Harga Melambung, Pemasok Daging Ayam Gelar Aksi Damai

Harga Melambung, Pemasok Daging Ayam Gelar Aksi Damai
Aksi damai Squad Chicken terkait melambungnya harga daging ayam, Kamis (22/6/2023). (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID.BANTUL -- Para pemasok daging ayam  tergabung dalam paguyuban Squad Chicken melakukan aksi damai, Kamis (22/6/2023). Dengan mengendarai pikap maupun truk yang membawa keranjang  yang biasa dipakai untuk kulakan ayam pedaging (ayam potong), anggota Squad Chicken melakukan konvoi.

Start dari Pasar Seni Gabusan (PSG), sebanyak 66 armada ini bergerak ke arah utara melalui Ring Road Selatan-Sempalan sate ambal-Jalan Bantul-Niten-Klodran-Ring Road Barat Bantul-Pertigaan lampu merah DPUPR-Perempatan Palbapang-Jalan Samas-JJLS kemudian kembali ke rumah masing-masing.

Koordinator aksi, Taufik Ahmad, mengatakan aksi ini adalah bentuk protes terhadap harga ayam potong yang terus naik sehingga mereka mensuplai ke penjual daging ayam di pasar-pasar juga sudah tinggi pada kisaran Rp 40 ribu setiap kilogramnya.

Para pemasok sering mendapat protes dari pedagang. Kondisi ini berlangsung sejak sebelum Ramadan lalu atau sekitar empat bulan silam.

"Ayam kami ambil dari mitra PT, jadi mereka yang menentukan harga ayamnya," kata Taufik. Mahalnya harga ayam menurut keterangan pihak PT atau peternak karena pakan yang mahal dan jumlah DOC yang terbatas.

Konvois Paguyuban Squad Chicken memprotes tingginya harga daging ayam. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

DOC atau Day Old Chicken adalah ayam dengan umur di bawah 10 hari dan paling lama 14 hari setelah ayam itu menetas. DOC ayam biasanya dipakai untuk istilah ayam pedaging atau ayam potong. Para suplier saat ini mengambil dengan harga Rp 25 ribu per kilogram ayam hidup.

Wahyudi Budi Santoso selaku supplier ayam asal Palbapang Bantul berharap pemerintah bisa turun tangan terkait terus melambungnya harga.

"Saat ini eceran sudah sampai Rp 42 ribu per kilo. Dengan kenaikan harga membuat daya beli masyarakat menurun. Omzet kita juga turun 40 hingga 50 persen. Biasanya satu supplier bisa 1 ton, sekarang menjadi 500 atau 600 kilogram," katanya.

Gunawan selaku supplier wilayah Sedayu mengatakan paguyuban menetapkan harga yang sama ke pedagang. "Jadi soal harga memang ada kesepakatan, berapa kita jual ke pedagang. Jadi kompak," katanya, sehinga tidak ada persaingan harga antar-supplier. (*)