Begini Penjelasan KOIN Soal Kisruh Pogram Ngingu Domba
KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Rentetan persoalan yang muncul di masyarakat terkait program Ngingu Bareng Domba akhirnya mendapatkan tanggapan Dr Reban Mirmorejo, pembina Koperasi Konsumen Induk UMKM Indonesia (KOIN) di Kabupaten Purworejo.
Menurutnya, realisasi waktu pengisian domba dalam Program Ngingu Bareng KOIN di Kabupaten Purworejo belum ada kepastian. Pasalnya, dari sebagian kandang yang selesai dibangun dan semula dinyatakan siap diisi domba, ternyata belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan masih akan diperbaiki.
Hal itu disampaikan Reban dalam acara Dialog Ngingu Bareng antara Pewarta Purworejo dengan pihak KOIN di Rumah Makan Waroeng Simbok Sastro, Galsari, Kecamatan Purworejo, Kamis (11/3/2021).
Di hadapan belasan wartawan dari berbagai media, Reban menyebut saat ini ada sekitar 297 kandang selesai dibangun dan semula siap diisi domba. Namun, setelah dilakukan uji coba, seluruhnya tidak sesuai kriteria yang ditetapkan.
“Kalau yang sudah berdiri, banyak. Ada seribuan, tapi yang ready ditempati ada sekitar 297 kandang. Setelah diuji coba kemarin ternyata belum sempurna dan layak sehingga perlu perbaikan,” sebut Reban didampingi pengurus KOIN.
Menjawab pertanyaan sejumlah wartawan terkait kejelasan waktu realisasi pengisian, Reban menyatakan belum dapat memberikan kepastian. Namun, pihaknya menyatakan program Ngingu Bareng akan terus berjalan.
“Saya pastikan bahwa program ini harus lanjut. Soal waktu dimulainya, ya dalam waktu secepat-cepatnya,” tandasnya.
Reban optimistis, pengisian domba dapat terwujud. Namun, harus secara bertahap mengingat program penggemukan domba ini melibatkan banyak pihak.
Reban menambahkan, beberapa waktu lalu telah ada uji coba pengisian 1.000 domba. "Kami telah mengisi kandang dengan 1.000 domba. Namun karena tidak memenuhi spek, domba tersebut ditarik kembali," jelasnya.
Reban menyebut, ketentuan bobot domba antara 17 hingga 20 kilogram per ekor. Karena bobot domba tersebut hanya 7 sampai 10 kilogram, maka pihaknya tidak mau menerima.
Rencana berikutnya, KOIN akan mengutamakan bibit-bibit domba lokal. Kemudian jika bibit lokal sudah tidak mencukupi, pengisian dalam jumlah banyak akan dilakukan melalui impor bibit dari Eropa.
“Kalau impor sekarang memang belum memungkinkan karena kita perhitungkan minimal harus 12.000 ekor dengan ketersediaan kandang minimal 400 kandang. Sedangkan kandang yang siap diisi saat ini belum ada segitu,” katanya.
Pada bagian lain, Reban menjelaskan Program Ngingu yang digulirkan sejak Agustus 2019 hingga kini telah memiliki sekitar 3.000 calon mitra, meskipun ada beberapa orang yang telah menyatakan mengundurkan diri. Dengan target 10.000 kandang, Program Ngingu memiliki tujuan utama untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia dan menyejahterakan masyarakat dengan sistem kemitraan.
Dalam hal penyertaan modal, KOIN menggandeng PT Mega Jaya Gemilang. Sementara untuk urusan pendirian kandang, PT MGJ menggandeng beberapa main contractor dan selanjutnya melibatkan sejumlah subkontraktor untuk pengerjaannya.
Mengenai adanya kemelut antara PT MGJ dengan para main contractor dan antara main contractor dengan sub kontraktor akibat belum terbayarnya kandang, Reban menyebut hal itu terjadi akibat dampak pandemi Covid-19.
“Karena ini program pertama di Indonesia, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sejak Agustus 2019 sampai Februari 2020 sudah ada kontrak untuk pendirian kandang. Tapi Maret pandemi dan terkendala. PT MGJ tahun 2020 hampir tidak ada perbankan yang bisa mengeluarkan kredit sehingga terjadi keterlambatan pembayaran ke main contractor,” jelas Reban.
“Sekarang skema pembiayaan mulai jalan lagi. Jadi mitra tidak perlu tahu hiruk pikuknya di perusahaan, karena mitra itu tugasnya hanya ngingu, hanya merawat," imbuhnya.
Menyikapi adanya polemik tersebut, Reban mengaku bahwa KOIN juga sudah mengambil langkah untuk menyelamatkan keberlanjutan program, yakni dengan menegur pihak PT MGJ. Langkah selanjutnya yakni melakukan akuisisi PT MGJ ke perusahaan pemilik start up pertanian dan peternakan yang berkedudukan di Jakarta, PT Legon Pari.
“Saya juga ambil langkah akuisisi agar program ini tetap jalan. Sudah MoU, tapi tanggalnya saya lupa. Sikap MGJ gak masalah,” ungkapnya. (*)