Berawal Gelimasjiwo, Bantul Raih Penghargaan Nasional Penanganan ODGJ

Berawal Gelimasjiwo, Bantul Raih Penghargaan Nasional Penanganan ODGJ
Penghargaan nasional atas inovasi Simantap Sejagat dalam penamganan ODGJ di Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Puskesmas Kasihan 2 Kabupaten Bantul menggagas Gerakan Peduli Masyarakat Sehat Jiwo (Gelimasjiwo). Ini adalah inovasi dalam merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Seperti RT, dukuh, kader, hingga Koramil dan Polsek serta menggunakan dampingan psikolog.

Puskesmas Kasihan 2 telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam Gelimasjiwo, dan terbukti efektif membuat ODGJ pulih kembali ke keluarga serta masyarakat. Bahkan bisa kembali produktif dan bekerja.

Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih mengatakan, atas inovasi yang luar biasa tersebut kemudian direplikasi ke 14 puskesmas lainnya di Bantul. Kemudian namanya menjadi Sistem Manajemen Terpadu Kesehatan Jiwa Jaga Masyarakat (Simantap Sejagat). Inovasi ini mendapat penghargaan nasional yakni Outstanding Achievement of Public Service Innovation 2023 dari Kementerian PANRB.

“Pada tahun 2021, inovasi Gelimasjiwo masuk top 45 inovasi skala nasional. Lalu oleh Siti Mulayni dan teman-teman di Puskesmas Kasihan 2, inovasi ini ditransformasi menjadi Simantap Sejagat. Harapannya tentu agar Kabupaten Bantul memiliki sistem penanganan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang lebih tertata, sistematik, sesuai standar prosedur yang telah ditetapkan,” papar Bupati dalam jumpa pers di ruang kerjanya. Tampak mendampingi Siti Mulyani dari Puskesmas Kasihan 2 yang merupakan penggagas inovasi dan Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus TW.

Bupati mengatakan, ketika inovasi ini ditingkatkan menjadi Simantap Sejagat, ranah penanganan ODGJ tak hanya menjadi urusan puskesmas, namun naik ke tingkat Kabupaten.

“Penanganan ODGJ itu tidak bisa kalau hanya dikerjakan oleh Dinas Kesehatan. Sinergi dari berbagai pihak butuh sekali masuk ke ranah ini. Misal ada ODGJ yang membawa sajam, tentu puskesmas butuh bantuan linmas atau bahkan polsek hingga koramil. Dan penyembuhan ODGJ ini jauh lebih rumit daripada menyembuhkan fisik. Karena dalam promosi kesehatan yang kami lakukan, tidak hanya menyembuhkan pasien, tapi juga menyembuhkan stigma negatif masyarakat terhadap ODGJ,” imbuh Halim.

Siti sendiri mengatakan, bahwa masih ada stigma negatif soal ODGJ di masyarakat. Maka ini harus ditekan sedemikian rupa. Sebab, sikap lingkungan sekitar terhadap ODGJ sangat berpengaruh pada proses pemulihan ODGJ itu sendiri.

“Tugas besar kita semua tentu saja selain membuat ODGJ pulih, juga menghapus stigma masyarakat bahwa ODGJ itu tidak bisa apa-apa, tidak berdaya. Jangan sampai ODGJ mendapat perlakuan buruk terus menerus. Mereka bisa pulih kok. Banyak ODGJ ini pulih, dapat beraktivitas kembali di tengah masyarakat. Bahkan ada yang menikah dan bekerja,” tutur Siti.

Siti menjelaskan, Simantap Sejagat diawali dengan melatih para kader untuk dapat mengidentifikasi dan memetakan ODGJ tiap wilayah. Kemudian ODGJ tadi menjalani pemeriksaan di Puskesmas dan diidentifikasi apakah perlu perawatan di RS atau cukup di tingkat puskesmas. Petugas akan berkoordinasi dengan pihak keluarga.

“Ketika cukup dilakukan di puskesmas, maka kami yang akan berkunjung ke rumah untuk pengobatan. Sehingga menjadikan pelayanan ini menjadi dekat, mudah, murah, efektif dan efisien,”kata perawat yang telah bekerja sejak tahun 1999 tersebut.

Di Kabupaten Bantul, berdasarkan catatan ada 2.700 ODGJ dengan gangguan berat.

“Karena ODGJ ini dikategorikan mulai ringan hingga berat dan penanganan tentu berbeda,” katanya. Dan dari jumlah tersebut yang pulih dan bekerja 30 persen dan pulih mandiri 70 persen. (*)