Naskah Kuno Ribuan Lembar Terancam Rusak, Berhasil Diselamatkan dengan Proses Digitalisasi

Naskah Kuno Ribuan Lembar Terancam Rusak, Berhasil Diselamatkan dengan Proses Digitalisasi
Preservasi naskah kuno sebelum dilakukan pemotretan. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Penyelamatan puluhan naskah kuno melalui proses digitalisasi dilakukan di Yogyakarta melalui program Wikisource Loves Manuscripts (WILMA). Program tersebut diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wikimedia Foundation.

Ribuan halaman naskah kuno yang terancam rusak berhasil diselamatkan ke dalam format digital dan hasilnya disimpan secara online serta dapat diakses oleh publik.

Misi WILMA tersebut dilaksanakan 4 - 31 Mei 2023 di Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul dan Sleman. Dimulai dari Bantul, pertama kali yang diselamatkan adalah naskah-naskah koleksi Museum Wayang Beber Sekartaji yang dikelola oleh Indra Suroinggeno.

Total naskah yang didigitalisasi di Museum Wayang Beber Sekartaji ini sejumlah sepuluh buah terdiri dari tujuh koleksi lontar dan tiga manuskrip bermaterial kertas Eropa.

Selanjutnya, WILMA melaksankan misi yang kedua di Kota Yogyakarta. Tim mendigitalkan delapan naksah notasi seni karawitan karya Empu Gending Yogyakarta yaitu KRT Wiroguno. Naskah-naskah itu tersimpan dan menjadi koleksi Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni KRT Wiroguno di kompleks nDalem Kaneman.

Misi ketiga di Program Studi Bahasa, Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Di tempat ini tim berhasil mendigitalkan delapan buah naskah, empat di antaranya lontar dan empat naskah bermaterial kertas.

Usai dari UGM, misi WILMA yang keempat adalah mendigitalisasi naskah-naskah milik masyarakat Gunungkidul. Kali ini, tim lapangan digawangi oleh Komunitas Jangkah Nusantara bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul.

Empat naskah kuno koleksi warga Gunungkidul berhasil didigitalisasi, tiga berasal dari daerah Nglipar milik Sakiyo dan satu naskah dari Paliyan milik Sutoyo.

Proses preservasi lontar oleh tim bersama mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. (istimewa)

Misi WILMA yang terakhir di wilayah Sleman. Ada tiga naskah yang didigitalkan dari koleksi pribadi Sinarendra. Dia adalah seorang guru dan pegiat aksara Jawa. Akhirnya, misi WILMA di DIY berhasil mendigitalkan 33 naskah dengan total lebih dari 8.000-an halaman.

Komunitas Jangkah Nusantara Yogyakarta dipilih oleh PPIM UIN Syarif Hidayatullah dan Wikimedia Foundation untuk menjalankan misi preservasi dan digitalisasi naskah wilayah DIY.

Komunitas Jangkah merupakan wadah bagi muda-mudi Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno. Komunitas ini telah berkiprah hampir lima tahun sejak berdiri 29 September 2018.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas Jangkah Nusantara di antaranya Jagongan Naskah sebuah diskusi bulanan, pelatihan penerjemahan, penulisan artikel populer atas naskah-naskah kuno dan program-program penyelamatan naskah-naskah kuno.

M Bagus Febriyanto selaku Ketua komunitas Jangkah Nusantara, Kamis (25/5/2023), mengatakan tujuan kegiatan ini untuk menjaga, memulihkan dan menghadirkan manuskrip dalam bentuk digital.

Terdapat sekitar 30-an manuskrip yang dipreservasi dan didigitalkan. Manuskrip terdiri dari naskah Al Quran, naskah gendhing dan naskah-naskah Jawa lainnya.

Proses digitalisasi naskah-naskah Gunungkidul dipantau langsung Kepala Dinas Perpustakan dan Kearsipan Gunungkidul. (istimewa)

“Naskah-naskah ini memiliki nilai intelektual dan sejarah yang luar biasa, dan telah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pengetahuan manusia,” ungkapnya.

Dalam upaya melestarikan dan memulihkan manuskrip bersejarah di Yogyakarta, kegiatan preservasi dan digitalisasi melibatkan ahli.

Bagus Febriyanto bertindak sebagai Academic Expert yang dibantu Tim Fotografrer yaitu Jergian dan Kartiko, tim konservasi Efflina, Hasbi dan Devi serta tim katalogisasi Zainal, Ajeng, Hadi, Krisna dan Sukma.

“Tim ahli konservasi fisik akan melakukan perawatan fisik untuk memulihkan kondisi manuskrip, seperti membersihkan, mereparasi dan melindungi material manuskrip agar tetap awet dan terjaga,” jelasnya.

Adapun tim katalogisasi melakukan pendataan bahan pustaka seperti penentuan judul, pengarang, subyek dan atribut lain yang relevan dari suatu bahan pustaka agar dapat diakses dan ditemukan dengan mudah.

Tim digitalisasi dan dokumentasi, lanjut Bagus, akan mendigitalisasi manuskrip-manuskrip dengan menggunakan teknologi canggih. Dari proses digitalisasi ini akan tercipta salinan elektronik yang akurat dan tahan lama, sehingga memungkinkan akses yang lebih mudah dan meminimalkan risiko kerusakan fisik manuskrip.

“Kami mengundang seluruh masyarakat yang tertarik dan peduli terhadap pelestarian warisan budaya untuk bergabung dengan kami dalam kegiatan pemeliharaan manuskrip. Dengan dukungan dan partisipasi Anda, kami dapat menjaga kas kaya atau kekayaan intelektual ini agar tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” tambahnya.

Naskah-naskah yang telah didigitalisasi akan diunggah ke situs Wikimedia Commons yaitu repositori berkas multimedia yang bebas dan terbuka. Nanti, diharapkan siapa pun dapat memanfaatkan hasil digitalisasi manuskrip dari Yogyakarta ini.

Selain disimpan secara online, naskah-naskah yang telah diunggah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai korpus dataset untuk pengembangan Optical Character Recognition (OCR) berbasis intelegensi buatan (artificial intelegent).

Tujuannya untuk membantu mempercepat proses pembacaan naskah ke dalam format karakter digital di masa yang akan datang.

Proses Digitalisasi Naskah di Museum Wayang Beber Sekartaji. (istimewa)

Satu rangkaian dengan kegiatan program ini diselenggarakan workshop transkripsi atau penyalinan naskah secara digital dengan mengetikkan aksara Jawa melalui platform Wikisumber atau Wikisource Bahasa Jawa.

Komunitas masyarakat dilibatkan untuk mentranskripsi naskah Jawa yang telah didigitalisasi ke dalam format teks dalam aksara Jawa digital.

Wikimedian in Residence, Ilham Nurwansah, yang merupakan motor program ini menyebutkan kegiatan itu merupakan rangkaian panjang preservasi naskah melalui metode digitalisasi ke dalam format baru dengan pendekatan urun daya komunitas.

“Program digitalisasi naskah umumnya selesai pada tahap pengunggahan atau penyediaan gambar secara online. Namun lebih dari itu, Wikisource Loves Manuscripts mengolah secara langsung hasil digitalisasi melalui proses transkripsi aksara secara online dan terstruktur,” kata dia.

Masyarakat dan komunitas dilibatkan langsung untuk urun daya mengolah hasil digitalisi manuskrip, serta merawat warisan budaya dengan cara yang lebih kekinian.

“Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan awak  pengembangan analisis naskah berbasis kecerdasan buatan,” ungkapnya. (*)