Ganjar Pranowo Usul KAS Jadi Desa Wisata

Ganjar Pranowo Usul KAS Jadi Desa Wisata

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengusulkan agar “bekas” Keraton Agung Sejagad (KAS) dijadikan desa wisata. Dengan demikian, lokasi “bekas keraton” itu akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi warga sekitar.

Usul Gubernur Ganjar Pranowo itu disampaikan saat mengunjungi lokasi KAS di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo, Selasa (21/1/2020). "Bisa diperbaiki lagi, dibangun singasana, tiap bulan ada atraksi budaya dan kulineran khas Purworejo, seperti geblek, clorot, klanting dan lainnya," ujar Ganjar.

Tetapi, saran dia, kata yang dipakai jangan menggunakan kata kerajaan, tetapi Keraja-rajaan.

Pada kesempatan itu, Ganjar mendapat informasi bahwa pemilik lahan keberadaan KAS tidak menjual tanahnya. "Ya kita membangun kerajaan di sebelahnya," kelakar Ganjar Pranowo.

Informasi kedatangan orang nomer satu di Jateng ke “bekas keraton” itu rupanya sudah tersiar. Ribuan warga mendatangi lokasi, ingin bertemu dengan Gubernur Jateng.

Saat memasuki akses utama jalan menuju pintu gerbang KAS, Ganjar sudah dikerumuni warga dan juga pedagang. Gubernur melihat sendiri pasar tiban yang menjajakan aneka dagangan, dari makanan khas Purworejo seperti geblek, clorot dan dawet hitam. Belum lagi aneka makanan dan minuman juga tersaji.

Di depan batu prasasti ala KAS, Ganjar menuturkan jika tempat berdirinya KAS itu merupakan situs, maka secara otomatis pemerintah akan turut serta membangun. "Namun ternyata di tempat ini bukan merupakan situs, jadi tidak benar kalau KAS berdiri di sini," papar Ganjar.

Ada hal baru di lokasi KAS, yakni munculnya warga yang menyewakan kuda-kuda miliknya. Kuda tersebut yang dipakai raja dan ratu palsu saat kirab deklarasi Keraton imitasi tersebut.

Dwi Yuli warga desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Purworejo menawarkan kuda miliknya kepada pengunjung. "Sudah tiga hari ini saya memasarkan kuda tunggangan. Koleksi kuda-kuda saya yang di pakai oleh raja dan ratu beserta hulubalangya saat kirab," papar Dwi.

Ia memasang tarif Rp 10 ribu untuk sekali putaran. Rata-rata setiap harinya ada sebanyak 50 orang tertarik menunggang kuda seperti raja Toto dan ratu Fanni. (eru)