Mau Buka Usaha Kafe? Ada Tekniknya

Mau Buka Usaha Kafe? Ada Tekniknya

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Acara Coffee Talk bertajuk "Mencintai Kopi Dalam Negeri, Memperkenalkan Kopi Indonesia ke Kancah Dunia" digelar di Narasa Restoran, Jalan Arimbi, Sukowaten, Banguntapan, Bantul, Selasa (3/3/2020) malam. Acara tersebut hasil kerjasama Komunitas Kagama Ngopi (KKN), Java Imagi dengan Narasa Restoran.

Ada tiga nara sumber yang menjadi pembicara. Tazbir Abdullah, pengamat pariwisata dan budaya, berbicara tentang "Kopi & Nasionalisme". Kurniawan Ali Fachrudin, dosen Ekonomi UAD, tentang "Potensi Ekonomi Kopi". Edi Dwi Atmaja, owner Katamata Cafe & Roastery, tentang "Bisnis Kafe Kopi". Imam Budidharma menjadi moderator.

Coffee talk membahas mengenai bisnis kopi di tanah air dengan peserta para pemilik kafe dari berbagai wilayah di tanah air. Selain bincang-bincang, disediakan pula 50 cup free coffee, hiburan live music dari Allegros Entertainment serta perform dari Kagama Dance dan Vero Dance. Adapun yang hadir kebanyakan adalah pebisnis kopi, penikmat dan pecinta kopi serta para pemilik kafe dari berbagai wilayah di tanah air.

Tazbir Abdullah dalam paparannya mengatakan untuk bisa sukses dalam memgelola usaha kopi, termasuk kafe, adalah dengan melihat segmentasi pasar. "Jadi kita harus tentukan dulu, segmen mana yang akan kita bidik. Barulah setelah itu dikreasikan mau seperti apa bisnis dan jenis sajian kopi yang akan ditawarkan kepada segmen tersebut,” ujarnya.

Sedangkan Kurniawan mengatakan jualan kopi tidak harus hanya minuman, tapi juga bentuk lain. Misal essensial oil, parfum dan lainya. "Jadi kita harus memgamati karakteristik pengunjung kafe kita. Apa penikmat kopi beneran, atau hanya sambilan misal dengan makanan seperti nasi goreng dan lainya. Ini nanti kita bisa milih seperti apa tempat kita jualan, kita nembak mau segmen yang mana. Apa kopi murni atau bukan. Sehingga perlu sekali inovasi dalam pengelolaan bisnis kafe,” paparnya.

Sedangkan Edi memberi teknik dan tips saat akan membuka usaha harus menentukan target pasar siapa dan budaya di wilayah tersebut. "Contoh di tempat saya kalau ngopi pakai pisang, jadi ya saya sediakan. Karena itu budaya di tempat saya usaha di Gunungkidul, orang ngopi ada cemilanya. Jadi bukan hanya kopi saja," katanya.

Selain itu, saat akan membuka kafe dirinya juga melihat data di Badan Pusat Statistik (BPS) guna mengetahui jumlah penduduk dan usianya. Dari sana kemudian Edi membidik kalangan muda sebagai mayoritas penduduk di sana. Kemudian dilanjutkan mendesain kafenya untuk kalangan muda.

Tidak lupa, dirinya mendorong penggunaan media sosial sehingga keberadaan kafenya kian dikenal. Apalagi saat ini anak muda mayoritas memiliki akun di medsos.

Sementara ketua KKN, drh Retno Suardita, mengatakan komunitas ini dibentuk pada 14 Februaru 2018. Saat ini memiliki member sekitar 800-an dari seluruh Indonesia, bahkan ada yang tinggal di Brussel.

Pada 15 Februari lalu mereka baru saja menyelenggarakan acara Festival Kopi dalam rangka hari ultah KKN yang kedua di halaman parkir gedung Laboratorium Terpadu Agrokomplek UGM dengan koordinator Jaka Widada (Ketua bidang kegiatan dan pengembangan potensi anggota). Acara dikemas dengan sarasehan tentang bisnis manajemen dan dunia kopi.

"Saat itu ada banyak stan, baik stan kopi, mesin roasted, juga ada stand non kopi. Disediakan juga 125 free cup kopi seduh," katanya.

Kegiatan KKN yang lain adalah Wisata Kopi, yang merupakan kolaborasi antara dunia kopi dengan bidang lain. Untuk wisata Kopi KKN pertama bulan Juli 2018 di kebun kopi dan kebun anggrek Turgo Pakem. Yang kedua, di kebun buah Soekamti, Pakem dan ketiga bulan Januari 2019 di homestay dan kopi Josari Temanggung serta keempat bulan Oktober lalu di budidaya lebah Wisata Madu Jogja Pakem. Dengan wisata kopi peserta mendapat banyak ilmu tidak hanya tentang kopi saja.

Selain itu KKN juga sering menyelenggarakan kegiatan workshop dan talkshow kopi bersama Hery Agung, Ketua bidang usaha dan koordinator kopi Boelaksoemoer yang diproduksi oleh KKN. Juga pelatihan menulis di media masa oleh Arif Sulfiantono, Ketua bidang humas dan publikasi. Lalu, menyajikan kopi dengan peralatan sederhana oleh Sigit Nugroho Sosropawiro, Ketua bidang dokumentasi. (eru)