38 SMK Swasta Belajar Bersama Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

38 SMK Swasta Belajar Bersama Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Sebanyak 76 peserta terdiri dari perwakilan siswa, guru dankepala sekolah dari 38 SMK swasta di DIY, mengikuti kegiatan training of trainer (TOT) mengenai peningkatan mutu seluruh komponen ekosistem pelayanan pendidikan. Training berlangsung selama 5 hari mulai 19 September silam. Kegiatan dibuka oleh Kepala Disdikpora DIY, Didik Wardaya.

Memberikan sambutan dalam kegiatan ToT, Wakil Kepala Dikpora DIY, Suhirman mengatakan, teknis ToT ini sangat bermanfaat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Pihaknya mengapresiasi inisiatif dan penyelenggaraan kegiatan ini, serta penciptaan Aplikasi DIY SIPP.

"Pelatihan ini merupakan peluang untuk meningkatkan mutu seluruh elemen sekolah mulai dari guru, kepala sekolah hingga staf dan siswa. Kami berharap, melalui kegiatan ini bisa mengangkat mutu sekolah, khususnya bagi sekolah swasta di DIY," katanya saat menutup kegiatan, Senin (3/10/2022). 

Pelatihan tahap pertama ini, merupakan bagian dari upaya bersama Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) SMK swasta se DIY, untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan bagi sekolah-sekolah swasta di DIY yang secara total berjumlah 153 sekolah.

“Kegiatan ini dalam rangka mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan, membantu guru agar maju dan bangkit dengan kekuatan sendiri serta mendampingi sekolah dalam proses pengelolaan sekolah yang baik,” kata Dr Sukiter, M.Pd selaku Sekretaris FKKS SMK Swasta DIY, dalam siaran persnya. 

Dikatakan, sasaran dari pelatihan ini adalah komponen pelayanan sekolah mulai dari kepala sekolah, operator, kurikulum, tata s kesiswaan, humas hingga bagian sarpras, kepala program, guru dan siswa.

Kepala SMK YPKK Tepus ini menjelaskan, di lapangan saat ini masih terjadi ketimpangan antar sekolah. Tidak sedikit sekolah yang maju dan berkembang dengan jumlah siswa yang banyak. Tapi ada juga sekolah yang masih sulit untuk berkembang. Bahkan ada sejumlah SMK swasta di DIY yang terpaksa tutup atau berhenti operasional lantaran kekurangan siswa.

“Selain ilmu, seluruh peserta atau masing-masing sekolah, akan mendapatkan sebuah aplikasi secara gratis, untuk dikembangkan di masing-masing sekolah. Mereka juga akan mendapatkan pendampingan selama 21 hari, guna memudahkan mereka menerapkan atau mengimplementasikan ilmu yang sudah didapat di pelatihan,” lanjutnya.

Supriyatna SE, M.Pd selaku konsultan menambahkan, problem dari kebanyakan sekolah saat ini adalah mereka terjebak pada pemikiran berebut siswa baru. Padahal, pengelola sekolah sebenarnya bisa mengembangkan pola pikir bahwa siswa baru itu tidak melulu berasal dari lingkungan di sekitar sekolah mereka saja. Namun juga bisa datang dari luar daerah.

Dikatakan, dalam konsep ini titik fokus dari pelatihan masih pada aspek SDM. Pengelola, mulai dari kepala sekolah hingga karyawan atau staf, juga musti berbenah dan berupaya menciptakan sekolah yang nyaman untuk siswa. Untuk itu, maka seluruh komponen sekolah harus membiasakan diri untuk berbagi tugas dan bersama-sama berperan memajukan sekolah.

“Jadi mengelola sekolah harus dengan hati. Pengelola, mulai kepala sekolah hingga karyawan terbawah harus bekerja dengan ikhlas dan dengan senyum. Apapun kondisinya. Siswa datang harus disambut dengan baik. Demikian juga kalau ada orang tua siswa yang datang untuk keperluan apapun. Kalau sudah dengan hati, maka kita tidak akan ngomongin uang, ngomongin gaji dan sebagainya,” katanya menerangkan.

Kemudian, pengelola sekolah juga harus pintar membangun relasi dan sinergi dengan pemangku kepentingan yang lain. Dengan bersinergi, menjalin kerjasama, akan lebih memudahkan pengelola membawa sekolah mereka ke arah yang diimpikan.

“Ya mungkin tidak mudah, tapi dengan kerjasama semua unsur yang ada di sekolah itu, maka mencapai mimpi akan lebih ringan. Jadi yang disentuh memang SDM nya dulu. Kalau teknologi termasuk juga aplikasi yang kita bagikan gratis kepada peserta ToT, itu hanya akan mempermudah saja,” tandasnya. (*)