Yenny Wahid Menyebut Perempuan Papua Tangguh

Yenny Wahid Menyebut Perempuan Papua Tangguh

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Di sela-sela kunjungannya ke Papua, Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menyempatkan diri bertemu sejumlah tokoh di Jayapura, Sabtu (2/10/2021). Salah satunya Dorlinceu Meheu, anggota Majelis Rakyat Papua. Pertemuan kedua tokoh perempuan itu berlangsung dalam suasana penuh suka. Kegembiraan terpancar dari raut wajah keduanya saat mengenang perjuangan Gus Dur.

Di Papua, Yenny Wahid yang bernama lengkap Yenny Zannuba Arifah Chafsoh, juga mengunjungi beberapa tokoh agama, tokoh adat dan komunitas masyarakat Papua, dalam rangka napak tilas perjuangan ayahandanya Gus Dur dan perkembangan situasi di Papua.

Selain anggota Majelis Rakyat Papua, Dorlinceu juga tokoh perempuan Papua dan penulis buku berjudul “Inilah Papua”. Saat keduanya bertemu, perpincangan yang emosional khususnya saat menyinggung ketimpangan gender di Papua muncul.

“Perempuan Papua kesehariannya harus berladang, berkebun, mencari ikan, mengolah sagu, menganyam jala, mengolah daun pandan dan sebagainya. Semuanya dijalankan perempuan Papua,” kata Yenny sambil menunjukkan bagian khusus yang membahas perempuan Papua dalam buku karya Dorlinceu.

Menanggapi Yenny, Dorlinceu menjelaskan, perempuan Papua hadir di mana saja dengan menghadirkan suasana surga di tengah kerentanan yang ada. “Maka dari itu, kami selalu bilang bahwa perempuan Papua adalah perempuan surga,” ujarnya.

Perempuan Papua, sebagaimana Dorlinceu jelaskan dalam bukunya, tidak hanya menjadi tulang rusuk. Akan tetapi juga menjadi tulang punggung keluarga.

Beban berat yang dipikul perempuan Papua ujar Yenny, menandakan bahwa mereka adalah perempuan tangguh. Akan tetapi menurut Yenny, hal itu tidak bisa dibiarkan terus terjadi. “Kami berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat Papua, khususnya kepada perempuan supaya lebih maju dan setara,” ujar Yenny.

Dorlinceu Meheu berharap memasuki fase kedua otonomi khusus Papua, pemerintah bisa lebih memberdayakan, melindungi dan mengangkat harkat martabat perempuan Papua. Dia juga berharap lahirnya kembali pemimpin seperti almarhum Gus Dur.

Selain isu perempuan, Yenny Wahid menjelaskan kalau negara ini dipenuhi oleh trauma sejarah kelam masa lalu. Tidak hanya di Papua, trauma sejarah juga dialami oleh berbagai daerah lain seperti di Aceh dan Jawa.

“Trauma bangsa ini akibat sejarah kelam masa lalu harus di obati. Untuk itu mohon maaf, sosok perempuan seperti mama Dorlinceu perlu ke Jawa ,untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan untuk mengobati luka teman-teman yang terdampak akibat trauma tersebut,” pinta Yenny kepada Dorlinceu.

Dorlinceu pun terkesima dan menyambut baik permintaan Yenny. Baginya, jika kesempatan itu ada akan berdampak positif dimana perempuan Papua bisa menjalin komunikasi dan kerjasama yang positif dengan berbagai kelompok, serta membuka kesempatan yang lebar untuk berkembang dan berdaya bersama. Sehingga nantinya tidak hanya mengobati trauma, tapi juga menjadikan perempuan Papua lebih berdaya dan setara dengan yang lain. (*)