Cegah Politisasi Agama, Pemimpin Perlu Menerapkan Moderasi Beragama

Lima peserta terbaik akan mendapatkan dana hibah.

Cegah Politisasi Agama, Pemimpin Perlu Menerapkan Moderasi Beragama
Lukman Hakim Saifuddin dan pembicara lainnya saat menghadiri Salaam Summit di Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Lukman Hakim Saifuddin, mantan Menteri Agama RI periode 2014-2019 mengungkapkan pentingnya penerapan Islam Wasathiyah. Wasath berarti di tengah, moderat, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan.

"Pemimpin muslim yang menerapkan prinsip Islam Wasathiyah adalah pemimpin yang adil dan berimbang. Ia tidak akan memaksa. Ia akan memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda pendapat, menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang," ujarnya dalam Salaam Summit di Yogyakarta, Jumat (27/10/2023).

Lukman berharap politik identitas agama tidak lagi dijadikan jualan pada pemilu mendatang. Identitas yang harus diusung seharusnya yang merekatkan kemajemukan dan keragaman Indonesia. Dalam konteks kebangsaan, identitas Pancasila yang perlu dikedepankan.

"Mudah-mudahan tidak ada lagi politik identitas [saat pemilu] yang dalam kaitannya dengan mengusung identitas yang sifatnya memecah belah kita, itu yang harus kita hindari," ujarnya.

ARTIKEL LAINNYA: Resmi Dibuka, Toko Terbesar Bakpia Kukus Tugu Jogja Ada di Gondomanan

Program Director Indika Foundation, Muhammad Abie Zaidannas Suhud, mengungkapkan Salaam Summit digelar untuk melatih generasi muda agar dapat menerapkan perilaku damai serta memimpin diri dan/atau orang lain berlandaskan Islam Wasathiyah (Islam berkeadilan), tasamuh (toleransi), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) dan mantiq (logika).

Program pelatihan itu diselenggarakan melalui serangkaian Zoom Class dan Kelas Offline di Yogyakarta. Lima peserta terbaik akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Muslim muda sebagai mayoritas harus jadi motor utama membina kedamaian di Indonesia. Maka dari itu, Indika Foundation berinisiatif untuk mengasah kemampuan pemimpin masa depan yang amanah, toleran, empatik dan adil," kata dia.

Ia berharap, lewat program ini dapat mencetak pemimpin muslim muda Indonesia yang mampu mewujudkan Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin di Indonesia. Selain itu mendorong nilai-nilai perdamaian untuk semua anggota masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama, suku atau etnis.

ARTIKEL LAINNYA: Punya Lahan 2,27 Hektar, Loman Park Hotel Yogyakarta Akan Jadi Destinasi Wisata Baru

Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, Siti Rofiah, menambahkan pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi seorang pemimpin.

“Sebab seringkali, kita menyimpulkan suatu hal tanpa melihat fakta. Berpikir kritis melatih kita untuk mencerna, berefleksi, dan membuat keputusan yang berkualitas sehingga adil bagi semua pihak," ungkapnya.

Kolumnis dan aktivis Kalis Mardiasih juga ikut berpartisipasi dalam Salaam Summit 2023 ruang dialog bagi orang muda untuk memahami toleransi sangat dibutuhkan.

"Melalui Salaam Summit, orang muda dapat belajar bahwa tasamuh (toleransi) bukan sekadar membiarkan perbedaan, tetapi lebih tentang sifat proaktif dari semua pihak yang terlibat untuk saling memahami dan peduli," ujarnya.

General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) HE Judge Mohamed Abdelsalam melalui video yang disampaikan dalam acara ini mengungkapkan pandangannya tentang Indonesia.

Negara ini senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi banyak bangsa dalam hal koeksistensi, saling mencintai, persaudaraan manusia dan akan terus menumbuhkan spirit penuh harapan. (*)