Dosen Unsoed Adhi Iman Membekali 160 Guru Menulis Jurnal Ilmiah

Dosen Unsoed Adhi Iman Membekali 160 Guru Menulis Jurnal Ilmiah
Adhi Iman Sulaiman menyampaikan materi di hadapan peserta Diklat Penulisna Buku dan Jurnal Ilmiah di Purbalingga. (prasetiyo/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURBALINGGA -- Periset  dan dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Adhi Iman Sulaiman SIP M Si membekali  160 guru dari berbagai jenjang pendidikan di Purbalingga agar dapat menulis jurnal ilmiah.

Para guru yang berasal dari PAUD/TK/BA/,SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK itu, selama empat hari, Kamis -Minggu (25-28/5), mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penulisan Buku dan Jurnal Ilmiah.

Kegiatan itu diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga bekerja sama dengan Tabloid Pendidikan Edukator, di Aula SMP Negeri 3 Purbalingga.

Adhi Iman menegaskan, seorang guru atau penulis yang menghasilkan karya ilmiah, termasuk jurnal harus obyektif dan menghindari plagiarisme.

Plagiarisme adalah tindakan atau perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai menurut aturan penulisan karya ilmiah.

"Plagiarisme merupakan  tindak pidana, sebagaimana diatur Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Harus dihindari," tegas Adhi Iman Sulaiman.

Selanjutnya, dia memberikan empat tips mencegah plagiarisme. Pertama, hindari kutipan bukan dari referensi yang kredibel, seperti dari buku, makalah dan artikel yang tidak jelas identitasnya, web blok, wikipedia dan media online yang tidak mainstream.

Kedua, mengutip dari referensi baik buku teks, jurnal dan media massa harus direduksi atau diparafase lagi tanpa menghilangkan substansinya dan jangan copy paste.

Ketiga, mencantumkan sumber referensi yang dikutip baik dari baik buku teks, jurnal dan media massa dengan teknik cara mengutipan (sitasi) ada yang menggunakan catatan perut dan footnote.

"Dan keempat, membuat daftar pustaka atau referensi di akhir tulisan dengan menggunakan standar sitasi yang dijadikan pedoman dengan urutan abjad huruf," ujar Adhi Iman.

Ketua Panitia Diklat Drs Prasetiyo MI Kom berharap, melalui kegiatan ini para guru piawai menulis buku dan jurnal ilmiah terakreditasi.

Selama ini, kemampuan guru dalam menulis buku dan jurnal ilmiah, belum membudaya sehingga perlu diberi pelatihan, guna kepentingan kenaikan pangkat maupun kepentingan penilaian angka kredit guru. (*)