Destinasi Unggulan Pantai Glagah Tertinggal Jauh, PHRI Kulonprogo Gelar Ruwahan

Destinasi Unggulan Pantai Glagah Tertinggal Jauh, PHRI Kulonprogo Gelar Ruwahan

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Pantai Glagah Temon merupakan destinasi unggulan Kabupaten Kulonprogo. Dibandingkan destinasi lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata masih tertinggal jauh.

Ini disampaikan Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Kulonprogo, RH Sumantoyo, pada acara Ruwahan Plaza Kuliner Glagah, Sabtu (18/3/2023).

“Diperlukan adanya kegiatan-kegiatan agar bisa mendorong Pantai Glagah bersaing dengan daerah lainnya. Ini akan menggairahkan wisatawan untuk berkunjung di Pantai Glagah merasa enjoy dengan Sapta Pesona tersebut,” ujarnya kepada koranbernas.id di sela-sela acara.

Menurut dia, pembenahan Pantai Glagah terutama tata ruangnya agar segera dibakukan. BPC PHRI Kulonprogo mendorong berbenah diri untuk adanya harmonisasi dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).

“KKOP ini tidak boleh ditawar-tawar, jadi sebelah selatan Yogyakarta International Airport ini tidak boleh didirikan bangunan apa pun. Wilayah tersebut harus clean and clear dari bangunan apa pun,” tambahnya.

Sumantoyo menerangkan Pemerintah Pusat saat ini telah memberikan sosialisasi tentang adanya pembangunan pemecah gelombang di wilayah Congot. Keadaan saat ini jika musim kemarau airnya tidak ada tetapi saat malam bulan purnama meluap.

Ketua Panitia Ruwahan BPC PHRI Kulonprogo, Wahyu Purnomo, didampingi Sekretaris BPC PHRI Kulonprogo, Ridwan, mengungkapkan kegiatan tradisi Ruwahan/Nyadran adalah adat istiadat dari masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan.

Tradisi ini untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti orang tua, kakek, nenek, tokoh pendiri kampung, wali, dan lainnya.

Ruwah diartikan sebagai arwah atau ruh orang-orang yang sudah meninggal dunia. Maka ruwahan memiliki makna mendoakan arwah-arwah orang telah meninggal dunia. Tradisi ini kita lestarikan sebagai budaya yang tentu atraksi tersebut dapat mendatangkan wisatawan,” ungkap Wahyu.

Dia menjelaskan Ruwahan/Nyadran PHRI Kulonprogo diikuti oleh anggota PHRI dan pelaku wisata di Pantai Glagah. Kegiatan ini merupakan budaya adiluhung khususnya rakyat Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibungkus agar menjadi sebuah atraksi menarik bagi wisatawan.

“Semakin banyak atraksi tentu akan mendatangkan wisatawan sehingga roda ekonomi pariwisata di Pantai Glagah perputarannya semakin terasa bagi masyarakat sekitar,” jelas Wahyu.

Wahyu menegaskan kegiatan ini selain didukung oleh Dana Keistimewaan (Danais) Daerah Istimewa Yogyakarta, juga merupakan sinergitas antara budaya dengan pariwisata saling mendukung bagi keberlangsungan keduanya.

Ketua jathilan Bekso Turonggo Wulung, Winardiyono, memberikan apresiasi atas amanah ditunjuknya kelompok kesenian jathilan yang dia pimpin beratraksi di Plaza Kuliner, dengan  dukungan Dana Keistimewaan.

“Kami berikan kemampuan maksimal agar para pengunjung Plaza Kuliner terpuaskan dengan kesenian jathilan asli Kulonprogo,” kata Yono seraya menambahkan grup ini selalu siap diberikan amanah beratraksi setiap saat untuk menghibur masyarakat Kulonprogo.

Anggota grup Kesenian jathilan Bekso Turonggo Wulung ada sekitar 50 orang sehingga setiap saat siap diberikan order pentas. (*)