Khadir Supartini Pameran Tunggal di TBY, Satu Karyanya Dilukis Berdasarkan Pengalaman yang Membuatnya Mual

Khadir Supartini Pameran Tunggal di TBY, Satu Karyanya Dilukis Berdasarkan Pengalaman yang Membuatnya Mual
Salah satu karya Khadir Supartini yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pelukis Khadir Supartini menuangkan pengalamannya yang beragam ke dalam lukisan-lukisan berukuran besar. 59 Karya yang terdiri dari lukisan dan patung ini dipamerkan selama sepuluh hari di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) sejak Minggu 25 Junni 2023.

Khadir merupakan anak seorang penjual sayur di pasar tradisional yang dekat dengan dunia otomotif. Geliat dunia malam yang pernah melintas dalam kehidupannya pun ikut tertuang dalam karya-karya yang rerata berukuran besar. Karyanya berbicara perihal pengalaman-pengalamannya baik itu di dunia seni rupa maupun otomotif.

"Karena selain perupa Kadir juga memiliki hobi di dunia otomotif yaitu sebagai penghobi American Cars," kata Dimas Pramudya, Project Manager Pameran Behind The Eye Khadir Supartini, Minggu (25/6/2023), di Taman Budaya Yogyakarta.

Peristiwa-peristiwa yang dialami Khadir mulai dari kehidupan pasar, kemudian dunia malam yang ada di klub-klub Jalan Magelang itu, kemudian ada pula peristiwa-peristiwa saat Khadir pergi ke Arab, Mekkah dan Madinah kemudian berpindah ke Qatar.

Di sana, lanjut Dimas, dia menemukan satu tempat yang hingga saat ini dengan mengingatnya pun membuat dia mual. Yaitu satu tempat yang digunakan untuk menghukum orang-orang yang divonis mati dengan cara memenggal kepala yang biasanya dilakukan pada hari Jumat. Dan setelah itu tempat itu dibersihkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Pengalaman itu dituangkan Khadir ke dalam sebuah karya yang berjudul Falling Head yang sebuah kanvas kosong menggambarkan kepala yang terjatuh. Pemilihan kanvas berukuran besar semata-mata karena yang kecil memiliki keterbatasan ruang untuk mengekspresikan gagasannya," kata Dimas.

Aminudin TH Siregar selaku selector karya mengatakan pameran ini ingin menunjukkan suatu “keberpihakan” Khadir pada narasi kecil, pada hal-hal yang dipersepsikan abnormal, tabu dan menyimpang.

Seni menurut Khadir bisa mengasah selera-selera estetik kita ke suatu ruang yang asing tapi menyenangkan. Pameran ini menyuguhkan karya lama dan baru sebagai penyambung dari karya-karya sebelumnya yang akan memperlihatkan perjalanan kekaryaan Khadir Supartini selama ini.

Tidak berpatok dengan satu macam karya namun Khadir memproduksi berbagai macam karya, mulai dari lukisan, gambar, patung serta instalasi. Khadir Supartini merupakan seniman kontemporer yang berasal dari Sleman.

Dalam proses berkarya dia mengeksplorasi hal-hal yang ditemukan langsung dengan persoalan pribadi maupun pertemuan berjarak dari kejadian sosial, budaya, praktik sehari-hari dan moralitas manusia secara umum yang kerap muncul di pemberitaan media.

Oleh sebab itu, penting bagi apresiator seni tidak melewatkan pameran ini untuk menyaksikan dan merasakan wujud ekspresi spirit dan emosi dari karya-karya yang dikerjakan Khadir dalam beberapa tahun belakang. Serta akan menyentuh dan melibatkan suasana hati dan perasaan para penontonnya.

Khadir Supartini sebelumnya juga kerap berpameran di antaranya Identitas yang Hidup, Museum Dan Tanah Liat, Yogyakarta (2021), Solo Exhibition The Imitation Journey, Gallery Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta. Kemudian Solo Exhibition Dilemma, Gallery Arjuna (Private gallery Dr Melani Setiawan) Jakarta.

Khadir Supartini juga pernah meraih penghargaan “IndoFest Art Award” Nexus Multi Cultural Art Australia (2014).

Diorganisir oleh Manajemen dari Museum dan Tanah Liat (MDTL), pameran dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak dipungut biaya masuk alias gratis setiap hari dibuka mulai pukul 10:00 sampai 22:00. (*)