UMKM, Nasibnya Tak Sekuat Populasinya

UMKM, Nasibnya Tak Sekuat Populasinya

KORANBERNAS.ID--Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan penopang ekonomi nasional. Jumlahnya mencapai 60 juta di seluruh Indonesia. Namun demikian mereka umumnya masih mengalami hambatan akses, baik terhadap finansial, informasi, maupun juga akses terhadap pasar yang lebih besar.

Demikian disampaikan Agung Bezharie (Co-Founder/CEO Warung Pintar) pada diskusi bertajuk Synergistic Collaboration among Corporates, Startups, SMEs, & Government, yang merupakan sesi pembuka hari kedua ajang Connect 2019, di Jakarta Convention Center, Senayan.

“Untuk itulah Warung Pintar lahir. Berangkat dari statistik bahwa dari UMKM di seluruh Indonesia yang sejumlah 60 juta, 90 persennya adalah usaha mikro. Warpin melihat peluang untuk meningkatkan performance usaha mikro tersebut melalui pembukaan akses,” beber Agung.

Berbagai upaya untuk memberikan akses terhadap UMKM, terutama akses terhadap digitalisasi, telah dilakukan oleh banyak pihak. Salah satu contohnya adalah pendirian Rumah Kreatif BUMN yang merupakan kolaborasi BUMN untuk menghadirkan akses dunia digital kepada UMKM di berbagai daerah.

Bank Mandiri dan Telkom merupakan dua BUMN yang banyak terlibat dalam program digitalisasi UMKM ini.

Hery Sofiaji (AVP Micro Development and Agent Banking Group Bank Mandiri) dalam forum tersebut menyampaikan, telah menyalurkan kredit lebih dari Rp 150 triliun kepada UMKM. Dari jumlah itu, Rp 47 triliun di antaranya potensial diberikan kepada UMKM yang bersifat digital.

Selain ikut memodali UMKM atau startup, Bank Mandiri juga terjun ke dalam industri fintech landing, dengan cara melakukan “co-opetition”, kompetisi dalam kooperasi, dengan fintech lain.

Jadi, kehadiran fintech bagi Bank Mandiri tak dipandang semata-mata sebagai kompetitor yang tidak bisa diajak bekerja sama. “Ada peluang sekaligus tantangan dalam industri fintech,” tutur Hery.

Adapun Telkom, juga telah membangun lebih dari 50 unit Rumah Kreatif BUMN. Dalam mewujudkan visi untuk menjadi salah satu lokomotif pengembangan ekonomi digital, Telkom berkiprah melalui berbagai program, salah satunya melalui program inkubator bisnis “Indigo” dan digital valley di 4 kota di Indonesia.

Melalui program inkubasi ini, diberikan bantuan pendanaan dan akses pasar kepada para startup binaan.

“Dalam perkembangannya, kualitas startup sangat variatif sehingga dibutuhkan asistensi yang lebih intens. Untuk itu dibangun DILO di berbagai tempat di seluruh Indonesia,” tutur Joddy Hernady (EVP Digital & Next Business Telkom Group).

Rosarita Niken Widiastuti, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika saat memberikan sambutan sekaligus membuka ajang Connect 2019 mengatakan, Indonesia saat ini dicatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara dan juga dunia.

Oleh sebab itu, pemerintah berusaha untuk terus memelihara dan meningkatkan ekosistem dan iklim yang kondusif bagi para pelaku bisnis digital.

Untuk melakukan hal tersebut, pemerintah mengambil peran bukan lagi sebagai regulator, namun juga terjun langsung menjadi fasilitator dan akselerator.

“Beberapa perubahan peran Kemkominfo yang menunjukkan penyesuaian dengan ekonomi digital dengan cara fasilitasi dan akselerasi adalah dengan melakukan relaksasi dan simplifikasi regulasi. Dalam hal ini contohnya adalah tidak adanya lagi perizinan yang dipersyaratkan bagi startup, hanya cukup melakukan pendaftaran,”katanya. (SM)