Kalibakung, Desa Wisata yang Siap Melambung

Kalibakung, Desa Wisata yang Siap Melambung

KORANBERNAS.ID,TEGAL-- Sri Wiyanti (48), tampak suntuk membuat minuman jamu dari bahan empon-empon yang ada di sekitar rumahnya di Desa Kalibakung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.

Kepiawaiannya meracik jamu untuk dibuat aneka minuman jamu, terlihat sangat terampil. Ada bahan yang ditumbuk, diiris tipis-tipis hingga digeprek, kemudian direbus dengan bahan-bahan lainnya.

Cara merebusnya pun tidak sembarangan, karena kalau terlalu lama direbus khasiat jamunya bisa hilang.

Siang itu, sudah ada ratusan botol jamu produksi Sri Wiyanti , seperti beras kencur, temulawak, jahe segar,  kunyit asam dan jamu pahitan yang siap dijual di wilayah Desa Kalibakung maupun secara online ke berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Semarang  dan Purwokerto.

Bahan untuk membuat  jamu itu, tumbuh subur di sekitar rumah Sri Wiyanti. Ada tanaman jahe, temulawak, purwaceng, lengkuas, kamijara, pandan, kayumanis, kumis kucing, cabe-cabean, pegagan, rumput bolong, bakung dan sebagainya.

"Sejak Pandemi sampai sekarang, banyak warga yang membuat jamu, karena permintaan tingggi," ujar Sri Wiyanti kepada koranbernas.id, Rabu (16/11/2022).

Bupati Tegal Dra Hj Umi Azizah  (nomor tiga dari kiri) mencoba mencicipi aneka produk karya ibu-ibu PKK, Posyandu dan Kelompok Wanita Tani Desa Kalibakung dari bahan herbal. (prasetiyo/koranbernas.id) 

Sri Wiyanti terampil membuat aneka minuman jamu yang higienis, setelah mendapat pelatihan dari Tim Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) selama kurun waktu tiga bulan, Juli - September 2022 di Unit Pelaksana Teknis Daerah - Wisata Kesehatan jamu (UPTD-WKJ) Kalibakung atau yang lebih akrab disebut WKJ Kalibakung.

Selama tiga bulan itu, dosen Fisip Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si bersama tim melakukan Penelitian Dasar Kompetitif Nasional (PDKN) melalui metode  Participatory Learning and Action (PLA). Yakni  dengan melaksanakan pemberdayaan budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga) dan produk herbal, yang diikuti penggiat PKK, Posyandu dan Kelompok Wanita Tani Desa Kalibakung.

"Saya senang mengikuti pelatihan di WKJ Kalibakung saat itu. Selain bisa terampil membuat aneka minuman jamu yang higienis, juga bisa membuat  serbuk jamu, permen herbal, minyak urut herbal dan sabun cuci piring berbahan herbal," tutur Sri Wiyanti sumringah.

Dosen Unsoed, Dr Adhi Iman Sulaiman SIP M.Si  (baju batik) menyerahkan bantuan aneka jenis tanaman herbal kepada PKK, Posyandu dan Kelompok Wanita Tani Desa Kalibakung pada bulan Juli 2022 lalu. (prasetiyo/koranbernas.id)

Untuk diketahui, WKJ Kalibakung adalah satu-satunya tempat pengobatan  di Provinsi Jateng, yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional kepada pasien, menggunakan obat-obatan jamu tradisional. Di sini ada dokter, perawat dan apoteker. Setelah pasien didiagnosa oleh dokter, kemudian oleh apoteker diberi  beberapa bungkus simplisia untuk keperluan selama sebulan.

Simplisia adalah bahan alami yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal/tradisional yang sudah diolah melalui proses pengeringan.

Di rumah, pasien merebus simplisia itu, untuk diminum sebagai jamu. Dan pasien yang berobat ke sini, tidak hanya dari sekitar Kabupaten Tegal, juga ada dari Brebes, Banten, Bekasi, Semarang, Solo, Jogja dan sebagainya.

"Saya cocok berobat ke sini. Sebelumnya saya berobat ke mana-mana," ujar Martono (55) asal Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes saat ditemui koranbernas.id di ruang tunggu pasien WKJ Kalibakung, pekan lalu.

Martono mengaku, semula merasakan kaki kirinya sulit digerakkan, bahkan sampai tidak bisa jalan.

"Namun setelah rutin dua bulan belakangan berobat ke sini, sudah ada perubahan membaik. Saya optimis akan sembuh," ujar Martono (55) sambil menunjukkan dua tas kresek bahan obat jamu yang baru saja diperoleh setelah berobat.

Bahan baku jamu ini hasil panen dari kebun di depan Kantor WKJ Kalibakung. (prasetiyo/koranbernas.id)

Unik

WKJ Kalibakung yang berdiri sejak tahun 2012 di atas lahan 3,5 hektar, adalah salah satu destinasi wisata  di Desa Kalibakung yang terbilang unik. Di sini, kita bisa menyaksikan 250 jenis tanaman obat yang ditanam di areal kebun, dan melihat proses pengolahan bahan tanaman herbal menjadi jamu. Alat pengolahannya pun sudah modern, berupa mesin bantuan dari Kementerian Kesehatan RI, seharga hampir satu miliar rupiah.

Sesungguhnya, dari 281 desa dan enam kelurahan di Kabupaten Tegal yang tersebar pada 18 kecamatan, Kalibakung adalah desa terbanyak yang memiliki destinasi wisata.

Selain WKJ,  ada Embung Kalimus Kalibakung, Wisata religi Goa Santri, Wanawisata "Clirit Views" Hutan Pinus, Taman Buah, dan Monumen TNI AL.

Paket wisata Embung Kalimus Kalibakung. (prasetiyo/kornabernas.id)

Embung Kalibakung

Terkait embung, Pemerintah Desa Kalibakung pada awal tahun 2019 mulai membangun Embung Kalimus Kalibakung. Hal ini seiring  Gerakan Seribu Embung yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sejak 2015. Gagasan itu untuk mengatasi daerah-daerah yang kekeringan, khususnya pada musim kemarau maupun banjir saat musim penghujan.

Sejak dimulai pada tahun 2015, di Jateng saat ini sudah ada 1135 embung, dan salah satu di antaranya  Embung Kalimus di Desa Kalibakung.  

Embung Kalimus Kalibakung seluas setengah hektar dan memiliki kedalaman 2,5 meter, selain sebagai tempat wisata, juga berfungsi untuk pertanian  dan perikanan.  Dengan adanya Embung Kalimus Kalibakung, yang dibangun dengan Dana Desa (DD) Rp 500 juta, petani Desa Kalibakung kini bisa tersenyum lega. Mereka bisa panen tiga kali dalam setahun, karena irigasi sudah tidak lagi menjadi masalah.

Di dekat Embung Kalimus Kalibakung, terdapat sebuah kolam renang tua yang dibangun pada zaman Belanda. Usianya sudah 73 tahun lebih.

Kini, Pemerintah Desa Kalibakung, membangun embung dan menata kembali kolam renang yang sempat mangkrak, untuk dikelola sebagai tempat wisata, pertanian dan perikanan.

"Niat kami membangun embung  didasari dengan banyaknya keluhan petani Kalibakung yang kerap gagal panen. Kini tidak ada lagi gagal panen, karena irigasi sudah mudah. Dengan adanya embung, harapannya bisa mengintegrasikan konsep desa wisata dan pertanian atau agrowisata,"  ujar Kepala Desa Kalibakung, Mujiyono, ST MH yang ditemui secara terpisah.

Di kompleks Embung Kalimus Kalibakung, kini sudah ada penginapan, café, ATV, sepeda air, kolam pemancingan, marlion, spot selfie dan warung UMKM.

“Embung Kalimus Kalibakung ibaratnya sorga tersembynyi di kaki bukit, karena pesonanya yang menawan,” ujar Mujiyono berpromosi.

Tekad Mujiyono untuk melambungkan Desa Kalibakung sebagai desa wisata, kini terus digenjot. Pihaknya pun kini menggandeng perguruan tinggi, dalam hal ini Unsoed, untuk mengoptimalkan potensi Desa Kalibakung.

Lahan kosong seluas 10 hektar milik Pemerintah Desa Kalibakung yang disiapkan untuk budi daya tanaman herbal kerja sama dengan Unsoed. (prasetiyo/koranbernas.id)

Kerja sama dengan Unsoed

Bahkan, akhir agustus 2022 lalu, Wakil Rektor Unsoed Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Dr. Waluyo Handoko, S.IP.,M.Sc, Kepala Badan Pengelola Usaha (BPU) Unsoed Dr Adi Indrayanto SE MSc dan Ketua  Tim Riset dan Pemberdayaan Herbal- Program Penelitian Dasar Kompetitif Nasional (PDKN) Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek Dikti) Dr Adhi Iman Sulaiman SIP M Si beserta tim, datang ke Pemkab Tegal untuk menjalin kerja sama.

Bupati Tegal  Dra Hj Umi Azizah mengapresiasi kerja sama Pemkab Tegal dengan Unsoed dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Kalibakung  terkait budi daya Toga dan produk herbal.

"Kami optimis, kerja sama ini akan saling menguntungkan, yang berimbas potensi Desa Kalibakung dengan agrowisatanya bisa dioptimalkan," ujar Umi Azizah.

Kepala Desa Kalibakung, Mujiyono ST MH. (prasetiyo/koranbernas.id)

Lahan 10 Hektar

Untuk mewujudkan harapan dan optimisme Bupati Tegal itu, Kades Kalibakung Mujiyono kini menyediakan lahan 10 hektar untuk digarap sebagai lahan tanaman herbal.

"Kami punya obsesi, selain dikenal sebagai desa wisata kesehatan jamu, kami juga ingin dikenal sebagai desa pemasok produk herbal terbesar di Jateng untuk memenuhi kebutuhan industri jamu," harap Mujiyono.

Dihubungi terpisah, Ketua Tim Riset dan Pemberdayaan Herbal- Program Penelitian Dasar Kompetitif Nasional (PDKN) Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek Dikti) Dr Adhi Iman Sulaiman SIP MSi mengemukakan, pihaknya mengucapkan terima kasih sudah didukung hasil penelitianya oleh Wakil Rektor IV Unsoed, BPU dan Pemerintah Kabupaten Tegal khususya WKJ Kalibakung dan Pemerintah Desa Kalibakung.

“Semoga kerja sama ini  berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakat Desa kalibakung dan sekitarnya yang nantinya menjadi produsen pemasok bahan herbal,” harap Adhi Iman Sulaiman, dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed yang ditemui koranbernas.id di Kampus Unsoed, Sabtu (26/11/2022).

Menyusul adanya kerja sama ini, ujar Adhi Iman, target jangka pendeknya, yakni perlunya kelanjutan pemberdayaan, pendampingan dan kerja sama antara Unsoed, masyarakat Desa Kalibakung dan  WKJ Kalibakung untuk membudidayakan komoditas tanaman herbal.

Saat ini, lahan 4 hektar yang disediakan oleh pihak Desa Kalibakung, sudah mulai diuji coba ditanami oleh kelompok budidaya tanaman herbal, yang kemudian akan dikembangkan lagi hingga 10 hektar.

“Kemudian perlunya  mempercepat kerja sama ini, dengan segera menempatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, program magang MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dan kerja praktek di Tegal. Mahasiswa dan dosen pendamping yang dilibatkan di antaranya dari Fakultas Pertanian, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Biologi dan Ekonomi" ujar Adhi Iman Sulaiman. 

Jangka Panjang

Target jangka panjang, lanjut Adhi Iman, kerjasama ini diwujudkan dengan membuka pendidikan vokasional seperti sertifikasi pelatihan-pelatihan keahlian herbal, atau lembaga setara diploma satu dan diploma tiga herbal.

 "Seperti di Politeknik Kesehatan Kemenkes di Surakarta terdapat jurusan Jamu. Dan WKJ Kalibakung bisa membuka pendidikan  vokasional jamu, karena memiliki peralatan laboratorium yang lengkap  dari Kemenkes  untuk pengolahan pascapanen tanaman herbal,” ujar Adhi Iman Sulaiman.

Untuk tenaga pengajar/instruktur, lanjutnya, nanti WKJ Kalibakung, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dan Unsoed bisa bekerja sama. (*)