Diksar Mahakarta Yudha, Bentuk Sumbangsih Intelektual Muda untuk NKRI

Diksar Mahakarta Yudha, Bentuk Sumbangsih Intelektual Muda untuk NKRI
Rektor UMY menjadi inspektur upacara pembukaan Karantina Diksar yang digelar oleh Menwa UMY. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Sebanyak 83 mahasiswa dari 16 perguruan tinggi di Yogyakarta dan Jawa Tengah mengikuti karantina pendidikan dasar (Diksar) Mahasiswa Mahakarta Yudha XLLVII yang dibuka oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng, Kamis (15/2/2024) pagi.

Diksar ini merupakan program pelatihan dasar kemiliteran yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa patriotisme, nasionalisme, dan kecakapan mahasiswa sebagai calon tunas bangsa.

Diksar ini akan berlangsung selama dua minggu, dari 15 hingga 29 Februari, di dua lokasi, yaitu Lapangan Bintang UMY dan Sekolah Calon Bintara (SECABA) Rindam IV Diponegoro, Magelang. Peserta diksar terdiri dari 43 laki-laki dan 40 perempuan yang berasal dari berbagai jurusan dan fakultas.

Dalam sambutannya, Rektor UMY mengapresiasi antusiasme dan semangat peserta diksar yang bersedia mengabdikan diri untuk bangsa dan negara. Ia mengatakan bahwa diksar ini adalah bentuk sumbangsih kaum intelektual muda untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan cita-cita para founding fathers.

“Saya pikir, pelatihan dasar kemiliteran ini adalah bentuk sumbangsih warga negara khususnya kaum intelektual kepada bangsa ini untuk menjaga keutuhan NKRI,” katanya.

Ia juga berharap bahwa melalui diksar ini, peserta akan semakin memahami pentingnya posisi, kedudukan, dan kepentingan Indonesia di tingkat regional maupun global.

Ia menekankan bahwa di era globalisasi ini, tidak ada lagi batas yang tegas antara satu negara dengan negara lain, sehingga diperlukan kerjasama dan solidaritas yang kuat.

“Semoga dengan pelatihan dasar kemiliteran ini kita akan semakin paham bagaimana pentingnya posisi, kedudukan dan kepentingan Indonesia baik secara regional di tingkat ASEAN, Asia atau bahkan di tingkat dunia. Pada saat secara resmi dan secara aktivitas tidak ada lagi batas yang tegas antar satu negara dengan negara yang lain,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga mengingatkan peserta untuk tetap menjaga idealisme, pola pikir, dan ideologi yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Ia mengajak peserta untuk memperkokoh kekuatan bersama untuk menangkal segala bentuk ancaman yang dapat merusak cita-cita bangsa dan negara.

“Kita harus memperkokoh kekuatan kita untuk menyaring semua idealisme, semua pola pikir dan kemungkinan adanya ideologi-ideologi yang tidak cocok dengan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekali lagi kami berbangga atas kalian semua,” pungkasnya. (*)