Kitabisa Gelar Kampanye Melawan Pelecehan Seksual
Asuransi Kitabisa sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
KORANBERNAS.ID YOGYAKARTA -- Kasus pelecehan yang terjadi di Selokan Mataram Jalan Kabupaten, Sleman, pada 11 Agustus 2024 malam sempat viral di sosial media. Kasus tersebut menjadi contoh nyata maraknya pelecehan seksual.
Kejadian seperti itu menjadi pendorong Kitabisa menggelar kampanye SalingJaga Perempuan dan Voluntrip Kawanpuan di Yogyakarta, dengan misi mengajak masyarakat terus peduli pada isu kekerasan terhadap perempuan, khususnya kekerasan berbasis gender online (KBGO).
Digelar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, kampanye kali ini tidak hanya mengajak peserta untuk berdiskusi dan membahas buku Luka-Luka Linimasa karya Kalis Mardiasih, tetapi juga mengedukasi cara-cara untuk menyikapi dan mengantisipasi KBGO.
Acara ini dihadiri oleh para aktivis sosial media seperti penulis dan aktivis perempuan Kalis Mardiasih, content creator dan penulis Gita Savitri, Co-Founder dan CEO Kitabisa Vikra Ijas, Head of Partnership Kitabisa Fania Khamada, dan dimoderatori oleh penulis sekaligus VP of Brand Marketing Kitabisa, Iqbal Hariadi.
Vikra Ijas menjelaskan SalingJaga adalah program perlindungan jiwa dari Asuransi Kitabisa yang sesuai dengan prinsip syariah dan tolong-menolong antaranggota. Hingga Juli 2024, lebih dari 14.000 anggota telah bergabung dalam program ini. Asuransi Kitabisa sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebuah gerakan
Vikra menambahkan, SalingJaga tidak hanya menjadi sebuah program, tapi juga sebuah gerakan untuk saling menjaga, khususnya mengantisipasi dan mencegah kekerasan berbasis gender online.
"Dalam acara ini, kami berkolaborasi dengan Kawan Puan dan Kalis Mardiasih untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital dan tanggung jawab sosial," jelasnya melalui keterangan tertulis, Selasa (20/8/2024).
Vikra menekankan pentingnya literasi digital, sebab kondisi saat ini penetrasi internet sudah sangat tinggi, sementara tidak dibarengi dengan literasi yang memadai. Akibatnya, banyak kejadian kekerasan berbasis gender online yang terjadi, baik disengaja maupun karena ketidaktahuan.
"Kami ingin agar masyarakat, khususnya generasi muda, lebih sadar dan bijak dalam berinternet, serta aware dengan KBGO," tambahnya.
Kalis Mardiasih dalam bukunya menjelaskan perbedaan relasi kuasa yang terjadi secara luring (offline) maupun daring (online) yang sering berujung pada KBGO.
Menjadi pasif
"Secara luring, relasi kuasa dapat berupa perbedaan fisik, jabatan, atau umur. Sementara pada relasi kuasa daring, pelaku sering kali tidak diketahui identitasnya, sehingga membuat proses pengambilan keputusan atau penanganan menjadi pasif," ujar Kalis.
Kalis berbagi pengalamannya bekerja bersama ibu-ibu PKK dan lembaga pendidikan di berbagai kota. Dia menemukan banyak kasus KBGO yang melibatkan pelajar usia SMP atau SMA, di mana konten foto atau video bernuansa seksual mereka tersebar luas.
"Kasus-kasus ini sering kali ditangani dengan cara yang praktis seperti mengeluarkan korban dari sekolah, namun tidak menyelesaikan akar masalahnya," kata Kalis.
Dia menekankan KBGO adalah masalah serius yang harus ditangani dengan lebih serius oleh masyarakat dan pemerintah.
Gita Savitri, sebagai salah satu inisiator Kawanpuan, yang diundang sebagai narasumber juga turut membagikan pengalamannya dalam menghadapi kekerasan seksual, khususnya terkait KBGO.
Pentingnya edukasi
"Pengalaman saya membuat saya sadar betapa pentingnya edukasi dan dukungan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan berbasis gender," ujar Gita.
Sebagai bentuk komitmen nyata mendukung perjuangan para pemerhati dan penggerak isu perempuan, asuransi SalingJaga dari KitaBisa juga memberikan apresiasi berupa asuransi SalingJaga untuk 500 orang pejuang isu perempuan di Indonesia. Dalam kegiatan ini, asuransi tersebut diterima secara simbolis oleh Psikolog & Founder Amazing Point of Balance, Chefira Lisa.
Acara di Yogyakarta merupakan kota ketiga dari rangkaian kegiatan yang sebelumnya telah dilaksanakan di Jakarta dan Bandung. Vikra Ijas menjelaskan pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi kampanye karena Yogyakarta adalah kota asal Kalis Mardiasih dan juga memiliki populasi mahasiswa yang besar, yang dianggap sebagai generasi yang perlu lebih banyak mendapat edukasi tentang isu-isu penting seperti ini. (*)