Komisi I DPR Kaget Prajurit TNI Masih Pakai Senjata Lawas Sisa Perang Dunia II
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Usai mendengarkan paparan dari Komandan Korem (Danrem) 072 Pamungkas Brigjen TNI Ibnu Bintang Setiawan, Kamis (18/3/2021), anggota Komisi I DPR RI Letjen TNI (Purn) Lodewijk Friedrich Paulus, kaget karena senjata lawas yang digunakan pada Perang Dunia (PD) II masih dipakai prajurit TNI Korem 072/Pamungkas Yogyakarta. Lodewijk pun heran senjata tersebut belum dipensiunkan.
Senjata yang dimaksud mantan Danjen Kopassus ini di antaranya senapan Lee Enfield buatan Inggris dan peluncur roket buatan bekas negara adidaya Uni Sovyet yaitu Boyevaya Mashina 14 atau BM-14.
“Saya sebagai mantan prajurit sedih. Kok masih ada senjata LE dan senjata BM di satuan ini. Dengan perwira yang ada di depan saya ini jauh lebih tua senjata itu daripada Anda sekalian. Betul, kan?” tanya Lodewijk yang dinyatakan benar oleh para perwira jajaran Korem 072/Pamungkas.
Senapan Lee Enfield merupakan senjata standar AD Inggris sejak adopsi pertamanya pada tahun 1895 sampai 1957. Namun, senjata itu tidak lagi digunakan. Sedangkan BM-14 sudah lama tak dipakai, termasuk di negara-negara bekas Blok Timur. Terakhir, angkatan bersenjata Aljazair menggunakan peluncur roket BM-14 pada 1993 selama berlangsungnya perang saudara di negara tersebut.
“Mungkin seharusnya itu senjata dimusnahkan saja, tapi kalau untuk upacara bolehlah. Tapi kalau itu (LE dan BM-14) dimasukkan sebagai alutsista, itu sudah terlalu jauh ketinggalan. Bayangkan Pindad saja (senapan) sudah SS-3, ini kok masih seperti ini,” ungkap pria yang juga menjabat Sekjen Partai Golkar itu.
Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Ibnu Bintang Setiawan. (rosihan anwar/koranbernas.id)
Wajib diperbarui
Ketika diwawancarai usai audiensi, Lodewijk berharap TNI menerapkan program minimum essential force. “Saya tidak bisa membayangkan kalau Korem di Jawa saja seperti ini, bagaimana dengan Korem di Pulau Sumatera seperti Lampung dan daerah lainnya,” katanya.
Eks Danjen Kopassus ke-24 itu meminta seluruh matra TNI tak lagi menggunakan senjata usang demi kepentingan pertahanan dan keamanan.
Lodewijk justru mendorong TNI mengajukan tambahan anggaran untuk memperbarui alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki.
“Saran saya kembalikan saja ke Denpal dan dengan alasan kuantitatif, satuan TNI kekurangan, sehingga bisa meminta penambahan (senjata),” tandasnya.
Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI Ibnu Bintang Setiawan, mengakui sejumlah alutsista yang ada merupakan senjata sisa PD II.
Namun, pihaknya tidak kunjung memusnahkan atau memensiunkan persenjataan tersebut, karena tidak adanya instruksi Mabes TNI AD.
“Selama masih bisa bunyi, kami pakai. Mungkin (penambahan alutsista) saat ini belum menjadi prioritas Mabes,” ujarnya.
Ibnu secara langsung mengakui, peralatan dan perlengkapan persenjataan yang ada saat ini masih belum mencukupi bagi jajaran Korem 072 Pamungkas yang memiliki 10 kodim dan sejumlah batalyon serta detasemen.
Selain itu, ada pula beberapa jenis alutsista baru yang didatangkan dari Tiongkok ternyata memakan korban dan kini tak lagi digunakan.
“Saya akui untuk anggota saya saja masih kurang. Terkadang latihan menembak harus berganti-ganti. Ada juga satu senjata alutsista baru, sempat kami gunakan malah memakan korban anggota kami sendiri. Saat ini tidak boleh dipergunakan lagi,” paparnya. (*)