Kearifan Lokal Mampu Netralkan Paham Radikalisme

Kearifan Lokal Mampu Netralkan Paham Radikalisme

KORANBERNNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kearifan lokal yang turun temurun hidup di masyarakat termasuk di DIY terbukti mampu menetralkan paham radikalisme, bahkan bisa menjadi salah satu cara efektif menekan berkembangnya paham tersebut.

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY, Prof Mukhtasar Syamsuddin, mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara Webinar Pencegahan Radikalisme dan terorisme dalam Kondisi Pandemi Covid-19, Jumat (22/5/2020) petang.

“Berdasaran penelitian FKPT bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 diketahui kearifan lokal di masyarakat DIY mempunyai peran sangat penting menekan paham radikalisme ini di masyarakat,” ungkapnya.

Dia menyebut faktor kearifan lokal menempati urutan teratas daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme. Disusul kemudian faktor kesejahteraan, kebebasan, kepercayaan umum, keadilan dan faktor pertahanan kemanan.

“Faktor kesejahteraan dan keadilan dalam kearifan lokal mampu memperkuat daya tangkal masyarakat Yogyakarta dalam mencegah radikalisme,” tambvahnya.

Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) ini lebih jauh menyatakan meski masyarakat DIY memiliki sifat permisif terhadap budaya asing namun potensi radikalisme di provinsi ini masuk kategori sedang.

Setidaknya ini diketahui dari hasil penelitian yang juga dilakukan FKPT DIY bekerja sama dengan BNPT. “Pada penelitian 2017 diketahui potensi radikalisme masyarakat Yogyakarta pada angka 55,0 atau pada kategori potensi sedang,” jelasnya.

Selama ini FKPT DIY bekerja sama dengan Pemda DIY terus aktif menggelar berbagai kegiatan pencegahan radikalisme termasuk di masa pandemi Corona saat ini.  Berbagai kegiatan itu terus digelar di seluruh DIY dengan melibatkan lapisan masyarakat.

“Setiap tahun kita rutin menggelar kegiatan pencegahan terorisme termasuk memberikan edukasi kepada para guru agama dan aparatur di tingkat kelurahan. Kita aktif bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Kesbangpol DIY,” tambahnya.

Kepala Kesbangpol DIY Agung Supriyono menyatakan peran masyarakat untuk membentuk kelompok- kelompok Pancasila cukup efektif mencegah paham radikalisme. Kelompok ini tersebar di seluruh DIY.

“Keberadaan kelompok kelompok masyarakat yang mendalami ideologi Pancasila ini cukup efektif menekan penyebaran paham radikalisme,” kata Agung yang juga menjadi pembicara seminar tersebut.

Dia mengakui partisipasi masyarakat di DIY membentuk kelompok masyarakat yang mendalami ideologi Pancasila semacam ini cukup tinggi.

Bukan instan

Ketua Pengelola Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) UGM, Mustofa Anshori M Hum, menambahkan pencegahan paham radikalisme bukan proses instan. Artinya, tidak bisa dilakukan dalam tempo singkat melainkan perlu proses panjang.

Menurut dia, pendidikan harus terus menerus dilakukan untuk mencegah paham radikalisme ini, salah satunya melalui pendidikan agama yang baik dan benar.

“Pendidikan harus memartabatkan manusia. Pendidikan harus membebaskan. Membebaskan dari masalah, membebaskan dari ketidaktahuan,” terangnya.

Wakil Ketua FKPT DIY ini menambahkan, dibutuhkan pendidikan agama dengan cara dan metode lain agar paham radikalisme ini bisa ditekan. Selama ini pendidikan agama lebih banyak dengan indoktrinasi.

Seharusnya penyampaian materi keagamaan bisa dilakukan dengan nuansa akademis. Ruang dikusi harus dibuka selebar-lebarnya. “Bukan dengan pendidikan doktrin tapi akademis. Buka ruang diskusi dan kreatif seluas-luasnya,” ujarnya.

Seminar online yang digelar oleh FKPT DIY ini digelar selama 1,5 jam dimulai pukul 15:30 hingga menjelang buka puasa. Adapun peserta 45 orang terdiri dari kalangan akademisi, praktisi hingga mahasiswa.

Sejumlah tokoh tak mau ketinggalan ikut berpartisipasi dalam diskusi ini di antaranya Wakil Rektor UGM Prof Djagal Wiseso Marseno. (sol)