Lahan Pekarangan Sumber Pangan, DP3 Sleman Dorong Pembentukan KWT
Pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan keluarga sehingga kebutuhan gizi terpenuhi.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Wanita memainkan peran sangat besar dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Mereka perlu didorong untuk melembaga dengan membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT), beranggotakan para perempuan yang melaksanakan usaha di bidang pertanian.
Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Suparmono, mengungkapkan hal tersebut usai mengunjungi Padukuhan Ngangkrik Triharjo Sleman, Jumat (1/11/2024).
Suparmono menyampaikan salah satu upaya pemberdayaan KWT melalui kegiatan pemanfaatan pekarangan. Berdasarkan data Statistik Pertanian (SP) lahan tahun 2023, luas lahan pertanian non sawah di Kabupaten Sleman 19.958,87 hektar dan 15.526,7 hektar di antaranya berupa tegal atau kebun.
“Jika dikelola dengan optimal, kebun atau pekarangan berpotensi menopang produksi pangan Kabupaten Sleman,” kata Suparmono.
Sumber pangan
Menurutnya, pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan keluarga sehingga kebutuhan gizi keluarga dapat terpenuhi. Selain itu, pekarangan juga berpotensi menjadi sumber penghasilan. Fungsi lain, seperti estetika, sosial dan keamanan lingkungan pun terpenuhi.
“Apalagi dengan konsep urban farming, berkebun dapat diintegrasikan dengan kegiatan perikanan dan peternakan pada lahan terbatas,” terangnya.
Lebih lanjut, Suparmono menyampaikan data jumlah KWT saat ini ada 492 kelompok. Harapannya akan terbentuk KWT di 1.212 Padukuhan se Kabupaten Sleman.
Salah seorang warga Padukuhan Ngangkrik, Endang, menyampaikan dirinya dan ibu-ibu di lingkungannya telah melakukan upaya pemanfaatan pekarangan dan telah merasakan manfaatnya.
Ramah lingkungan
“Kami mengelola pekarangan dengan menanam sayuran seperti cabai, terong, pare dan tomat,” jelas Endang.
Endang dan wanita tani lainnya menerapkan pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan sayuran yang sehat dikonsumsi. “Kami menggunakan pupuk kasgot, hasil pengolahan sampah rumah tangga untuk maggot,” kata Endang.
Dengan bimbingan dari PPL, lanjut dia, KWT bisa menanam sayuran. Hanya saja masih ada masalah yang belum bisa diatasi khususnya penanganan hama dan penyakit tanaman.
“Sebenarnya kami sudah memakai perangkap lalat buah, eco enzyme, namun belum sepenuhnya berhasil…ya namanya juga masih belajar,” ungkapnya.
Fasilitasi dan dukungan
Endang menyatakan keinginannya membentuk KWT agar dapat memotivasi wanita tani mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan.
Dia juga berharap Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman memberikan fasilitasi dan dukungan untuk pembukaan lahan baru untuk ditanami sayuran.
“Harapannya lahan tidur menjadi produktif dan hasil panennya bisa menambah penghasilan ibu-ibu,” kata dia. (*)