Baru 50 Persen Kasus TBC di DIY Terdeteksi

Baru 50 Persen Kasus TBC di DIY Terdeteksi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Tuberkulosis (TBC) masih menjadi momok. Stigma negatif akan penyakit tersebut yang dianggap memalukan sehingga membuat keluarga menyembunyikan pasien.

Padahal berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, estimasi kasus TBC di DIY meningkat dari tahun ke tahun. Sebelum pandemi Covid-19, estimasi kasus TBC di Yogyakarta mencapai 9.064 kasus per tahun.

Sedangkan selama pandemi naik menjadi 10.530 kasus per tahun pada 2022 namun baru sekitar 50 persen yang terdeteksi.

"Di DIY baru ditemukan 5.250 (kasus) tahun lalu. Baru sekitar 50 persen kasus yang berhasil ditemukan dan dilaporkan per tanggal 6 Februari 2023. Belum bisa menemukan seluruhnya," ungkap Suharna, Pengelola Program Penanggulangan Tubercolosis Dinkes DIY, dalam Dialog TBC di Yogyakarta, Kamis (9/2/2023).

Kendala muncul selama pandemi karena kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membatasi mobilitas masyarakat ke rumah sakit atau klinik untuk periksa TBC. Semua petugas kesehatan terkosentrasi penanganan Covid-19.

Akibatnya kontak tracing pasien TBC tidak bisa dilakukan. Akibatnya terjadi penularan di tingkat keluarga karena pasien tidak segera diobati.

Petugas kesehatan juga sering mengalami kendala dalam menemukan kasus TBC di Yogyakarta. Padahal pemantauan dilakukan secara berjenjang, mulai dari Dinkes kabupaten/kota hingga Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Ini kemungkinan angkanya masih banyak karena belum ada yang dilaporkan. Maka perlu disosialisasikan ke masyarakat agar pasien tidak menyembunyikan diri. Karena pengobatan TBC tidak boleh putus, jadi kalau ada pasien yang belum ambil obat maka petugas menghubungi atau didatangi ke rumahnya," paparnya.

Anggota Komisi D DPRD DIY, Tustiyani, mengungkapkan Pemda DIY diminta lebih serius dalam penanganan persoalan TBC. Langkah-langkah nyata dibutuhkan untuk mengatasi penyakit yang hingga saat ini masih saja muncul.

"Sebab ada kebiasaan masyarakat yang tidak memeriksakan penyakit karena takut ketahuan penyakitnya. Perlu sosialisasi yang lebih luas di masyarakat dengan menitipkan pada kader-kader di desa hingga dusun untuk mendeteksi TBC," kata dia. (*)