Kalurahan Sabdodadi Menyatakan Sudah Membantu Sanggar Candrika Adikara

Kalurahan Sabdodadi Menyatakan Sudah Membantu Sanggar Candrika Adikara

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Pemerintah Kalurahan Sabdodadi Kapanewon Bantul menyatakan sudah memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada Sanggar Seni Candrika Adikara Kadibeso pimpinan Didik Krismiyanto (50 tahun). Hal tersebut sekaligus membantah pernyataan Didik sebagaimana diberitakan koranbernas.id pada Minggu (17/7/2022).

Pihak Kalurahan Sabdodadi yang sudah berstatus desa mandiri budaya tersebut, mengaku sudah beberapa kali melakukan fasilitasi kegiatan di sanggar. Lurah Sabdodadi Siti Fatimah dalam hak jawab yang dikirim ke redaksi oleh Carik Triyono, Senin (18/7/2022) menyatakan, pemerintahKalurahan Sabdodadi keberatan atas sub judul “Ironi, berada di Desa Mandiri Budaya”. Menurut Lurah Siti Fatimah sub judul tersebut sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada di Desa Mandiri Budaya Sabdodadi.

“Kami keberatan pada kalimat pria paruh baya ini mengaku belum pernah ‘dikaruhke’ ataupun dibantu pihak berkompeten. Pemerintah Desa Sabdodadi sudah banyak memberikan sarana dan fasilitasi untuk Sanggar Candrika Adikara. Salah satunya adalah seperangkat alat gamelan dari Kalurahan Sabdodadi untuk dipinjamkan pada sanggar tersebut,”kata Lurah Siti Fatimah.

Sedangkan Carik Triyono mengatakan, jika kalurahan memiliki 3 perangkat (pangkon) gamelan yang berada di Balai Kalurahan Sabdodadi, Pendepo Neco dan di Sanggar Candrika Adikara.

Lurah Siti Fatimah menambahkan, pihaknya juga keberatan pada kalimat “Sejauh ini, diakui Didik memang untuk mengelola sanggar dia belum ada bantuan apapun dari pihak luar termasuk pemerintah. Kendati wilayahnya sudah masuk menjadi desa mandiri budaya”. Kalimat tersebut menurutnya sangat jauh dari kenyataan yang ada. Karena Sanggar Candrika Adikara sudah banyak mendapat dana bantuan fasilitasi baik dari kalurahan, BKK Kabupaten ataupun provinsi salah satunya pada pentas dan latihan.

Pada pementasan tanggal 16 Juli dengan tema “Gumebyar” ternyata sudah mengajukan proposal fasilitasi kepada Dinas Kebudayaan (kundha kabudayan) Kabupaten Bantul, dan telah disetujui oleh dinas dengan bukti terlampir.

“Tadi tim dari desa ke Dinas Kebudayaan Bantul dan mendapat jawaban jika proposal pementasan yang mereka ajukan sudah disetujui dari dinas,”tambah Carik Triyono.

Dan untuk pementasan “Gumebyar” tidak ada koordinasi sebelumnya dengan Pemerintah Kalurahan Sabdodadi yang sebenarnya semua kegiatan telah dianggarkan dalam APBKal 2022.

Seperti diberitakan sebelumnya, Sanggar Seni Candrika Adikara menggelar pentas mandiri bertema “Gumebyar” di sanggarnya tersebut, Sabtu (16/7/2022) malam.

Bukan hanya murid sanggar yang berjumlah 35 orang dari usia PAUD hingga 18 tahun saja yang ditampilkan, Didik Krismiyanto pemilik sanggar juga memberi ruang untuk siswa binaanya di SLB Bina Siwi Pajangan, untuk unjuk kebolehan membawakan karawitan.

Mengagumkan, mereka membawakan karawitan dengan irama yang indah, selaras dengan 3 tembang termasuk “Sluku-Sluku Batok”, kendati ada yang menggunakan kaki untuk menabuh saron. Ada penyandang tuna netra yang memainkan kendang. Juga para penyandang tuna grahita yakni mereka yang memiliki kemampuan kognitif atau inteletualnya di bawah orang pada umumnya, menjadi tim yang saling melengkapi baik sebagai penembang ataupun pemain gong.

Tepuk tangan meriah dari warga yang menyaksikan, berkali-kali terdengar sepanjang pementasan. Juga dari Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Nugroho Eko Setyanto yang hadir di lokasi.

Jual Kambing Simpanan

Namun siapa sangka dibalik wajah sumringah dan tepuk tangan pementasan, ada cerita ironi dari Didik sang pengelola sanggar. Pria paruh baya ini mengaku belum pernah “dikaruhke” ataupun dibantu oleh pihak yang berkompeten. Maka mereka benar-benar mandiri untuk bisa menghidupi sanggar yang berdiri 14 Mei 2014 tersebut.

“14 Mei adalah hari lahir saya, jadi saya gunakan untuk mendirikan sanggar. Semua mandiri, termasuk untuk pementasan pada malam hari ini,”kata Didik didampingi salah orang tua siswa, Budi Setiawan kepada koranbernas.id di lokasi.

Bahkan Didik harus menjual sepasang kambing simpanan miliknya demi bisa suksesnya kegiatan. Kambing jantan dijual dengan harga Rp 3,8 juta dan kambing betina laku Rp 1,25 juta. Kambing dijual saat Idul Adha beberapa hari lalu. Uang yang terkumpul dari penjualan kambing digunakan untuk menyewa tenda, pangung, sound system dan juga konsumsi kegiatan.(*)