Membangun Cinta dari Puing-puing Masa Lalu dalam Film The Architecture of Love

Membangun Cinta dari Puing-puing Masa Lalu dalam Film The Architecture of Love
Konferensi pers film The Architecture of Love di Gramedia Jogja City Mall Yogyakarta. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Para penggemar film romantis di Indonesia bersiaplah! The Architecture of Love, film yang diadaptasi dari novel best-seller karya Ika Natassa, akan tayang perdana pada 30 April 2024. Film ini menjanjikan sebuah pengalaman sinematik yang mendalam dan menyentuh hati.

Dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino, The Architecture of Love menceritakan kisah cinta Raia dan River, dua jiwa yang terikat dalam pusaran masa lalu dan harapan baru. Disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, film ini membawa penonton dalam perjalanan emosional yang penuh dengan momen romantis, lucu, dan mengharukan.

Nicholas Saputra, yang memerankan karakter River Jusuf, merasa karakternya sangat relatable. Ini tentang bagaimana kita menghadapi trauma dan menemukan cinta yang membawa kita ke tempat yang lebih baik, kata dia usai penayangan terbatas di XXI Jogja City Mall pada Minggu (28/4/2024).

Aktor yang kerap mengunjungi Jogja ini menambahkan, tema utama film ini adalah tentang kebutuhan akan pengakuan atas proses yang harus dilalui seseorang, sesuatu yang dapat dikaitkan oleh banyak orang. Nico merasa terhubung dengan peran ini, mengingat latar belakangnya sebagai arsitektur dan pengalamannya selama masa kuliah.

Putri Marino, yang memerankan Raia, mengatakan film ini memberikan vibes positif dan kebahagiaan yang bisa dinikmati bersama keluarga dan teman di bioskop. "Saya berharap film ini akan membangkitkan kerinduan dan kegemasan di hati penonton, dan mendorong mereka untuk menikmati kisah ini secara langsung," lanjutnya.

Marino juga berbicara tentang tantangan yang dihadapinya saat syuting di New York. Cuaca dingin di sana sering membuat saya pilek dan merusak riasan saya. Namun, itu semua menjadi bagian dari proses yang membuat karakter Raia Risjad begitu nyata dan relatable, ungkapnya sambil tertawa.

Menyelami lebih dalam, Marino menemukan kesamaan antara dirinya dan karakter yang diperankannya.

Ada aspek-aspek dari Raia yang saya temukan dalam diri saya sendiri, seperti kecenderungan untuk merenung, menulis, dan menyimpan perasaan. Namun, saya tidak yakin apakah saya bisa sekuat Raia dalam menghadapi masalah yang sama, lanjutnya.

Kehilangan memang pahit, dan setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk mengatasinya. Saran saya? Nikmati hidup dan lakukan apa yang membuat Anda bahagia, pesannya.

Film ini, tidak hanya menawarkan kisah cinta yang menarik tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi penontonnya. Dengan latar belakang kota New York yang menawan, film ini diharapkan akan menjadi salah satu film romantis terbaik tahun ini. (*)