Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara Diluncurkan di Pondok Pesantren Mlangi

Dihadiri tokoh agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan.

Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara Diluncurkan di Pondok Pesantren Mlangi
Peluncuran Jaringan Aksi Lintas Iman Nusaantara di Ponpes Assalafiyyah Mlangi ditandai pemotongan tumpeng. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara Diluncurkan di Pondok Pesantren Mlangi

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara (Jalin) diluncurkan di Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi II Terpadu, Sleman, Kamis (15/8/2024) malam. Tampak hadir tokoh agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan. Kegiataan itu memperoleh dukungan dari Volkswagen Club Yogyakarta (VCY).

Acara peluncuran Jalin ditandai pemotongan tumpeng dan konser budaya dari berbagai agama. Ada hadroh dan paduan suara gereja serta orkestra dari Rumah Jawa Apik (RJA) Creative House.

Sebelum peluncuran dilaksanakan workshop yang diikuti 50 peserta. Mereka berdiskusi tentang prinsip-prinsip dasar kolaborasi lintas iman dan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Workshop diselingi sesi Ngorkes (Ngobrol Asyik dan Santai), sebuah sesi interaktif yang dirancang untuk memperdalam pemahaman antar peserta dari berbagai latar belakang agama.

Penampilan budaya lintas iman. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi, Dr KH Irwan Masduqi, mengatakan Jalin dibentuk untuk  mewadahi kebersamaan lintas  agama dan selanjutnya melakukan aksi. "Kalau membahas toleransi tentu kita sudah melakukan itu sebelumnya. Namun kita akan melakukan aksi bagi masyarakat," katanya.

Di antaranya yang sudah dilakukan adalah penanaman pohon di lingkungan pondok pesantren. Jalin juga bersepakat bersama-sama mengatasi persoalan sampah yang menjadi problem bersama.

Pengolahan sampah akan dilakukan di pondok pesantren begitu pun di seminari,  gereja ataupun tempat ibadah yang lain juga akan dilakukan pengelolaan sampah. Ini menjadi salah satu langkah untuk mengatasi persoalan sampah di DIY.

Pendeta Indrianto Adiyatmo dari Kristen Protestan mengatakan kegiatan membangun persaudaraan lintas iman telah dilakukan sejak 2018 dan mereka aktif berdialog.

Penampilan grup hadroh Ponpes Assalafiyyah Mlangi. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

"Kemudian saat ini kita tingkatkan bahwa persaudaraan lintas iman tidak sebatas diskusi, dialog, silaturahmi ataupun berdoa namun kami ikuti dengan kegiatan-kegiatan yang nyata yang berguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia," katanya.

Kegiatan dimulai dari penanaman pohon bagi kelestarian lingkungan dan akan segera diikuti kegiatan lain seperti aksi sosial bagi sesama. "Dalam aksi ini kami melibatkan anak muda agar ada estafet nilai-nilai perdamaian bisa dilanjutkan pada masa mendatang," katanya.

Ketua VCY Rahadian Nugroho Adi atau akrab disapa Didik mengatakan klub mobil khusus VW memiliki divisi sosial. Mereka siap mendukung kegiatan Jalin untuk kepentingan sesama.

"Kami selama ini telah banyak melaksanakan kegiatan sosial. Droping air bersih ke Gunungkidul ataupun membantu bibit tanaman bagi masyarakat. Kebetulan Gus Irwan pengasuh di sini adalah anggota VCY," ungkapnya.

Aksi nyata

Maria Ninis dari agama Katolik menjelaskan Jalin adalah sebuah komunitas baru yang fokus pada kolaborasi dan aksi nyata lintas iman di Indonesia.

"Acara malam ini ini menandai awal dari sebuah gerakan baru untuk memperkuat persaudaraan dan harmoni di tengah keberagaman bangsa kita," kata Ninis.

Ketua panitia, RM Marinus Joko Lelono, menambahkan Indonesia sebagai negeri yang kaya akan keragaman budaya, bahasa, agama dan kepercayaan, memiliki potensi besar menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan menjadi kekuatan.

Dalam konteks ini, kebebasan beragama dan berkeyakinan yang diakui oleh negara merupakan fondasi penting bagi kehidupan berbangsa yang rukun.

Damai berdampingan

"Namun, kebebasan tidak hanya berarti hidup berdampingan dengan damai. Lebih dari itu, kita dipanggil untuk saling mengenal, memahami dan bekerja sama demi kebaikan bersama. Komunitas Jalin lahir dari kesadaran ini,” kata dia.

Dalam perjalanan hidup bersama di Indonesia, rohaniwan, pembina umat, pengasuh pondok pesantren, aktivis muda lintas iman dan pegiat sosial merasa terdorong untuk membentuk ruang kebersamaan yang nyata, di mana semua anak bangsa dapat saling bertemu, berinteraksi dan berkolaborasi.

“Nama Jalin dipilih karena mencerminkan hubungan mendalam yang kami bangun sebagai saudara sebangsa, melintasi berbagai batasan agama, suku dan budaya," jelasnya.

Peluncuran komunitas Jalin bukan hanya sebuah seremoni melainkan juga komitmen untuk terus berkontribusi bagi masyarakat melalui aksi-aksi nyata.

Tantangan sosial

Sekaligus, akan menjadi tonggak awal bagi gerakan yang lebih besar untuk mempromosikan dialog, toleransi dan aksi nyata dalam menghadapi tantangan-tantangan sosial, kebangsaan, lingkungan dan budaya.

“Kami berharap bahwa melalui inisiatif ini, kita semua dapat berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih rukun, damai dan sejahtera,” katanya. (*)