Pelajar SMKN 1 Sewon Bantul Praktik Membatik di Kulonprogo

Dengan motif kekinian membuat anak muda lebih mencintai batik dan tergugah ikut melestarikannya.

Pelajar SMKN 1 Sewon Bantul Praktik Membatik di Kulonprogo
Praktik belajar batik siswa SMKN 1 Sewon Bantul di Batik Sembung Gulurejo Lendah Kulonprogo. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Pelajar SMKN 1 Sewon Bantul Praktik Membatik di Kulonprogo

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Batik diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) pada tahun 2009. Pengakuan ini menunjukkan batik bukan hanya sekadar kain tetapi juga sebuah tradisi, ekspresi dan pengetahuan yang berharga bagi masyarakat Indonesia.

Pengakuan ini merupakan penghargaan internasional terhadap batik sebagai warisan budaya takbenda yang memiliki nilai historis, artistik, dan simbolis. Batik tidak hanya dianggap sebagai bagian dari budaya lokal, tetapi juga sebagai aset dunia yang harus dilestarikan.

Dalam rangka tugas akhir siswa kelas XII kompetensi keahlian (jurusan) Usaha Layanan Wisata (ULW) 1 SMK Negeri 1 Sewon Bantul melaksanakan workshop bertema Bersama Warisan Budaya Menyapa Dunia di Sentra Batik Sembung Gulurejo Lendah Kulonprogo, Rabu (23/4/2025). Adapun narasumber tokoh muda batik, Bayu Permadi.

Selain workshop siswa juga praktik membuat batik cap kombinasi tulis dengan dibantu pemandu lokal. Diawali dengan membuat motif menggunakan cap dan diberi warna.

Penghilangan lilin

Lalu, ditambah motif yang lebih rumit menggunakan canting. Proses selanjutnya adalah nglorot warna batik yakni proses penghilangan lilin atau malam dari kain batik setelah selesai diwarnai.

Proses ini dilakukan dengan merendam kain batik dalam air panas, seringkali dengan tambahan abu soda, untuk meluruhkan lilin yang menempel pada kain. Tujuan nglorot untuk membersihkan kain dan menampilkan warna-warna yang telah diaplikasikan pada batik. Setelah itu proses finishing dan dijemur.

Ada 72 pelajar dan guru yang ikut dalam kegiatan ini. Adapun motif yang menjadi ciri khas dari Batik Sembung adalah kontemporer dengan warna yang ngejreng dan juga batik abstrak dengan motif kekinian.

"Jadi dengan motif kekinian membuat anak muda menjadi lebih mencintai batik. Dan tergugah ikut melestarikannya," kata Bekti Prasetyadewi, pengelola Batik Sembung, di lokasi.

Anak muda

Itu pula yang menjadi salah satu semangat berdirinya Batik Sembung pada Desember  tahun 2009. Berawal dari menjual batik dan seragam batik kemudian pengelola merangkul anak muda dengan tidak hanya menjual batik-batik klasik namun juga kontemporer dan abstrak serta colorful.

Selain itu, juga  membuat workshop sehingga anak muda bisa langsung belajar membuat batik dan bertanya seputar batik di tempat tersebut.

Kajur ULW SMK Negeri 1 Sewon, Novi Indrayati SPd,  mengatakan Kegiatan ini tidak hanya di Batik Sembung tapi juga di studio alam Gamplong Sleman.

Para siswa mempraktikkan tugas pembelajaran MICE (Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions).
"Mereka yang mengkreasi kegiatan ini mulai dari konsep,  kemudian membuat workshop, mencari narasumber menggandeng sponsor serta membuat paket wisata," katanya.

Ujian akhir

Kepala SMKN 1 Sewon, Sri Hartati MPd, secara terpisah menjelaskan siswa mempraktikkan pembelajaran yang mereka peroleh selama ini.

Diharapkan dengan ujian akhir, siswa bisa menerapkan ilmu yang didapatkan saat lulus bisa membuat event atau kegiatan, membuat paket wisata, bekerja di travel agent hingga berwirausaha.
Sebelumnya siswa ULW 2 juga membuat acara di Karst Tubing Sedayu dengan kegiatan workshop, outbound dan tubing.

Siswa kelas X dan XI juga dilibatkan dalam kegiatan ini sebagai peserta. Kelas XII sebagai panitia kegiatan. (*)