Mengenang Prof Ichlasul Amal, Pemimpin yang Merangkul Perubahan
Di gedung yang sama tempat dia berorasi mendukung perubahan 26 tahun silam, sivitas akademika UGM memberikan penghormatan terakhir.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Di tengah hiruk pikuk Reformasi 1998, sosok seorang pria dengan senyum khasnya itu berdiri bersama ribuan mahasiswa di depan Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dia bukan mahasiswa, bukan pula aktivis melainkan seorang rektor yang memilih untuk berdiri bersama anak didiknya, kala itu. Sosok itu adalah Prof Dr Ichlasul Amal MA, Rektor Universitas Gadjah Mada periode 1998-2002 yang telah berpulang Kamis (14/11/2024) dini hari di RSPI Jakarta pada usia 82 tahun.
"Prof Ichlasul Amal meninggal dunia pagi jam 02:40 di RSPI Jakarta," ungkap Prof Mohtar Mas'oed, Guru Besar Hubungan Internasional Fisipol UGM mengabarkan kabar duka tersebut.
Dalam ingatan sivitas akademika UGM, Prof Ichlasul bukanlah sekadar administrator kampus melainkan sosok yang mencerminkan spirit perubahan di masa yang paling krusial dalam sejarah modern Indonesia.
Turun jalan
Saat berbagai kampus mengambil sikap hati-hati menghadapi gelombang reformasi, Prof Ichlasul justru memilih turun jalan, berdiri bersama mahasiswanya.
Momen bersejarah yang terekam dalam arsip UGM menunjukkan bagaimana dia berdiri berdampingan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X, berorasi di hadapan lautan massa mahasiswa di depan Gedung Pusat UGM.
Keberadaannya bukan sekadar simbolis. Dia memberikan legitimasi pada gerakan mahasiswa yang menuntut perubahan fundamental dalam sistem pemerintahan Indonesia.
"Beliau adalah rektor yang murah senyum dan sangat ramah kepada mahasiswa," kenang salah seorang alumnus yang mengalami masa kepemimpinannya.
Elemen kampus
Kesederhanaan dan keramahan ini menjadi ciri khas yang membuatnya dekat dengan seluruh elemen kampus, dari mahasiswa hingga staf.
Warisan Prof Ichlasul tidak berhenti pada perannya dalam reformasi. Selama empat tahun, kepemimpinannya membawa perubahan signifikan bagi pengembangan UGM.
Rektor UGM saat ini, Prof dr Ova Emilia M Med Sp OG (K) Ph D, mengenang kontribusi mendiang dalam membangun jejaring internasional dan meningkatkan mutu pendidikan di UGM. "Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada mengucapkan turut berduka cita yang mendalam atas kepergian beliau," ungkap Ova Emilia.
"Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta ketabahan," lanjutnya.
Balairung UGM
Kamis (14/11/2024), jenazah Prof Ichlasul dibawa ke Yogyakarta. Sebelum dimakamkan di pemakaman Sawitsari, jenazah disemayamkan terlebih dahulu di Balairung Gedung Pusat UGM setelah pukul 14:00 untuk mendapatkan penghormatan terakhir.
Di gedung yang sama tempat dia pernah berorasi mendukung perubahan 26 tahun silam, sivitas akademika UGM memberikan penghormatan terakhir kepada sosok pemimpin yang tidak hanya berani bermimpi tentang perubahan, tetapi juga berani berdiri di garda terdepan untuk mewujudkannya.
Kepergian Prof Ichlasul Amal meninggalkan jejak yang dalam bagi UGM dan dunia pendidikan Indonesia sekaligus membuktikan seorang pemimpin pendidikan tidak hanya bertugas mengelola institusi, tetapi juga harus berani mengambil sikap dan mendukung perubahan ketika sejarah memanggil.
Warisan keberaniannya mendukung reformasi, serta dedikasinya dalam memajukan pendidikan tinggi, akan terus menginspirasi generasi mendatang. (*)