Ini Cara Jatipuro Ubah Sampah jadi Berkah

Ini Cara Jatipuro Ubah Sampah jadi Berkah

KORANBERNAS,ID.KLATEN - Sampah, bagi banyak orang identik dengan sesuatu yang bau, sumber penyakit, kotor, kumuh dan tidak berguna. Karenanya banyak orang tidak ingin hidup dekat dengan sampah apalagi terjun langsung mengelola sampah.

Namun tidak demikian halnya dengan pengurus TPS 3R (Reduce, Recycle, Reuce) Desa Jatipuro Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. Ditengah situasi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir satu tahun namun mereka tetap semangat mengelola sampah warga.

Semangat dan kepedulian mereka patut diapresiasi dan dicontoh oleh warga lain. Sebab dengan kehadiran mereka, permasalahan sampah di lingkungan bisa teratasi atau diminimalisir.

Adalah Erning, salah satu pengurus TPS 3R Desa Jatipuro Kecamatan Trucuk. Saat ditemui di bangunan TPS 3R, dirinya mengaku tidak sedikitpun berkecil hati terjun langsung di persampahan.

"Bagi saya dan juga teman yang ada disini sampah adalah berkah dan bermanfaat. Bagi orang lain mungkin tidak. Tapi tidak apa-apa. Kami tetap semangat meski situasi pandemi (Covid-19)," kata Erning tentang sukanya berkecimpung di TPS 3R.

Meski tercatat sebagai pengurus tepatnya bagian pemasaran, Erning tidak ingin hanya duduk diam di sekretariat. Sebaliknya memilih terjun langsung mengelola dan mengelola TPS 3R.

Senada dikemukakan Yuli, pekerja di TPS 3R Desa Jatipuro. Menurut dia, hidup harus bisa bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain.

Bersama dengan Ketua Tim Penggerak PKK Desa Jatipuro, Eka Yulianti dan pengurus TPS 3R lainnya, Erning dan Yuli tidak sungkan-sungkan terjun langsung ke lapangan. Berbekal peralatan seadanya mereka melaksanakan tugas memilah sampah, mencacah sampah dan mempress sampah.

Meski di gedung TPS 3R dilengkapi mesin namun proses pemilahan sampah yang diambil dari rumah warga tetap dilakukan. Sebab masih banyak warga yang tidak memilah sampahnya saat dibuang ke tong sampah depan rumah. Sampah organik dan anorganik digabung menjadi satu. Dan inilah yang mempengaruhi proses pencacahan di TPS 3R.

Pengaruh yang sangat besar pada pisau mesin cacah. Mesin cacah akan cepat rusak jika ada logam. Padahal mesin cacah fungsinya untuk mencacah sampah organik seperti daun-daunan, sayuran dan lainnya.

Kondisi ini pula menurut Eka Yulianti yang menjadi masalah bagi pengurus dan pekerja di TPS 3R. Agar pengurus tidak bekerja dua kali kata dia, warga dihimbau membuang sampah di tempat yang sesuai jenisnya.

"Di rumah warga sudah ada tong sampah. Tapi tetap saja masih banyak yang buang sampah tidak dipilah. Harusnya sampah organik di tempat sendiri dan non organik tempat sendiri," ujarnya.

Karena tidak dipilah itulah mempengaruhi tugas pengurus dan pekerja di lapangan. Seharusnya pengurus bisa mengerjakan tugas yang lain terpaksa melakukan pemilahan sampah lagi. Akibatnya buang-buang waktu, tenaga dan biaya. Padahal iuran rutin sampah warga di Desa Jatipuro mungkin yang paling murah dibandingkan desa lain.

Pada 2019, Pemkab Klaten melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) mengucurkan program bantuan TPS 3R di 14 lokasi, termasuk Desa Jatipuro Kecamatan Trucuk. Tujuannya untuk mengatasi permasalahan sampah di lingkungan masing-masing dengan memberdayakan masyarakat sekitar.

Selain bangunan, bantuan juga meliputi satu unit mobil pikap untuk kendaraan operasional pengambilan sampah warga, mesin cacah sampah dan mesin pres sampah. Sampah-sampah yang telah diolah dan bernilai ekonomis bisa dijual untuk keberlangsungan dan operasional TPS. 3R.

Beberapa tahun lalu permasalahan sampah di Kabupaten Klaten sempat menjadi masalah serius karena tidak memiliki TPA. Akibatnya semua TPS di pinggir jalan, di pasar-pasar, pemukiman warga, perkantoran penuh dengan sampah.

Kesan kumuh sempat menjadi sorotan kala itu karena di jalan protokol pun banyak sampah berserakan. Kini Kabupaten Klaten telah memiliki TPA sampah di Desa Troketon Kecamatan Pedan. Sampah warga yang tidak bisa dimanfaatkan atau di daur ulang di TPS 3R itulah yang dibuang ke TPA. (*)