Upaya Melanjutkan Jejak Maestro Pantomim Jemek Supardi

Upaya Melanjutkan Jejak Maestro Pantomim Jemek Supardi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sepeninggal maestro pantomim Jemek Supardi, Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya tidak lagi memiliki seniman pantomim yang dikenal luas. Pelaku seni teater yang mengutamakan gerak tubuh dan ekspresi ini asik dengan kelompok masing-masing.

Kepergian Jemek pada 16 Juli 2022 silam, menjadi pemicu pegiat seni teater di Yogyakarta untuk mulai menggerakkan seniman-seniman pantomime, keluar menampakkan diri sebagai pantomimer perseorangan ke panggung-panggung pertunjukan, tidak hanya di Yogyakarta namun Indonesia.

Berangkat dari latar belakang seperti itu, ditambah dengan keinginan untuk tetap mengenang sekaligus meneruskan kiprah Jemek Supardi sebagai salah satu sosok ikonik seni pantomime Indonesia, maka selama 3 hari, yaitu tanggal 21-23 Oktober 2022 akan diselenggarakan pagelaran seni pantomim dengan nama "MIMORI" satu judul yang merupakan akronim dari dua kata: 'Mime' dan 'Ori'.

Dari kata MIMORI, Mime yang biasa didefinisikan sebagai "gerak tubuh tanpa kata" kali ini dipertemukan dengan "ori" yang mengacu pada kata original sebagai kata ganti 'asli'. Bahwa ia bisa saja dimaknai sebagai seni olah tubuh tanpa kata, namun justru dari sana bisa digali dan kemudian dipresentasikan memori-asli pengalaman tubuh masing-masing pelaku seninya. Atau dengan kata lain bisa pula dimaknai bahwa MIMORI menjadi sebuah 'movement' sekaligus 'gerak-tubuh' yang mengacu pada kesadaran para pelaku akan pengalaman-asli masa lampau, dan kemudian (di)hidup(kan) kembali melalui ingatan.

"Begitu beliau meninggal menjadikan darurat seniman pantonim Yogyakarta. Sapa sing arep ngganteni? (Siapa yang akan menggantikan?) kalau kemudian dibilang sapa sing arep ganteni, ra bakal ana sing isa ganteni (Tidak mungkin ada yang mampu menggantikan). Karena beliau [Jemek] sudah sedemikian tingginya, tapi setidak-tidaknya harus muncul seniman pantomim di Yogyakarta," kata Broto Wijayanto, seniman sekaligus ketua panitia pagelaran seni pantomim "MIMORI" Rabu (19/10/2022) di Gedung Societet Militer, Yogyakarta.

Harapannya, lanjut Broto, dengan pagelaran ini nanti kita akan bisa melihat teman-teman pantomim yang ada di Yogyakarta atau teman-teman yang menyatakan diri mencintai pantomim, karena di luar [Jogja] itu banyak teman-teman pantomim.

"Apakah kemudian di luar akan lebih indah daripada di dalam sepeninggal Jemek Supardi? Apakah meninggalnya Jemek Supardi berarti meninggalnya seni pantomim di Yogyakarta? No!," tegasnya.

"Keadaan ini darurat bagi kami para pelaku pantomim. Ini juga menjadi kebutuhan Yogyakarta untuk tetap menjadi salah satu barometer pantomim Indonesia. Kalau dulu ditanya siapakah seniman pantomim Indonesia? Jawabannya jelas, Ya Jemek Supardi. Kalau sekarang ditanya siapa bapak pantomim Indonesia? Jawabnya apa? Masa udah meninggal dunia," lanjut Broto.

Berlokasi di area Gedung Societet Militer Taman Budaya Yogyakarta, ada beberapa agenda yang bakal dipresentasikan dalam perhelatan bertajuk MIMORI, yang tak lain adalah guna membuka memori masa lalu sebagai bagian dari pembelajaran, dan bisa membuat memori baru, hingga kemudian tercipta karya yang bisa dikenang sebagai sebuah memori pada masa mendatang.

Membuka memori masa lalu salah satunya tersajikan dalam bentuk program pameran arsip selama 3 hari, yang kali ini bakal diketengahkan beberapa hal berkaitan dengan Jemek Supardi. Sementara untuk memori baru, selain ada program workshop dan diskusi, akan dipresentasikan pula program pertunjukan pantomim dari 10 kelompok ataupun komunitas, yang sebagian di antaranya berasal dari kota-kota di luar Yogyakarta.

"Selain dari Malang, Solo, Surabaya para seniman pantomim yang terdekat adalah dari Purworejo, dan yang terjauh datang dari Kota Palembang Sumatera Selatan. Tak ketinggalan hadir pula Pantomimer legendaris Septian Dwi Cahyo dari Jakarta," tutup Broto. (*)