“The Silent Killer of Organizations”, Mengupas Tuntas Pentingnya Budaya Manajemen Risiko untuk Keberlanjutan

Wildan Sanjoyo menyoroti statistik mengejutkan, dimana 88% perusahaan jatuh karena gagal mengidentifikasi risiko

“The Silent Killer of Organizations”, Mengupas Tuntas Pentingnya Budaya Manajemen Risiko untuk Keberlanjutan
Wildan Sanjoyo membubuhkan tandatangan di buku, atas permintaan peserta talkshow dan peluncuran buku "The Silent Killer 0f Organizations. (warjono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Sebuah pemikiran revolusioner tentang pentingnya manajemen risiko dan budaya organisasi diluncurkan melalui buku terbaru, The Silent Killer of Organizations, dalam sebuah talkshow dan peluncuran buku yang sukses digelar di Malika Ballroom, Lantai R1 Sleman City Hall.

Acara ini bukan hanya memperkenalkan buku, tetapi juga membuka diskusi mendalam mengenai budaya risiko (risk culture) sebagai pilar utama keberlanjutan sebuah organisasi, serta mempromosikan gagasan bahwa Everyone is a Risk Manager.

Talkshow ini menghadirkan tiga tokoh inspiratif Dr. Wildan Sanjoyo, penulis buku sekaligus praktisi manajemen risiko berpengalaman, Andrie Wongso seorang motivator ulung dan Raymond Chin sebagai moderator yang andal. Antusiasme peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, dosen, praktisi, pimpinan organisasi, hingga masyarakat umum menunjukkan betapa relevannya topik ini di era saat ini.

Ketika Mental Positif Bertemu Realitas Risiko

Andrie Wongso mengawali sesi dengan menekankan betapa krusialnya sikap mental positif. Ia menjelaskan bahwa optimisme, keyakinan, dan kemampuan melihat peluang di tengah kesulitan adalah kunci untuk mengatasi tantangan. Sikap selalu mempunyai harapan baik dan positif dalam segala hal, ujarnya. Lebih jauh, Andrie membedah empat tipe sikap manusia, di mana 70% di antaranya cenderung berada pada spektrum pesimis. Ini menjadi pengingat bahwa meskipun optimisme sangat penting, ia harus diimbangi dengan kesadaran akan potensi risiko.

Lebih dari Sekadar Menghindari Masalah

Dr. Wildan Sanjoyo, yang memiliki rekam jejak 22 tahun di bidang manajemen risiko, termasuk sebagai Senior EVP Wholesale Risk Management PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, memaparkan inti dari bukunya. Wildan menyatakan bahwa organisasi yang unggul adalah organisasi yang mampu mengelola risiko dengan baik. Ini karena risiko, menurutnya, bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dipahami dan dikendalikan.

Wildan menyoroti statistik mengejutkan, dimana 88% perusahaan jatuh karena gagal mengidentifikasi risiko. Pengalaman pribadinya selama puluhan tahun membuatnya menyadari bahwa banyak perusahaan yang tampak baik-baik saja bisa tiba-tiba kolaps. Pernah saya merasa kehabisan akal. Mana perusahaan yang akan jatuh dan mana yang sustained, kenangnya.

Buku The Silent Killer of Organizations mengajak pembaca untuk tidak lagi menyelesaikan masalah yang sama dengan cara yang sama. Dr. Wildan menjelaskan bahwa manusia cenderung lebih takut gagal daripada mengambil peluang untuk berhasil. Inilah mengapa literasi dan diskusi tentang risiko menjadi sangat penting.

Ia mengilustrasikan musibah tenggelamnya Kapal Titanic dengan korban manusia begitu banyak. Bagi Wildan, musibah ini mengungkap betapa problem utamanya bukan lantaran Titanic yang menabrak karang es, tapi karena pemilik kapal yang terlalu pede dan tidak cukup memadai menyediakan sekoci.

Jadi masalahnya bukan kenapa ada masalah, tapi sejauh mana kita siap menghadapi masalah, tegas Wildan.

Manajemen risiko, lanjutnya, memang tidak menjamin hasil, namun memberikan pola pikir untuk bertindak ketika risiko muncul.

Budaya Busuk Lebih Berbahaya dari Aturan Jelek

Puncak dari diskusi adalah penekanan pada budaya risiko (risk culture). Dr. Wildan mengungkapkan bahwa meski mudah diucapkan, implementasinya di organisasi sangat menantang. Seringkali, suara-suara penting tidak didengar, dan keputusan sudah dibuat sebelum diskusi terjadi.

Bayangkan kalau itu ke kultur di negara,” tandasnya.

Buku The Silent Killer of Organizations hadir sebagai pengingat bahwa setiap keputusan, sekecil apa pun, memiliki konsekuensi besar bagi masa depan organisasi. Dengan memahami dan menginternalisasi pentingnya budaya risiko, setiap individu dalam organisasi dapat berkontribusi dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi pembunuh senyap yang mengancam keberlangsungan. (*)