JFP 2024 Wujud Kolaborasi dan Kreativitas dalam Perhelatan Mode

JFP 2024 Wujud Kolaborasi dan Kreativitas dalam Perhelatan Mode
Jogja Fashion Parade 2024 di Sleman City Hall Yogyakarta. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Jogja Fashion Parade (JFP) 2024, telah digelar selama tiga hari di Sleman City Hall, Yogyakarta. Acara ini menandai tahun ke-8 dari penyelenggaraan JFP.

Menurut Nyudi Dwijo Susilo Mpd, Direktur Asmat Pro dan co-founder JFP, acara ini telah berhasil menarik partisipasi dari 150 desainer dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk ada yang datang dari India.

JFP tahun ini membebaskan semua desainer untuk menggunakan material apa pun sesuai dengan kreasi mereka. Tema besar kita adalah resilient, yaitu bagaimana kita bisa bangkit dari situasi pandemi yang sulit ini, kata Nyudi kepada wartawan pada Minggu (25/2/2024).

Hari ketiga JFP dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah presentasi lulusan berbakat Asmat Pro yang diikuti oleh sekitar 70-80 siswa. Sesi kedua adalah pertunjukan fesyen anak-anak dan pakaian wanita. Sesi ketiga adalah pertunjukan utama dan penutupan.

Nyudi mengungkapkan bahwa target peserta JFP tahun ini telah terlampaui, dari 100 menjadi 150 peserta. Ia berharap acara ini dapat menjadi media promosi dan kolaborasi bagi desainer baru yang masih minim pengalaman.

Sebagian besar peserta kami adalah desainer baru, sedangkan desainer senior porsinya hanya sedikit. Mereka menggunakan acara ini sebagai ajang untuk mempromosikan karya mereka lebih luas lagi karena kita juga melakukan live streaming YouTube, kata dia.

Ini juga bisa menjadi media kolaborasi antar desainer, saling melengkapi, imbuhnya.

Nyudi menambahkan bahwa JFP tahun ini lebih spektakuler dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari segi kemasan, pencahayaan, maupun promosi. Ia juga bangga dengan perjalanan JFP yang telah berlangsung selama delapan tahun tanpa pendanaan dari pihak tertentu.

JFP adalah acara mandiri, kita mengorganisir semuanya sendiri. Banyak acara lain yang mendapat pendanaan tetapi berhenti karena tidak konsisten, tambah Nyudi.

Ia berharap JFP ini akan berlangsung selamanya, entah siapa yang akan melanjutkannya nanti. Pihaknya pun tengah mengajukan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk Jogja Fashion Parade.

Nyudi juga mengapresiasi kreativitas dan keragaman desain yang ditampilkan oleh para peserta JFP. Menurutnya, ada desain dari siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Kejuruan, siswa Tata Busana, mahasiswa Tata Busana, dari kampus ISBI Bandung.

Bahkan ada yang sudah melakukan Memorandum of Understanding (MOU) dengan JFP untuk pembelajaran kampus merdeka, ujarnya.

Desainnya lengkap, kalau mau yang siap pakai ada, kalau mau yang memanjakan mata kita sebagai pencinta fashion juga ada. Semua jenis desain ada di sini, pungkas Nyudi.

Public Relations SCH, Uray Dewi, mengatakan bahwa Jogja Fashion Parade adalah salah satu event fashion show terbesar di DIY dan menjadi wadah bagi para desainer untuk menampilkan karya terbaik mereka.

Kami sangat bangga dapat terus berkolaborasi dengan Asmat Pro, selaku penyelenggara event ini. JFP memberikan peluang bagi para desainer untuk berkarya dan membantu para UMKM khususnya fashion, kain, dan semua industri yang berkaitan dengan fashion, kata Dewi.

Sebagai pusat perbelanjaan dan mall of events and communities, SCH berharap dapat terus menjadi tempat dan wadah bagi semua kalangan yang ingin berkolaborasi dan berkarya bersama.

Penyelenggaraan JFP sangat berdampak, terutama dari segi traffic. Kami juga banyak tenant-tenant baru yang hadir jadi selama menunggu sesi show, para pengunjung JFP memiliki banyak alternatif lainnya untuk menghabiskan waktu. Ada Miniso, KKV, My Bestie, Boulder Gokart dan lain sebagainya, pungkasnya. (*)