Koalisi Semut Merah Menguntungkan PKS dan PKB

Koalisi Semut Merah Menguntungkan PKS dan PKB

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Di Jakarta beberapa hari lalu  dideklarasikan Koalisi Semut Merah oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bergabungnya dua kekuatan besar ini menjadi sebuah gerbong baru dan bisa menguatkan posisi serta nilai tawar dari kedua partai.

Sebelumnya, muncul wacana duet PDI Perjuangan-Gerindra serta sudah dibentuknya Koalisi Indonesia Bersatu oleh PPP, PAN dan Partai Golkar.

Pengamat politik yang juga  Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), M Nastain M Ikom, saat dihubungi koranbernas.id, Selasa (14/6/2022), menyatakan Koalisi Semut Merah menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat.

Selain itu, juga menjadi gerbong baru  untuk mengusung calon presiden. “Koalisi Semut Merah yang digagas oleh PKS dan PKB sesuatu hal yang baru  dan segar di dalam dunia politik tanah air selama ini. Sebab sebelumnya koalisi yang berembus banyak adalah PDI Perjuangan dengan Gerindra serta munculnya  koalisi PAN, PPP dan Golkar,” kata dia.

Nastain yang juga peneliti IPO (Indonesia Political Opinion) tersebut menyatakan, jika ambang batas mengusung calon presiden atau Presidential Threshold  adalah 20 persen, dengan perolehan suara PKB 58  kursi dan PKS 50 kursi atau total 108 kursi, maka kurang 7 kursi. Yang masih berpeluang bergabung adalah partai Nasdem.

“Namun bisa juga Koalisi Semut Merah bergabung dengan koalisi atau gerbong  lain. Ini artinya semua masih sangat cair. Ini baru awal, sebuah pemanasan atau warming up dalam politik tanah air,” tambahnya.

Pria yang sedang menempuh program doktoral komunikasi politik Islam di UMY itu menilai, Koalisi Semut Merah menguntungkan bagi PKS ataupun PKB.

PKS yang selama ini  terkenal sebagai partai eksklusif, dengan berkoalisi  dengan PKB maka ini memberi 'pesan' PKS terbuka  dengan pihak luar dan bisa menaikkan  perolehan suara yang selama ini pada kisaran 7 hingga 8  persen.

Dari sisi PKB, koalisi ini juga menguntungkan karena bisa menaikkan elektabilitas Ketum Muhaimin Iskandar, yang selama ini stagnan. Kendati Muhaimin sudah melakukan berbagai upaya dan deklarasi dukungan namun elektabilitas tidak naik juga.

Koalisi itu terbentuk  setelah ada masalah internal PDI Perjuangan di mana muncul friksi antara Puan Maharani dengan Ganjar Pranowo. Jika PDI Perjuangan jadi mengusung Puan Maharani, kemungkinan Ganjar akan diusung koalisi atau gerbong lain.

Apalagi Ketum Golkar Airlangga Hartarto mengatakan koalisi tidak harus mengusung kader dari internal partai koalisi. “Jadi saya melihat dinamika politik jelang pemilu 2024  sudah terasa dan saat ini masih sangat cair. Baru saling menjajaki,” katanya. (*)