebersamaan gotong royong, saling membantu, peduli dan lain sebagainya.

Ramadhan yang tinggal menghitung hari lagi sudah semestinya dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi umat muslim. Waktu terbaik saat bulan suci Ramadan dan momen Idulfitri 1442 H menjadi saat yang tepat untuk menghadirkan praktek keislaman atau keberagaman yang serba bajik dan menghindari hal negatif sebagai implementasi ketaqwaan.

Haedar melanjutkan, Jiwa Keberagaman ini harus kita wujudkan di ruang publik agar semakin berkualitas. Bagaimana umat islam, hasil dari puasa hingga Idulfitri nanti mampu hadir menjadi insan-insan terbaik yang menyebar nilai-nilai kebaikan perdamaian persatuan ukuwah dan nilai-nilai keutamaan lain yang akan menjadi dasar dan sifat moralitas publik.

"Dengan demikian agama dan keagamaan kita mampu menjadi moralitas luhur dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan," tutupnya.(*)