Batik Tepus Mulai Menggeliat

Batik Tepus Mulai Menggeliat

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Mengenakan busana batik lengan panjang, tidak kurang 28 orang ibu-ibu dan remaja putri berkumpul di Balai Desa Tepus Gunungkidul, Kamis (27/2/2020). Mereka begitu percaya diri tampil dengan baju karyanya sendiri.

Jerih payah lima hari mengikuti pelatihan membuat karya batik tulis pada 6-10 Januari silam, hari itu membuahkan kebanggaan. Tak hanya busana batik, para perempuan tergabung dalam Kelompok Wanita (KW) Makmur itu mempersembahkan karyanya kepada pemerintah desa setempat.

Secara simbolis Camat Tepus, Alsito, didampingi Kepala Desa (Kades) Tepus, Supardi, menerima hadiah taplak meja dan syal motif batik.  “Saya pesan untuk seragam saya dan istri saya. Akan saya pakai dan promosikan ke kecamatan. Ini bentuk apresiasi agar batik betul-betul berkembang di Kecamatan Tepus,” ungkap Alsito disambut aplaus.

Dia bahkan menginginkan para kades beserta perangkatnya, masing-masing desa terdapat sekitar 30 sampai 60 orang, bisa memiliki seragam batik buatan warganya sendiri.

Inovasi ini sejalan dengan kebijakan Pemkab Gunungkidul yang mewajibkan aparatnya punya seragam batik khas kabupaten ini. “Kita sangat mencintai batik dan diberi ruang oleh bupati untuk memakai batik asli Gunungkidul,” ujarnya.

Batik karya para anggota KW Makmur Padukuhan Gembuk ini merupakan hasil dari kegiatan Pelatihan Membatik Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Program Kerja Sama LPPM ST3 (Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu) dan Kampung Batik Manding Siberkreasi (KBMS).

Ke depan Alsito siap memfasilitasi pemasaran produk batik karya KW Makmur. Dia optimistis geliat aktivitas membatik di wilayah Kecamatan Tepus tersambung dengan pariwisata. Kecamatan ini memiliki tujuh pantai berpasir putih. Setiap hari libur terjadi kemacetan karena banyaknya wisatawan yang datang.

“Kami mengapresiasi pelatihan yang sangat bermanfaat ini. Saya ingin motifnya dinamis karena masyarakat ingin corak yang berbeda,” kata dia.

Camat Tepus didampingi Lurah Tepus menerima hadiah taplak batik. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Layak jual

Supardi SP mengatakan pemerintah desa siap membantu memasarkan produk KW Makmur namun demikian kualitasnya harus ditingkatkan supaya layak jual.

Dia “menantang” KW Makmur untuk menghasilkan batik yang tidak monoton sehingga menarik minat calon pembeli. “Batik tidak hanya baju tetapi juga jarik dan selendang,” ungkapnya.

Rest area yang saat ini sedang dibangun di wilayahnya akan dijadikan salah satu titik pemasaran batik KW Makmur, selain melalui pemasaran online dan cara-cara lainnya.

Supardi mengapresiasi pendampingan dari LPPM ST3 Karanganyar Surakarta Jawa Tengah. Harapannya, keterampilan yang dimiliki warga Padukuhan Gembuk bisa ditularkan ke desa lain.

“Jangan minder. Tetap jaga semangat terus berkreasi mengembangkan motif batik. Apa guna hidup kita kalau punya keterampilan tidak ditularkan,” ujarnya menyemangati warganya.

 

Pelatihan menggambar pola batik tulis di Padukuhan Gembuk Tepus. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Hidupi keluarga

Dwi Ratna Kusumaningdyah selaku Ketua LPPM ST3 menyatakan pengabdian sosial kemasyarakatan ini  dilarbelakangi pertimbangan membantu warga Tepus yang mengalami kesulitan saat sektor pertanian mengalami situasi yang tidak baik.

Para petani selama ini hanya mengandalkan hujan, belum lagi ketika tanaman terserang hama maka hasilnya kecil sekali,  padahal mereka harus menghidupi anak-anak dan keluarga.

Kayak nggak ada yang peduli, akhirnya kami sesuai kemampuan mendampingi lewat pembuatan batik. Kami pilih batik untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga mereka. Kita buat program dan kegiatan,” terangnya.

Tahap awal pelatihan baru sebatas batik tulis, sambil prosesnya berjalan, ke depan diarahkan ke batik cap. “Membatik itu tidak mudah. Ibu-ibu ini mulai dari nol. Ada yang sudah sepuh. Kita belajar bersama,” paparnya.

Harapannya batik mampu meningkatkan ekonomi keluarga yang secara otomatis bermanfaat bagi desa. Tanpa disadari, KW Makmur juga ikut bergerak melestarikan batik sebagai kekayaan Indonesia yang diakui dunia.

Dyah tidak menduga, peserta pelatihan sangat bersemangat, tidak ada yang berhenti di tengah jalan, sebaliknya justru bertambah.

“Biasanya habis pelatihan peserta menyerah. Ini malah tambah dari 22 semula peserta sekarang jadi 28. Bagi kami ini surprise juga. Mereka sangat antusias sampai hari ini masih sangat bersemangat,” kata dia.

Pewarna alami

Dia berharap kerja sama selama lima tahun ke depan berjalan lancar. Sembari mengumpulkan modal, KW Makmur diarahkan membuat batik dengan pewarna alami serta batik cap.

Koordinator kegiatan itu, Magdalena Sulistyowati, juga berharap melalui pendampingan ini perekonomian desa itu meningkat. Warga memperoleh pendapatan tambahan selain dari penghasilan pokok pertanian. Apalagi Tepus menjadi jalur wisata dan dilintasi JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan).

Guntur dan Dwi dari KBMS menambahkan, pelatihan dimulai dari teknik dasar membatik antara lain membuat pola sampai pewarnaan batik tulis.

Dalam kesempatan itu, Ketua ST3, Dr Martin  Steven, mengatakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat oleh LPPM ST3 tidak memandang suku, agama maupun ras.

“Teruslah berkarya. Pemberdayaan ini menjadi proyek percontohan dan akan kami kembangkan di tempat lain,” ujarnya.

Dia optimistis, KW Makmur akan merasakan hasil kerjanya sehingga mampu menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Selain itu, juga membantu pemerintah mengembangkan sektor pariwisata. (sol)