Pandemi Membuat Orang Malas Menyikat Gigi

Pandemi Membuat Orang Malas Menyikat Gigi

KORANBERNAS ID, JAKARTA -- Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI) menggelar Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2021.

Kolaborasi bersama brand Pepsodent ini meyakini gigi yang kuat akan berujung pada hidup yang lebih sehat, melalui BKGN 2021, Pepsodent mengawali kampanye “Yuk #SikatGigiSekarang untuk #SenyumIndonesia” yang menginspirasi dan mengedukasi masyarakat untuk segera membebaskan diri dari gigi berlubang.

Drg Ratu Mirah Afifah, Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation, dalam konferensi pers secara daring, Kamis (24/9/2021), mengatakan sebagai brand perawatan kesehatan gigi dan mulut yang telah hadir lebih dari 75 tahun di Indonesia, Pepsodent terus mewujudkan purpose-nya untuk mendukung edukasi dan perawatan gigi.

"Permasalahan gigi dan mulut masih menjadi salah satu isu kesehatan utama yang dialami setengah populasi dunia dari berbagai lapisan usia. Termasuk di Indonesia, dimana 7 dari 10 masyarakat Indonesia menderita gigi berlubang," lanjutnya.

Tantangan permasalahan gigi dan mulut bahkan makin terasa ketika pandemi. Survei global Pepsodent menunjukkan bahwa 30% responden di Indonesia mengaku pernah melewati sehari penuh tanpa menyikat gigi.

"Umumnya hal tersebut disebabkan rasa malas (46%), karena berkurangnya interaksi tatap muka karena pandemi yang mengharuskan menjaga jarak. Akibatnya, permasalahan gigi dan mulut kian meningkat," sambung Mirah.

Permasalahan gigi dan mulut juga menjadi perhatian pihak Pemerintah. Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, menyatakan pandemi Covid-19 berdampak pada menurunnya pemanfaatan layanan kesehatan gigi dan mulut oleh masyarakat. Hal ini tentunya dapat menjadi tantangan dalam mewujudkan Indonesia bebas karies tahun 2030.

“Di tengah belum meratanya SDM kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, saya ucapkan terima kasih kepada Unilever Indonesia bersama Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, serta semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara (BKGN) ini. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua, baik untuk tenaga kesehatan gigi dan mulut maupun masyarakat Indonesia," ujar Menkes.

Perawatan gigi dan mulut juga perlu diperhatikan agar terhindar dari permasalahan kesehatan yang lebih serius, termasuk kesehatan jantung. Studi menyebutkan bahwa orang yang memiliki permasalahan gigi berlubang parah berisiko terkena penyakit jantung hingga 3 kali lebih tinggi.

Dokter BRM Ario Soeryo Kuncoro, pakar kardiologi dari RSJPD Harapan Kita/Heartology CV Center Brawijaya Hospital Saharjo, menerangkan gangguan pada jantung yang seringkali berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut adalah endokarditis, terjadi ketika kuman masuk ke aliran darah sehingga memicu peradangan dan kerusakan pada katup jantung dan menyebabkan kebocoran.

"Kumpulan kuman yang menempel pada jaringan yang luka akan meningkatkan risiko infeksi lanjut dan stroke sehingga diperlukan penanganan segera dan operasi katup, bahkan penggantian katup jantung," paparnya.

"Kuman salah satunya dapat berasal dari kondisi kesehatan gigi yang buruk seperti gigi berlubang parah. Jadi, endokarditis sangat bisa dicegah, termasuk dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta rutin memeriksakan gigi," tandas Ario.

Melihat fakta tersebut, edukasi konsisten masih sangat dibutuhkan. Layanan kesehatan gigi dan mulut berbasis digital merupakan alternatif tepat untuk menjangkau masyarakat luas. Untuk itu, BKGN 2021 kembali mengoptimalkan layanan teledentistry nasional “Tanya Dokter Gigi by Pepsodent” melalui official WhatsApp Tanya Pepsodent di 0878-8876-8880 selama November – Desember, melibatkan dokter gigi dari 28 Fakultas Kedokteran Gigi dan 50 PDGI cabang. (*)