Alunan Slendro Pelog Siswa SD hingga Kolaborasi Internasional Meriahkan YGF28

Konser gamelan menghadirkan seniman dari dalam dan luar negeri.

Alunan Slendro Pelog Siswa SD hingga Kolaborasi Internasional Meriahkan YGF28
Kemeriahan Yogyakarta Gamelan Festival 2023 di Plaza Ngasem Yogyakarta. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Penampilan 43 siswa dari SD Tumbuh Yogyakarta membuka perhelatan konser gamelan Yogyakarta Gamelan Festival ke-28 (YGF28) di Plaza Pasar Ngasem, Kamis (24/8/2023) malam. Mereka membawakan sejumlah komposisi karya seperti Cublak-Cublak Suweng dan Gundhul-gundhul Pacul dengan gamelan slendro pelog.

Gambaran komposisi ini mengambil latar di suatu desa terdapat beberapa anak sedang bermain Cublak-Cublak Suweng. Permainan yang sudah hampir punah ini mereka mainkan dengan riang gembira sampai mereka lupa waktu, sehingga orang tua mengingatkan untuk pulang.

Kemudian para orang tua melanjutkan kegiatan mereka di ladang. Karena sudah lelah mereka pun menghibur diri dengan menyanyikan tembang Gundhul-gundhul Pacul sebagai pengingat agar mereka tetap menjadi manusia yang bersahaja.

Kolaborasi seniman Indonesia dan Meksiko hadir dalam SriMara yang menjadi penampil kedua pada hari pertama YGF28. Grup yang dipimpin komposer Victor Hugo Hidalgo ini mempersembahkan permainan gamelan yang dibalut dengan musik elektronik.

ARTIKEL LAINNYA: Berlangsung Meriah, Gebyar Gunungkidul Peroleh Sambutan Luar Biasa

Komposisi yang bernama Upaṭṭhāna merupakan sebuah karya seni pertunjukan untuk alat musik gamelan, suara dan musik elektronik yang mendeskripsikan perjalanan antara lingkungan yang kacau, terutama dalam kota dan introspeksi diri dalam lingkungan tersebut.

Melalui karya ini penonton diajak untuk bermeditasi, bersantai dan istirahat dalam segala peristiwa yang manusia mengalami setiap hari.

Paguyuban Karawitan Putri Yogyakarta (Pawitra) menjadi penampil ketiga YGF28 hari pertama. Komunitas ini merupakan wadah kreatif para perempuan, baik pelaku, pelajar, maupun peminat seni karawitan secara umum.

Pawitra memulai kegiatan perdananya dengan dukungan dari komunitas karawitan putri dalam lingkup kabupaten dan juga komunitas Gayam 16.

ARTIKEL LAINNYA: Gebyar Gunungkidul Digelar Nonstop Siang-Malam, Ketua DPRD DIY Nuryadi Beri Atensi

Dalam YGF28 kali ini, 28 pengrawit dari Pawitra membawakan dua komposisi Ladrang Kenya Wibawa Laras Slendro Pathet Sanga dan Layung Laras Pelog Pathet Barang.

Komposisi pertama mengusung tema perempuan. Empu dari segenap kecerdasan, darinya terjaga, selalu terwariskan. Ia sendiri adalah ilmu, kerut dahinya adalah doa, air matanya lautan iba. Itulah alasan bumi acapkali disebut ibu, samuderanya pun dijaga ratu.

Sementara sinopsis repertoar kedua mengangkat senja yang identik dengan suka dan duka dalam kehidupan manusia.

Sanggar Seni Terune Jaye Lombok menjadi penampil keempat yang membawakan tiga komposisi berjudul Gendang Beleq – Manuk Belage, Klentang – Lalo Nyongkol, dan Dua Warna – Sesengak Sasak. Sanggar ini menghadirkan pula repertoar-repertoar musik yang biasanya menjadi pengiring dalam setiap gawe di Suku Sasak.

ARTIKEL LAINNYA: Penuh Gelak Tawa, Anggota DPR RI Sukamto Undang 52 Janda Saat Sosialisasi Obat dan Makanan

Komposisi ini bercerita tentang setiap suku di Indonesia memiliki pergelaran tradisi sebagai bagian dari ekspresi budayanya. Demikian pula dengan Suku Sasak di Nusa Tenggara Barat.

Gawe (Begawe) memiliki arti acara - kegiatan masyarakat yang dilakukan secara bergotong royong untuk sebuah perayaan. Bagi masyarakat Sasak, setiap gawe selalu memiliki makna nilai dan kearifan tertentu yang terkait dengan spiritual, integrasi sosial serta hubungan masyarakat dengan alam.

Konser gamelan hari pertama YGF28 ditutup dengan penampilan Komunitas Musik Gambang Semarang (KMGS) yang membawakan komposisi dengan instrumen gambang semarang bertemakan Kota Semarang.

Ada lima judul komposisi yang dibawakan, yakni, Dugderan Semarang, Gambang Semarang, Semarangan, Jangkring Genggong dan Lenggang Kangkung.

ARTIKEL LAINNYA: Festival UMKM Sembada 2023 untuk Promosikan Produk UMKM Sleman

Menurut Project Director YGF28 Ishari Sahida atau Ari Wulu, Keberadaan perhelatan kali ini tidak lepas dari para pendahulu yang sudah menggunakan waktunya untuk memperkenalkan gamelan.

YGF merupakan sebuah perayaan atas gamelan, yang menjadi tempat berkumpul para pemain dan pecinta gamelan seluruh dunia, dan sudah diselenggarakan sejak tahun 1994 oleh Sapto Raharjo (alm).

“Peristiwa ini penting untuk dilakukan sebagai salah satu langkah strategis dalam memajukan kebudayaan Indonesia untuk memberikan kontribusi kepada peradaban dunia,” ujarnya.

Konser gamelan yang diadakan di Plaza Pasar Ngasem pada 24 sampai 26 Agustus 2023 merupakan rangkaian acara YGF28. Perhelatan YGF28 yang mengusung tema Gamelan: Beyond Sound digelar selama satu minggu sejak 20 sampai 26 Agustus 2023.

Konser gamelan menghadirkan seniman dari dalam dan luar negeri, seperti Yogyakarta, Jepara, Cirebon, Pamekasan, Padang, India, Semarang, Lombok Barat, Meksiko dan Malaysia. (*)