Tiba-tiba Rumahnya Penuh Perabotan Baru

Tiba-tiba Rumahnya Penuh Perabotan Baru

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Ny Sukati tidak bisa menahan tangis haru saat puluhan pemuda berseragam loreng oranye-hitam tiba-tiba mendatangi rumahnya mengantarkan perabotan rumah tangga, Senin (13/7/2020).

Semuanya baru. Sebagian masih terbungkus plastik dari  toko. Ada satu set meja tamu, kursi dan lain-lain. Juga ranjang tidur gres beserta bantal, guling maupun sprei. Rumahnya yang relatif sempit itu terlihat penuh perabotan.

Berulang kali perempuan berkerudung itu mengucap terima kasih kepada Yuni Astuti, Ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila (BPPP) DIY. Tak hanya membawa bantuan peralatan rumah tangga dia juga memberikan bantuan uang.

Sesekali, wanita yang sempat viral lewat aksi sosial bagi-bagi uang di jalan itu mencoba membesarkan hati Sukati supaya tetap sabar dan tawakal menerima cobaan dari Allah SWT.

“Semangat ya. Lebih sabar ya merawat Bapak. Pahalanya kan juga untuk njenengan. InsyaAllah,” ucap Yuni.

Melihat kondisi Lasiyo (45), suami dari Sukati yang menderita lumpuh total serta tangan kirinya diamputasi, Yuni tidak mampu membendung air matanya.

Istri dari Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY Faried Jayen Soepardjan itu sempat keluar sebentar untuk menata perasaannya.

Giliran para anggota Pemuda Pancasila masuk rumah menata perabotan. Dengan cekatan, tempat tidur nyaris lapuk ditindih kasur usang berlapis galar itu dikeluarkan dari kamar ukuran 2,5 x 3 meter. Lasiyo terlihat lebih nyaman berbaring di atas ranjang barunya.

Sukati menyampaikan suaminya hingga kini masih menjalani perawatan akibat tersengat listrik saat bekerja sebagai buruh bangunan di Yogyakarta, empat tahun silam.

Pemuda Pancasila DIY mengantarkan bantuan perabotan rumah tangga untuk keluarga Lasiyo. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Kejadiannya waktu itu, warga RT 14 RW 03 Dusun Dawung Kelurahan Serut Kecamatan Gedangsari Gunungkidul ini tangan kirinya memegang besi. Nasib berkata lain, besi itu nyangkut kabel listrik tegangan tinggi. Tubuhnya lengket beberapa lama.

“Dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih 18 hari. Dua minggu di rumah, kemudian dirawat lagi satu minggu di sana,” kata Sukati. Matanya terlihat sembab seperti ikut merasakan derita yang dialami suaminya.

Selain kontrol rutin ke RS Panti Rapih maupun RS Bhayangkara, setiap dua hari sekali ada perawat datang di rumah. Suaminya kadang-kadang masih merasakan pusing. Kakinya ngilu. “Iya, cuma di tempat tidur. Bisa duduk tapi nggak kuat lama,” ujarnya.

Bersama dua putranya, Sukati dengan sabar merawat suaminya di rumah yang terletak di lereng bukit. “Ini bukan rumah saya. Punya kakak. Numpang. Rumah saya di bawah sana sudah nggak ada lagi. Cuma lantainya,” ungkapnya.

Entah bagaimana asal usulnya rumahnya ambruk tinggal tersisa lantai dan puing-puing.

Jika saja kondisinya memungkinkan, Yuni Astuti tidak keberatan mengajak pihak-pihak lain untuk membangun kembali rumah Lasiyo.

“Syukur kalau punya rezeki saya beli materialnya, nanti teman-teman (Pemuda Pancasila) yang membangun,” ujarnya.

Dia menegaskan, aksi sosial kali ini murni kegiatan kemanusiaan. Sama sekali tidak bermuatan politis.

Faried Jayen menegaskan, para Pemuda Pancasila harus punya hati namun tidak boleh gembeng (cengeng). Mereka juga harus bersedia membantu masyarakat berdasarkan kemampuan masing-masing.

“Semampunya kita bantu masyarakat karena kita ada di masyarakat. Gedangsari ini hanya salah satu contoh bentuk kepedulian Pemuda Pancasila kepada sesama,” kata Jayen. (sol)