Inovator Belia Unjuk Kebolehan di Ajang Artificial intelligence Summit
KORANBERNAS ID,YOGYAKARTA -- Lampu jalanan memang idealnya terang, terlebih jalan protokol di perkotaan. Selain memperindah kawasan tersebut, penerangan ini juga memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna jalan. Namun pernahkah membayangkan banyaknya pemakaian listrik yang digunakan di jalan-jalan yang sepi kendaraan melintas? Padahal pada jalan protokol dan tol ketentuan lampu yang dianjurkan bisa mencapai 100-400 watt.
Hal ini menjadi perhatian sekelompok siswa SMK 2 Depok Sleman Yogyakarta. Dengan inovasi teknologi Artificial intelligence (AI) mereka membuat inovasi Smart Street Lamp (SSL). Dengan kecerdasan buatan ini setiap lampu di jalan raya akan menyala dengan kecerahan 100 persen dan akan meredup jika tidak ada kendaraan melintas.
"Di jalan raya banyak lampu yang dipakai, tetapi akan boros energi bila tidak terlalu sering kendaraan melintas. Maka inovasi yang kami buat ini untuk mengurangi pemakaian listrik yang tidak perlu tersebut," terang Azzara Aqila, salah satu inovator dari SMK 2 Depok, Jumat (10/12/2021) pada acara Jogja AI Summit di Tara Hotel, Yogyakarta.
Inovasi yang memadukan kecerdasan buatan dengan sensor kamera ini bisa mendeteksi datangnya kendaraan dari jarak 50 meter kemudian memberi perintah ke sistem AI yang kemudian membuat nyala lampu menjadi 100 persen. Selanjutnya, setelah 15 detik kendaraan tersebut melintasi sensor, lampu akan otomatis meredup.
"Sensor ini bekerja secara realtime. Selain itu inovasi ini merupakan perbaikan dari inovasi yang pernah ada. Tapi yang versi sebelumnya lampu akan nyala dan mati, bukan meredup dan terang," lanjutnya.
"Dengan perbaikan redup dan terang ini tentu akan lebih aman bagi pengguna jalan. Karena ada perubahan yang smooth antara dua mode tersebut. Kalau tiba-tiba nyala atau tiba-tiba mati akan membuat pengguna jalan terkejut. Keterkejutan ini justru bisa menyebabkan kecelakaan," imbuhnya.
Aqila mengakui inovasi kelompoknya ini belum pernah diujicobakan langsung dijalan. Ini karena kondisi pandemi dan perijinan dan pertimbangan waktu yang tidak cukup. Namun siswa tingkat 12 ini yakin bahwa inovasi kelompoknya ini bisa bekerja dengan baik dalam menghemat penggunaan listrik di Tanah Air.
Antony Simon, Country Director Sustainable Living Lab (SL2) Indonesia menyebut, Demokratisasi pendidikan Kecerdasan Artifisial (AI) perlu didorong dari akar rumput. Seperti yang saat ini dilakukan oleh Yayasan Sagasitas Indonesia (Sagasitas) melalui program Intel Prakarsa Muda telah berhasil memperkenalkan AI kepada siswa/i SMA, SMK dan MA di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Acara ini menghasilkan 21 purwarupa solusi AI yang dipamerkan pada acara Jogja AI Summit, Jum’at (10/12/2021). Beberapa solusi AI hasil pengembangan siswa/i itu pun berhasil mengharumkan nama Indonesia sebagai Global Winner pada ajang AI internasional, Intel AI Global Impact Festival 2021.
“Sagasitas berhasil memberikan contoh kepada masyarakat dunia tentang bagaimana gerakan pendidikan digital dapat dilaksanakan dari akar rumput, sehingga AI dapat menjadi teknologi yang datang dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat,” tegasnya.
Acara ini diikuti oleh 82 Siswa dari 41 Sekolah D.I. Yogyakarta, keseluruhan proses belajar dan pengembangan purwarupa dilakukan selama 6 bulan yang didukung penuh oleh Intel dengan bantuan pembinaan dari Sagasitas.
R. Gunawan Susilowarno, Dewan Pembina Yayasan Sagasitas Indonesia, menyatakan, Siswa/i peserta Intel Prakarsa Muda didorong untuk dapat sensitif terhadap masalah yang terjadi di lingkungan sekitar dengan tujuan membangun karakter inovator muda yang selalu mengedepankan kearifan lokal dan watak bangsa.
Intel Prakarsa Muda yang merupakan bentuk dukungan dan inisiatif dari Intel yang dilaksanakan oleh Sustainable Living Lab (SL2) Indonesia untuk memperkenalkan AI kepada generasi muda berumur 14 - 19 Tahun dari berbagai latar belakang ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Langkah ini agar generasi muda dapat mengembangkan solusi nyata di tengah masyarakat menggunakan teknologi AI. Dengan demikian, program ini sangat penting untuk terus dilanjutkan secara berkesinambungan untuk mendukung program pemerintah daerah, DIY dalam pendidikan teknologi.
“Intel Prakarsa Muda membuktikan bahwa demokratisasi teknologi dapat dilakukan secara inklusif tanpa membatasi latar belakang dan jenjang pendidikan. Penguasaan dan pemanfaatan AI dapat dilakukan sejak usia dini” tegas Janio Nugraha selaku Program Director Intel Prakarsa Muda. (*)