50 Perusahaan Buka Lowongan Kerja untuk Difabel
KORANBERNAS.ID – Tidak kurang 50 perusahaan membuka lowongan saat digelar event Festival Ketenagakerjaan Inklusif atau Bursa Kerja Inklusif.
Kegiatan yang diselenggarakan Sinergi Semarang bekerja sama dengan Dinas Sosial Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Kebumen ini berlangsung Selasa dan Rabu (5-6/11/2019).
Para pencari kerja memadati acara itu namun tampak sedikit pencari kerja dari kaum difabel.
“Target kami 5.000 pengunjung selama dua hari bisa mengisi lowongan kerja yang dibuka 50 perusahan,“ kata Agung Binantoro, Project Director Sinergi Semarang kepada wartawan.
Bursa kerja inklusif khusus untuk kaum muda miskin atau rentan miskin serta kaum difabel ini diharapkan bisa bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan.
Agung mengakui pada hari pertama belum banyak kaum difabel mendatangi bursa kerja inklusif ini.
Berdasarkan ketentuan pemerintah, BUMN wajib mempekerjakan kaum difabel sejumlah 2 persen dari jumlah karyawan, sedangkan perusahaan swasta 1 persen.
Kewajiban ini sulit dipenuhi, salah satu penyebabnya karena kurangnya informasi lowongan kerja untuk kaum difabel.
Bursa kerja inklusif kali ini diharapkan memberi banyak informasi lowongan kerja untuk mereka.
Wawan Johari selaku manajer HRD PT Tipota Jepara mengaku trenyuh dengan banyaknya pencari kerja muda yang kemungkinan besar masih menganggur memadati bursa kerja inklusif.
Menurut Wawan, perusahaannya siap menerima karyawan, meskipun belum siap pakai.
Perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak di pabrikasi furniture itu membuka beberapa jenis lowongan kerja.
“Kami siap menerima kaum difabel,“ kata Wawan di stan PT Tipota.
Melalui proses rekrutmen mereka yang diterima akan disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
Jika pekerjaan itu bisa dilakukan kaum difabel, dengan kecacatatan tertentu, perusahaan yang sebagian besar produknya diekspor itu siap menerima.
Beberapa pencari kerja tampak pulang lebih awal, karena tidak ada lowongan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian mereka.
Di antarnaya tenaga kesehatan. Beberapa wanita lulusan Diploma III Keperawatan tidak jadi ikut seleksi Bursa Kerja Inklusif. (sol)